Simpang Tiga-KemenagNews, Selasa (10/9/2013) Bencana alam yang terjadi di wilayah Indonesia, seperti halnya peristiwa gempa bumi yang terjadi tanggal 2 Juli 2013 di daerah Kab. Bener Meriah dan Kab. Aceh Tengah telah membuat beberapa fasilitas infrastruktur mengalami Kerusakan parah. Keruskan tersebut seperti perumahan penduduk, gedung perkantoran dan tidak terkecuali fasilitas pendidikan. Kerusakan pada berbagai fasilitas ini telah membuat aktivitas perkantoran dan fasilitas umum lainnya menjadi terhambat bahkan tidak berfungsi sama sekali. Kerusakan pada fasilitas pendidikan akan berdampak terhambatnya proses belajar mengajar, seperti salah satunya MIN Sukaramai Atas yang berada di Desa Sukarai Atas Kec. Wih Pesam Kab. Bener Meriah. Pasca musibah gempa 2 juli 2013 yang lalu hingga kini siswa Madarasah Ibtidaiyah Negeri Sukarai Atas masih terpaksa memanfaatkan tenda darurat sebagai ruangan belajar. Berbagai kendala seperti kebisingan, kondisi tenda yang panas, konsentrasi yang terpecah, alat belajar yang terbatas, dan lain sebagainya bahkan dengan begitu pengap dan panasnya tenda banyak murid yang muntah-muntah. Inilah fenomena yang di jumpai dalam aktivitas sekolah darurat ini. Kondisi seperti ini tentu saja berbeda dengan kondisi jika siswa belajar di dalam kelas, akan tetapi tidak ada pilihan lain, mereka terpaksa harus melaluinya apabila kegiatan belajar mereka tidak ingin terganggu atau dapat berjalan terus menerus. Kepala MIN Sukaramai atas Faisal Fuadi, S.Pd.i menyebutkan pihaknya terpaksa memakai tenda sebagai lokal darurat itu lantaran ruangan belajar meraka selama ini tidak bisa lagi di pakai sebagai tempat belajar setelah peristiwa musibah gempa. Belum lagi kondisi psikologis guru dan siswa yang belum stabil turut menambah kondisi pembelajaran tidak kondusif, karena tidak bisa dipungkiri bahwa mereka yang mengajar dan yang diajar juga merupakan korban dari bencana tersebut. (Humas Kemenag BM/Yusra,S.Sos/y)