Banda Aceh-KemenagNews (11/7/2013) Di antara kita, mungkin tak memepedulikan jika anak kita shalih dan taat. Manakala Allah memberikan kepada kita anak yang tak baik dan membandel, maka kita biasa akan mempedulikannya. Jadi anak nakal pun, itu tanda kasih sayang Allah kepada kita. Jika anak kita baik, kita lupa dia ada di mana, mungkin. Sebab dia jelas sudah shalat dan berkawan dengan kawan yang baik. Namun jika anak kita pembantah dan membandel, kita selalu penasaran 'siapa lagi yang dipukul dia di sekolah ya?' Demikian perbandingan dan penjelasan dari Tgk. H. Faisal Ali, Sekjen HUDA (Himpunan Ulama Dayah Aceh), dalam taushiah ba'da zhuhur, Kamis, 2 Ramadhan (11/7)Soal kekeliruan saat shalat jamaah (termasuk shalat tarawih pun), kita selalu mempraktekkan kekeliruan dalam kontrol anak itu secara 'berjamaah'. Padahal tujuan diatur urutan shaf itu, demi kemaslahatan dan keamanan untuk ayah, ibu, dan anak. Di samping sempurnanya tujuan slahat jamaah. "Maka kaifiat (tatacara) shalat ramai-ramai itu: di belakang imam berdiri jamaah dewasa laki-laki, di belakangnya, berdiri pula anak-anak. Kemudian di belakang anak pria, ada shaf anak perempuan, di depan jamaah dewasa perempuan, Salah satu tujuannya, agar anak-anak terkontrol. Jadi bukan anak perempuan di belakang, yang bisa-bisa dia merayap (main-main) lagi shalat," jelas dan ajak Lem Faisal (sapaan pada Teungku Faisal Ali), Pengurus DPW NU Aceh, dalam kultum di Mushalla Al-Ikhlash, Kanwil Kemenag Aceh itu. Sekarang kita kurang mempedulikan fenomena keretakan hubungan dan pengawasan ini. Anak-anak main-main terus di belakang shalat sana. "Ayah dan ibu asyik shlat, remaja dan anak pria dengan anak wanita juga asyik 'berbalas pantun' di belakang shaf. Ini karena kita mengabaikan hikmah dari bab-bab fiqih, bab shalat berjamaah," gambar Tgk. H. Faisal Ali, pimpinan Dayah Mahyal Ulum Al-Aziziyah di Sibreh, dan Teungku pengajian saban dhuha Jumat di Masjid Baitul Makmur Sibreh, Suka Makmur, Aceh Besar. [yakub]