Blangkejren-KemenagNews (14/11/2012) Gerakan Masyarakat Maghrib (Gemmar) Mengaji yang dideklarasikan Menteri Agama di Banda Aceh pada Mei 2011, tampaknya mulai disahuti oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, sesuai dengan kondisi wilayah dan dana yang ada. Kota Banda Aceh sejak Semester Ganjil 2012/2013 lalu, telah menyeleksi sejumlah calon guru yang mengajar pada jam tambahan sore, yang tujuannya tidak jauh berbeda dengan Program Gemmar Mengaji itu. Salah satu kriteria ustadz/ah yang lulus, mataeri dan diajarkan di sekolah umum (SMU/SMK) ialah kemampuan mengajar dan menjelaskan isi kitab jawoe (Arab-Melayu).Sebelum Hari Pahlawan lalu, di Aceh Besar juga dicanangkan BABM (Beut Al-Qur`an Ba`da Maghrib) oleh Muspida Plus dan Bupati Aceh Besar, Aduen Mukhlis (Mukhlis Basyah)."Kita bekerja sama dengan Pemkab Gayo Lues, juga telah lama menjalankan program diniah ini di madrasah menurut jadwal dan jenjang," jelas Kepala Kankemenag Gayo Lues (Galus) di sela-sela acara TNA (Training Analisa Kebutuhan) Diklat di Banda Aceh (13/11)."Selain Diniah, TPA untuk anak-anak dan remaja putra dan putri juga aktif di kampung-kampung, yang bertebaran di 144 kampung di Galus. Bagi orang tua di 11 Kecamatan, kita juga galakkan pengajian mingguan, dan ini berjalan," tambah Kakankemenag Galus, Drs. Hasan Basri yang termasuk Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten yang terakhir dilantik oleh Kakanwil Kemenag Aceh, pada bulan Oktober lalu. "Cuma hambatan di tempat kami, seperti juga di Aceh Besar dan Agara, Aceh Tengah ialah geografis yang agak sulit ditembus dengana lancar. Apalagi seperti Kecamatan Pinding dan Terangon yang berbatasan dengan Abdya sana, itu medan yang paling sulit dan jauh dengan pusat Kabupaten, Blangkejren," tutup Hsan BAsri, yang sebelumnya juga sebagai Pymt. Kakankemenag Galus, dan pernah mengajar di MTsN Banda Aceh. [yakub](foto: Kakankemenag Galus, Drs. Hasan Basri, bersama ajudan Kakanwil di ruang Hukmas dan KUB Kanwil)