CARI
Rekomendasi Keywords:
  • Azhari
  • Kakanwil
  • Hari Santri
  • Halal
  • Islam
  • Madrasah
  • Pesantren

Keteladanan Orang Tua dalam Keluarga

Image Description
Inmas Aceh
  • Penulis
  • Dilihat 26112
Rabu, 11 Desember 2013
Featured Image

Banda Aceh-KemenagNews. Ada 3 komponen penting pada kalimat “keteladanan orang tua dalam keluarga”. Pertama; ke-teladan-an yaitu bagaimana kita memberi contoh yang benar dalam berbicara, benar dalam bersikap, benar dalam berfikir dan benar dalam berupaya. Kedua; orang tua, yaitu sebagai pemegang amanah dari Allah atas anak yang telah dianugrahkan untuk dipelihara, di didik dan dipenuhi haknya sebagai seorang anak. Ketiga; keluarga sebagai organisasi terkecil dalam kehidupan seseorang dan memiliki peran penting dalam kebiasaan, pendidikan dan pembentukan karakter seseorang.

Keteladanan orang tua adalah bagaimana cara orang tua memberikan contoh yang benar kepada putra putri anggota keluarganya mengenai cara berbicara, bersikap, berfikir dan berupaya yang baik dan benar dalam keluarga dan kebiasaan sehari-hari. Orang tua adalah sekolah pertama dan utama bagi putra-putri kita. Keluarga adalah poros penting dalam proses pembentukan kepribadian seorang anak. Kebiasaan yang disaksikan, dialami oleh seorang anak dari orang tuanya maka secara langsung ataupun tidak langsung akan terekam dalam fikiran bahkan sangat mungkin akan diikuti atau ditiru oleh anak-anak kita.

Oleh karena itu, perlu kita ingat kembali peran orang tua terhadap anak-anak yang telah diamanahkan oleh Allah SWT. Pertama adalah wajib untuk menanamkan nilai-nilai ketauhidan dan nilai-nilai keagamaan lainnya kepada anak-anak sejak dini dan berkelanjutan. Implementasinya bagi keluarga muslim, dapat dilakukan melalui kebiasaan shalat 5 waktu tepat waktu, shalat berjamaan keluarga, belajar al-qur’an, belajar kajian keagamaan, dan lain-lain. Kedua, mengajarkan dan membiasakan berakhlak baik sebagaimana tuntunan akhlakul karimah yang diajarkan Rosululllah SAW. Contoh implementasinya adalah bagaimana sebuah keluarga dapat berinteraksi satu sama lain secara sopan, santun, tidak kasar, tidak ada kekerasan, saling menghargai, saling menghormati, saling menolong dan bekerjasama satu sama lain antara suami, istri ( ayah dan ibu) juga anak-anak dan anggota keluarga lainnya, bahkan berakhlak baik terhadap tetangga, kerabat dan lingkungan. Ketiga, membekali pengetahuan yang cukup untuk bekal hidup dan masa depannya di dunia dan akhirat, melaui pendidikan formal maupun non formal.

Hal-hal baik yang biasa diucapkan dan dilakukan orang tua menjadi teladan utama bagi putra-putri anggota keluarga. Hanya saja dalam perkembangan yang terjadi saat ini, ada banyak tantangan yang dihadapi orang tua dalam mendidik putra putrinya khususnya tantangan pada anak-anak remaja. Kemajuan teknologi dan dunia hiburan telah menarik minat yang cukup tinggi dari para remaja melebihi ketertarikan remaja terhadap pengetahuan keagamaan dan tokoh-tokoh Islam lainnya, sedangkan orangtua masih banyak yang kurang informasi dan kurang memiliki kefahaman atau kemampuan dlm teknologi. Ironisnya lagi banyak anak-anak yang tak bisa lagi meneladani orangtuanya sendiri karena orang tuanya tak lagi memilki waktu dan kesempatan untuk berkomunikasi, tak ada waktu lagi untuk menikmati kebersamaan keluarga.

Keluarga (Orang tua) mempunyai peranan penting dalam pendidikan, karena Keluarga (Orang tua) merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama dimana dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam pendidikan anak akan sangat membekas, sehingga tidak mudah hilang. Dari sini keluarga mempunyai peranan besar dalam pembangunan masyarakat. Karena keluarga merupakan batu pondasi bangunan dan tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan mempersiapkan generasi islam yang berkualitas.

Anak merupakan amanah bagi orang tua. Hatinya yang suci merupakan permata alami yang bersih dari pahatan dan bentukan, dia siap diberi pahatan apapun dan condong pada apa saja yang disodorkan kepadanya. Jika dibiasakan dan diajarkan kebaikan, dia akan tumbuh dalam kebaikan, dan berbahagialah kedua orangtuanya di dunia dan akhirat, juga pendidik dan gurunya. Tetapi, jika ia dibiasakan kejelekan dan dibiarkan sebagaimana binatang ternak, niscaya akan menjadi jahat dan binasa. Dosanya pun ditanggung oleh guru dan walinya. Na ’Udzubillahi min dzaalik.
Rasullah saw bersabda :
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda : “Surga itu berada dibawah telapak kaki kaum ibu“ (H.R. Ahmad).

