Banda Aceh-KemenagNews (26/6/2013) Setiap hari setiap kita mesti bersedekah, walaupun sedikit. Jika ada yang meminta dan kita kesulitan dan tak ada yang disedekahkan, usahakan dan senangkan peminta, bahkan, dengan meminta datang lagi nanti. Ini menandakan, tak boleh sekalipun kita lewati pembawa kunci surga itu, dengan tidak memungutnya. "Sekarang saya tak ada apa-apa, coba nanti tuan balik, semoga sudah ada," ajar penceramah 'Kajian Rabuan' di Mushalla Al-Ikhalsh, Kanwil Kemenag Aceh. Demikian kira-kira alasan jika kita ketulan kehabisan materi yang kita sedekahkan, dan tetap berhasrat ingin bersedekah, tak boleh lewat momentum surgawi itu. Jika ada yang meminta-minta atau tidak mau dia meminta-minta tapi kita membantunya, berarti kita telah menampik atau menolak bala sehari semalam itu, andai kita mengulurkan tangan membantunya. "Jika di pintu rumah, ada yang mengetuk pintu dan meminta sumbangan, maka senangkan diri sekeluarga dengan mengatakan, 'sayangku, itu di pintu sedang ada yang membantu menolak bala turun ke rumah kita, mari kita kasih untuknya, kita bersyukur dia ke rumah kita bukan ke rumah orang lain'," kira-kira mesti demikian sikap kita menyambut pengantar pahala itu ke rumah dan ke ruang kita."Kita mesti sedih, jika pengemis mengetuk pintu tetangga, bukan pintu kita. Sebab Rp 10.000 kita sedekahkannya akan menyelamatkan Rp 100.000 dari bala Allah nanti," banding dan 'hibur' penceramah, Tgk. Syukri Daud Pango, dalam acara yang dipandu 'Bidang Penamas' itu. "Sedekah yang diam-diam akan menggandakan pahala hingga 70 kali lipat. Dan sedekah yang diterima tentu yang baik-baik. Firman Allah dalam satu ayat Surat An-Nisa': 'lantanaalul birraa hattaa tunfiquu maa tuhibbuun... (tidak disebut kebaikan itu, hingga Anda tulus menginfaqkan apa yang Anda cintai...)," jelas penceramah di bulan Sya'ban 1434 itu lagi. [yakub]