Banda Aceh-KemenagNews (5/11/2012) Berikut harapan Tgk. Mirza (foto: kiri baju batik) santriwan Dayah Mabdaul Ulum, Lamteumen, Banda Aceh (alumni Workshop/Pembinaan Organisasi Santri Se Aceh, yang digelar Bidang Pekapontren Kanwil Kemenag Aceh, 31 Oktober - 1 November di Banda Aceh).Dayah ataupun zawiyah adalah lembaga pendidikan tertua di Provinsi Aceh. Pendidikan Dayah sudah ada jauh sebelum sekolah-sekolah/lembaga-lembaga pendidikan formal lainnya berdiri di Aceh, bahkan mungkin di Indonesia.Bila kita telusuri sepak terjang lembaga pendidikan zawiyah dari sudut pandang sejarah, tentunya kita akan banyak sekali menemukan berbagai pasang surut peranan dayah itu sendiri di Aceh. Apakah itu peranan dalam dalam membangun kehidupan spiritual masyarakat aceh, moral, etika, akhlak maupun dalam bidang kenegaraan. Bahkan pada masa kerajaan Aceh, dayah melalui para ulama-ulamanya, dijadikan rujukan pedoman hidup, sekaligus tempat bertanya para keluarga kerajaan, juga dayah ikut aktif terlibat di dalam merancang, menyusun, serta membantu pihak kerajaan untuk menetapkan hukum.Pada sekitar abad ke 16 - 17 yaitu masa kejayaan kerajaan Aceh, dayah banyak menghasilkan lulusan-lulusan yang berkualitas dan bertaraf Internasional. Sebut saja Syaikh Abdurrauf as- Singkili, beliau merupakan seorang maestro ulama pengarang kitab tafsir Al Qur'an pertama yang berbahasa melayu di Asia tenggara, yaitu kitab Tarjuman al Mustafid.Sekarang, menjadi tantangan bagi lembaga pendidikan dayah untuk mencetak kader-kader atau lulusan-lulusan yang berkualitas, khususnya di dalam menjawab tantangan di zaman/era globalisasi ini, mudah-mudahan dengan diiringi usaha yang sungguh dan do'a. Lembaga pendidikan Dayah bisa menjawab serta berperan aktif di bumi tanah rencong ini, amin. [tgk. mirza, dayah mabdaul ilum, lamteumen, banda aceh/yyy]