CARI
Rekomendasi Keywords:
  • Azhari
  • Kakanwil
  • Hari Santri
  • Halal
  • Islam
  • Madrasah
  • Pesantren

`Naik Ketek` dan `Bawa BH` di Jambi

Image Description
Inmas Aceh
  • Penulis
  • Dilihat 659
Jumat, 5 September 2014
Featured Image

[Jambi | Muhammad Yakub Yahya]  Kemeriahan MQK (Musabaqah Qiraatil Kutub) atau Lomba Baca Kitab-kitab Nasional V di Kota Jambi, yang mendatangkan kafilah dari seluruh Indonesia, memang mendatangkan rezeki bagi tuan rumah. 

Terkadang ada yang lucu dengan bahasa tamu dengan tuan rumah. Bahasa khas Jambi memang mudah dipahami, yang umumnya hanya berubah huruf di ujung kata, dari ‘a’ menjadi ‘o’. Kata ‘dua’ jadi ‘duo’; ‘bertiga’ jadi ‘batigo’ misalnya.

Dan, ada canda lucu antara Kakanwil Kemenag Aceh Drs H Ibnu Sa’dan MPd, dengan sopir avanza yang disediakan Panitia. “Di sini platnya BH ya…?" tanya Kakanwil dalam minibus menuju ke MAN Insan Cendekia, sebelum malamnya ada Pelantikan Dewan Hakim. Semua paham maksudnya, bahwa di Jambi semua BH bukan B, bukan BK, dan bukan BL.

“Berarti ini kota terseksi di Sumatera, di jalanan saja berkeliaran BH…,” cerita Kakanwil, yang di sisinya ada Ketua DWP dan lainnya dari Aceh.

Cepat-cepat disanggah sopir, “Bukan Pak, ini kota tersopan di Sumatera, di jalan saja mobil pakai BH….” Hah haha… kami di belakang dengan Kasubbag Inmas Kanwil.

Soal numpang pick up bernopol BH, kami punya kenangan lain. Saat baru dari Bandara Sultan Thaha, kami dijemput dengan bus kecil, berplat BH semua. Namun barang diangkut dengan mobil bak terbuka, dan kami ikut itu. Rutenya jauh memutar, menghindar polisi, karena sopir tak ada SIM. Untung kami ada SIM A, tapi tetap harus memutar jauh, lewat jembatan timur, atas sungai itu. Jadi sahlah kami bilang ‘kami naik/bawa (mobil) BH’, di Jambi. 

Gubernur Jambi H Hasan Basri Agus (HBA) harapkan ajang MQK di Jambi Kota Seberang, yang harus melewati dua jembatan, juga berdampak terhadap perekonomian warga masyarakat sekitar. Ini dikatakannya usai pembukaan MQK di Pospes As’ad Jambi Seberang, Jambi. Untuk menuju arena harus lewati dua jembatan yang panjangnya masing-masing bisa 800-an m, di barat kota dan di timurnya, bisa 30 menit lebih (jika lewat jembatan sebelah timur bisa 40-50 menit dari kota ke arena acara).

Jika pilihan sungai, untuk berangkat ke lokasi, wajib melewati Sungai Batang Hari yang luas. Konon panjangnya 500-an km, dan ada hubungan dengan Palembang.

Jika kita mau lempang, cepat, dan praktis, memang bisa dengan menyeberang pakai ketek. Ongkosnya Rp 2000 per orang. Jika penumpang di bawah 10, bisa lebih mahal. Dari lokasi ke sungai sewa RBT, sekali jalan per peserta RP 5000.

“Yang kita harapkan antusiasme masyarakat, saya melihat ini dari dampak ekonominya mudah-mudahan masyarakat sini banyak yang jualan, kue, kerajinan rumah tangga, batik itu bisa laku dibeli untuk kenang-kenangan. Itu salah satu dampak itu yang kita harapkan setiap acara seremonial dampak ekonomi masyarakat itu yang kita harapkan, disamping edukatif pendidikan masyarakat,” kata Gubernur.

Seperti harapan Kakanwil Kemenag Aceh yang ingin gelar ajang yang sama di tingkat lokal/provinsi, sebelum ke nasional, Jambijuga demikian. “Saya sudah minta Kakanwil Kemenag nanti, di-back up dengan dana APBD. Di setiap kabupaten kita laksanakan MQK tingkat provinsi, tapi memang kitab yang dilombakan ini banyak yang belum diajarkan di pesantren-pesantren kita misalnya tasawuf kitab taklim attaklim, akhirnya dengan kegiatan ini pesantren disini menyesuaikan standarnya dengan kitab-kitab,” jelasnya.

Soal transportasi memang mengesankan di Kota Jambi, naik ketek atau perahu (jalo) yang muat 10 penumpang. Ada ketek beratap, ada yang tak ada atap, tapi pakai payung jika mau tak kehujanan atau kepanasan. Juga nostalgia, dengan mengemudi atau menaiki kenderaan berplat (bernopol) BH (di Aceh BL dan di Sumut BK).

“Berapa nomor BL mobil Bapak…,” telepon yang terlanjur masuk dari satu official Aceh, ke hp sopir Panitia asal Jambi. Maksudnya dia ingin tahu plat polisi (nopol), bukan nomor BL. Tapi masih dibilang pula, ‘nomor BL padum?’.

Di Aceh semua yang roda dua, itu ‘honda’, semua minuman kemasan itu namanya ‘aqua’, dan semua yang di jalan bernomor ‘BL’ bukan bernopol (nomor polisi). "Padum BL...," bukanya, "Padum lumboi plat?" Wah…. [inmas]

Tags: #
Tentang
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh adalah unit vertikal Kementerian Agama di provinsi dan membawahi beberapa kantor kementerian agama di kabupaten dan kota.
Alamat
Jalan Tgk. Abu Lam U No. 9 Banda Aceh 23242
Lainnya
Media Sosial
© 2023 Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh
Oleh : Humas Kanwil Aceh