[Ar-Raniry | Nat Riwat]  Melahirkan sebuah karya film dokumenter merupakan bukan pekerjaan mudah, dan ini banyak tantangan yang dihadapi di lapangan, namun tantangan itu dapat diatasi dengan semangat dan keseriusan dalam melakukannya sehingga hasilnya juga akan memuaskan.

Demikian disampaikan Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Dr. A. Rani Usman, M.Si yang mewakili Rektor UIN Ar-Raniry dalam sambutannya pada penutupan Workshop Aceh Documentary Film Festival (ADFF) Aceh, Selasa (10/6) di Aula Kantor ICAIOS Darussalam Banda Aceh.

“Dalam membuat film dokumenter nantinya akan menemukan bergai macam tantangan di lapangan, selain keterampilan membuat menggunakan alat dan fasilitas juga dibutuhkan keterampilan dalam berinteraksi dalam membagun komunikasi dengan alam, wilayah dan masyarakat di mana tempat yang akan dijadikan lokasi pengambilan gambar,” ujar A Rani.

Dr. Rani menceritakan pengalamannya dalam membuat film  terjemahan Al-Quran terjemahan bersajak Aceh pada tahun 2008 berjudul “Meurunoe” yang diproduksi oleh Pusat Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Islam (P3KI) UIN Ar-Raniry, pada saat itu dengan modal semangat dan keinginan tim yang tinggi dapat menghasilkan karya yang bermafaat bagi orang banyak, baru kemudian mencari biaya produksinya.

“Banyak hal yang menarik di Aceh, ini sangat penting untuk dipublikasikan kepada masyarakat dunia, hanya bagaimana cara mengemas untuk menyampaikan informasi penting itu kepada khalayak ramai, Aceh memiliki letak geografis yang strategis, sejarah panjang yang sangat menarik, tempat wisata yang sangat indah dan banyak yang menarik untuk difilmkan,” kata Rani.

Diharapkan, peserta yang telah dilatih ini harus panya komitmen yang tinggi serta semangat untuk malahirkan berkarya besar dalam bentuk film dokumenter, dan kita berharap salah satu dari film ini dapat menjadi nominasi yang akan diperlombakan ditingkat internasional nanti.

Sementara Ketua Panitia Ade Irma, BHSC, MA mengatakan, hidup ini adalah tantangan, jadi berjuanglah untuk sebuah karya besar yang bermanfaat bagi orang banyak, peserta pelatihan ini telah melewati bebrapa tahap seleksi, 10 orang ini merupakan peserta pilihan masing-masing 2 orang mewakili 5 perguruan tinggi di Aceh.

“Jadikan pelatihan ini sebagai pengalaman yang bermanfaat, setelah menjadi perwakilan kampus masing-masing, kita harapkan ke depan akan menjadi perwakilan Aceh dan Indonesia untuk tingkat Internasional, teruslah berkarya untuk perubahan,” harap Ade Irma.

Ditambahkan, selama 10 hari dalam pelatihan ini peserta telah melahirkan film dokumnter berdurasi 8 hingga 10 menit, dan mereka ditugaskan untuk membuat film dokumenter yang akan ditayangkan pada International Conference on Aceh and Indian Ocean Studies V November mendatang yang dilaksanakan di Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.

Lebih lanjut dikatakan, peserta diberi kesempatan membuat film yang menarik untuk diperlombakan pada konferensi internasional, paling lambat peserta telah menyerahkan hasil karyanya pada 1 Oktober 2014, ini akan dinilai untuk dipilih sebagai pemenang.

“Pada penutupan workshop, peserta juga mempersembahkan film dokumenter karya peserta selama pelatihan, di antaranya film yang menceritakan tentang mahasiswa UIN Ar-Raniry yang bekerja untuk kebutuhan kuliah, dan ini sangat menarik jika dikembangkan,” kata Ade Irma. [yyy]

[​​Foto: Nat0666| Dr A Rani Usman menyerahkan CD Film terjemahan Al-Quran terjemahan bersajak Aceh pada tahun 2008 berjudul “Meurunoe” yang diproduksi oleh P3KI UIN Ar-Raniry​​ kepada pihak ICAIOS pada penutupan Workshop Documentary]