Kemerdekaan kita, sungguh diperjuangkan dan dicatat miliki andil besar dari para pemuda. 

Perjuangan untuk merdeka diperjuangkan oleh ragam suku, etnis, dan agama. Maka lanjutkan wahai para pemuda akan cita-cita para pejuang, karena negera ini bukan milik satu golongan saja. 

Demikian di antara harapan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kakanwil) Provinsi Aceh yang diwakili Kabid Pendidikan Agama Islam (PAI) Dr Hj Aida Rina Elisiva BAcc MM, saat membuka giat Youth Peacemaker Aceh, aula kantor, Rabu pagi, 20 Agustus 2025.

"Proklamasi kemerdekaan Indonesia awalnya bukan tanggal 17 Agustus, tetapi direncanakan pada tanggal 24 Agustus 1945. Namun semangat para pemuda mendesak Soekarno agar segera proklamirkan kemerdekaan. Menjelang akhir pendudukan Jepang, tepatnya pada 15 Agustus 1945, desakan agar Indonesia segera merdeka semakin kuat. Golongan muda mendorong Soekarno dan Hatta agar tak menunda lagi proklamasi," kisah Plh Kakanwil, yang juga Kabid Pendidikan Agama Islam (PAI) Kanwil. 

Hadir bersama peserta, antara lain Kabid Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Drs H Arijal MSi dan para Pembimas. 

Aida Rina Elisiva juga sampaikan bahwa, "Perjuangan gapai Kemerdekaan Indonesia tidaklah mudah. Indonesia satu-satunya negara yang merdeka karena mengusir penjajah. Maka kewajiban generasi muda menjaganya tetap dalam kedamaian."

"Lewat aneka permainan, dalam momen HUT RI misalnya, akan kian merekatkan sesama kita," ujar Kabid PAI, sembari kisahkan pengalamannya saat masa sekolahan di ibu kota. 

"Damai bukan warisan, tapi harus diperjuangkan," pungkas Plh Kanwil sebelum bacakan satu puisi dalam acara bertajuk "Youth Peacemaker Aceh: Merdeka dalam Kerukunan, Bersatu dalam Perbedaan".

Sementara dalam laporannya, Ketua Tim (Katim) Organisasi dan Tata Laksana serta Kerukunan Umat Beragama (Ortala dan KUB) Kanwil, H Zulfahmi SAg MH sampaikan, di antara tujuan giat ini untuk mengampanyekan kerukunan di kalangan Gen Z. 

"Kita perkuat ragam media sosial sekarang di Aceh dalam memupuk kerukunan dan keragaman," imbuhya. 

Harapannya, juga akan meningkatnya pemahaman bagi 40 peserta mengenai konsep dasar perdamaian dan toleransi. Dan, nanti menularkan bagi komunitas lainnya. 

Di samping itu, ini ajang silaturrahim antar elemen. "Indonesia Emas dimulai dari Generasi Z sekarang," ucapnya. 

"Juga dari ajang ini, teridentifikasinya bibit-bibit pemuda pegiat perdamaian untuk pembinaan lanjutan. Dihasilkannya naskah "Deklarasi Damai Pemuda Aceh" sebagai komitmen kolektif. Terkumpulnya karya-karya kreatif (Poster, Esai) sebagai bahan kampanye perdamaian," harapnya. 

"Serta terpublikasikannya kegiatan sebagai wujud sinergi positif antara pemerintah dan masyarakat sipil," pungkasnya. 

Dalam laporannya, Ketua Panitia Kevin Leonardy, rincikan, acara yang diprakarsai Kanwil Kemenag Aceh dan Peace Generation Aceh diikuti 40 jajaran. 

Asal komunitas sebagai peserta, dari 24 komunitas muda di Aceh, meliputi: Pemuda NU, Fatayat, IMM, Jaringan Doa Pemuda (JDP), Political Club, Keluarga Besar Mahasiswa Katolik (KMKAT), Pemuda GPIB, Himpunan Mahasiswa Kristen (HIMKUS), Youth Peace Generation, Pemuda Buddha, Youth Id, Hakka, YKPI, AYA, KAMUDEMRES, Peacegen Aceh, Teduh, Flower Aceh, CYDC, SP Aceh, Duta Damai, Orang Muda Katolik (OMK), Kontras Aceh, Pembina Pramuka, MAN 2 Banda Aceh, dan Arrows Basket Basketball Academy. 

Dalam sambutannya, Koordinator Peace Generation Aceh Avicenna Al Maududdy MHum, dalam sambutannya juga jelaskan, bahwa lembaganya bergerak dalam ranah rawat perdamaian dan kerukunan. 

Tim Kanwil Kemenag Provinsi Aceh selanjutnya fasilitasi materi "4 Pilar Moderasi Beragama". 

Terus, rangkaian acara "Warung Keberagaman", antara lain difasilitasi Nyanyak Marawan Putri MA. Termasuk Nyanyak umumkan "Peserta Teraktif dan Peserta Lomba".

Acara setengah hari diawali dengan menyanyikan Indonesia Raya, Mars Kerukunan, Himne Aceh, sebelum Kakanwil membuka resmi acara 25 Shafar 1447 Hijriah.

Di sela pembukaan, juga diselingi puisi "Pemuda-Pemudi Sebagai Tombak Negeri" bersama Muhajir, mewakili peserta (disabilitas).[]