[Kanwil | Muhammad Yakub Yahya]  Menyikapi kondisi Kementerian Agama, ada baiknya kita renungkan satu pesan dari Drs H Herman MSc, mantan Kakandepag Aceh Jaya, yang juga mantan Kakankemenag Aceh Singkil, dalam apel 25 Sya’ban 1435 Hijriyah, di Halaman Kanwil Kementerian Agama Aceh, kawasan Taman Sari.

"Ini perlu, apalagi jika dikaitkan dengan audit dan pemeriksaan keuangan oleh BPK (Badan Pemerikasa Keuangan) atau BPKP, yang kita rancang, laksanakan, dan laporkan. Ini urgen betul, apalagi jika kita kaitkan dengan penilaian penegak hukum terhadap, misal masalah dana haji oleh Menteri Agama RI," kata Herman MSc, agak pelan.

Bahwa, kita bisa saja amanah dalam berbuat, tapi kadang kurang disiplin. Bahwa kita bisa disiplin, tapi harus lebih dari sekadar taat auran semata, mesti ada ruh dalam disiplin itu.

Pak Herman juga tamsilkan disiplin, amanah, dan disiplin amanah dengan orang yang memegang uang lusuh misalnya, yang sudah didikat. Atau seseorang yang dititipkan lembaran rupiah besar, yang sudah di-klip. Selama dia amanah seharusnya tidak boleh mengganti dengan lembaran lain, meski nilai sama.

Sebab jika dia mengganti, itulah namanya disiplin yang tak lagi amanah. Sebab dari situ akan keenakan pada kebiasaan menukar dan mengganti materi lain, atas dasar hanya pertimbangan nilai uang, bukan muatan amanah yang mesti utuh dan apa adanya yang disampaikan.

Jadi, pesan H Herman MSc, seputar disiplin menambah bahan perenungan pekan ini. “Apalagi kita melihat dengan hasil audit dan pemeriksaan selama ini. Kita tidak melihat sisi pengaggaran dana saja, tapi hasilnya dilirik dengan sisi lain. Termasuk nilai amanah dan disiplin yang amanah,” ujar  Drs Herman, Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, dalam aplel Senin (23/6).

Disiplin, suatu sikap mental seseorang, baik dalam bertindak, dan lainnya sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku. Sesuai dengan atuaran, dalam ucapan dan gerak-gerik sesuai dengan rel yang berlaku. Disiplin perlu dilatih dan dirawat.

Dalam penilaian masyarakat kita, mungkin dinilai bahwa kita di Kemenag ada kekurangan, karena aspek keamanahan ini. Karena disiplin amanah ini mungkin yang kurang di keseharian kita. Kabid PHU tamsilkan, “Dalam masyarakat kita ada edegium, “Han jeuet meutukatangke,“ artinya jika buahnya itu, ya tangkainya mesti ikutan buah itu, jangan tertukar tangkainya.

“Persis bak orang buat kue, dia bikin dengan acuan kuenya. Jika hanya mempertimbangkan kesesuaan hasil olahan (padahal sedikit berbeda di sana sini), misalnya ada belang dan bintik hitam, atau ukuran kurang persis, karena dibuat dengan acuan yang lain, tapi tetap akan ketahuan kekeliruan acuannya. Itulah makna disiplin yang amanah, bekerja dengan acuan dan takaran yang pas,” tutup Kabid, suami Dra Raida (Penyuluh di KUA Kecamatan Lueng Bata Banda Aceh) itu. 

[foto: Ruslan, salah satu sekuriti menjaga kenyamanan jalannya apel Senin, di Gerbang Selatan Kanwil, bawah Baliho UN 2014]