Apa dan bagaimana makna dari “Surga itu berada dibawah telapak kaki kaum ibu” ini menggambarkan betapa shaleh dan tidaknya seorang anak tergantung bagaimana sang ibu mendidiknya. Mendidik dan mengajar anak termasuk hal-hal yang asasi dan wajib dilaksanakan setiap muslim yang komit kepada agama yang hanif (lurus) serta kaffah (Menyeluruh). Mendidik dan mengajar anak merupakan perintah dari Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.
Allah swt. berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Qs.At-Tahrim : 6)

Selaku umat Islam, merupakan kewajiban bagi kita untuk mengikuti, mencontoh dan menteladani semua perilaku terpuji rasulullah yang lebih dikenal dengan istilah akhlakul karimah. Akhlakul karimah tersebut dapat kita temui dalam berbagai literatur baik berupa sirah nabawiyah, riwayat-riwayat sahabat beliau, maupun firman Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an.

Strategi mengatasi krisis yang paling ampuh ialah selalui memulai dari diri sendiri. Prinsip ini tertuang dalam hadits singkat: “Mulailah dari diri sendiri”

Saat ini anak-anak mengalami krisis keteladanan. Hal ini terjadi karena sedikitnya media masa yang mengangkat tema tokoh-tokoh teladan bagi anak-anak. Tayangan-tayangan televisi misalnya, didominasi acara hiburan dalam berbagai variasinya, acara sinetron atau infotainment tidak diharapkan memberikan contoh kehidupan Islami secara utuh. Sementara itu porsi penanaman akhlak mulia melalui contoh pribadi teladan pada pelajaran-pelajaran keislaman di sekolah juga masih rendah.

Dalam kondisi krisis keteladanan ini, keluarga menjadi basis penting bagi anak untuk menemukan keteladanan. Maka, orang tua sudah selayaknya menjadi figur pertama bagi anak untuk memenuhi kebutuhan ini. Untuk itu ada kiat-kiat yang bisa dilakukan oleh orang tua agar menjadi pribadi teladan dalam proses pembentukan akhlak Islami pada anak.

Pertama, orang tua hendaklah mengenalkan tokoh-tokoh teladan dalam Islam. Yaitu dengan banyak membaca sirah Nabi Muhammad saw. dan juga profil orang-orang shalih. Internalisasi bacaan ini akan membentuk pribadi berakhlak terpuji, sehingga pantas menjadi salah satu panutan bagi anak. Bacaan ini juga sekaligus menjadi pengetahuan untuk diajarkan kepada anak-anak.

Kedua, menghargai nasihat dan kebenaran meskipun dari seorang anak kecil. Pada masa kejayaan peradaban Islam banyak kisah tentang kedudukan anak-anak yang dihormati pemimpin saat itu. Akar dari kondisi ini adalah didikan dari Rasulullah saw. terhadap para sahabat. Ibnu Mas’ud pernah dinasihati beliau dengan kalimat, “Sembahlah Allah dan jangan kau sekutukan dengan yang lain. Berjalanlah kamu bersama Al-Qur’an di mana pun kamu berada. Terimalah kebenaran dari siapapun, baik dari anak kecil ataupun dari orang dewasa, meskipun ia adalah orang jauh yang kamu benci. Dan tolaklah kebatilan dari siapapun, baik dari anak kecil atau orang dewasa, meskipun itu adalah orang dekat yang kamu cintai.” (h.r. Abnu Asaakir dan Ad-Dailami).

Ketiga, mengajak dan mendorong anak untuk membaca kisah-kisah orang teladan. Orang tua berperan memilihkan buku yang menarik dan sesuai denganperkembangan kejiwaan dan pemikiran anak.

Keempat, memelihara komunikasi & interaksi positif keluarga. Memahami karakter & aktifitas masing-masing namun tetap memiliki waktu dan kebersamaan yang berkualitas bagi keharmonisan seluruh anggota keluarga.

Setiap orang memiliki potensi yang berbeda-beda, karenanya seseorang tetaplah mesti menjadi diri sendiri dan menjadi pribadi yang semakin hari semakin baik. Karenanya ketika mengarahkan anak untuk meneladani seseorang, orang tua pun hendaknya tetap mendorong anak untuk tetap menjadi dirinya sendiri.

Salah satu sikap keteladanan yang harus ditanamkan adalah sikap optimis, optimis artinya berpengharapan baik. Sikap ini perlu dimiliki oleh setiap manusia dewasa maupun anak-anak. Dengan sikap, manusia dalam hidupnya akan senantiasa berfikir positif, memiliki gairah hidup dan lebih mantap dalam merencanakan kehidupan dimasa depan. (Lia)

Tags: #
Tentang
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh adalah unit vertikal Kementerian Agama di provinsi dan membawahi beberapa kantor kementerian agama di kabupaten dan kota.
Alamat
Jalan Tgk. Abu Lam U No. 9 Banda Aceh 23242
Lainnya
Media Sosial
© 2023 Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh
Oleh : Humas Kanwil Aceh