[Banda Aceh | Yakub]  Beberapa hari lalu, seseorang menitipkan (memasukkan tanpa kami saksikan) sejumlah kartu ke Mading TPQ Plus Baiturrahman. Biasa di sana bahan bacaan dan pajangan, tersusun jelas, jika ada titipan jamaah. Namun kali ini agak  bertumpuk dan isinya sejumlah dokumen.

Saat kami rapikan, ternyata terteralah sejumlah kartu milik PNSMIN Peureulak Aceh Timur. Juga ada KPE serta foto diri yang jelas.

Sore, saat kami kumpulkan isi Mading, ternyata bukan hanya kartu penting baginya, juga bagi keluarganya. Sejumlah kartu kini masih ada sama kami, dan kami menanti untuk diambil.

Kami ikut prihatin pada siapa pun, atas kejadian kehilangan ini di sini (di masjid), karena ada okmun jamaah yang memang ke masjid ingin mencuri, atau kehilangan barang di lain tempat dan diserahkan ke masjid, salah satunya dompet.    

Kita prihatin, sebab dompet seperti nyawa kedua, di zaman sekarang bagi empunya. Apalagi bagi kita yang pernah kehilangan, misalnya saya yang pernah kehilangan (dicopet) dompet oleh pencopet di Blang Padang saat meliput, dulu. Dan tak ketemu atau dikembalikannya.    

Alkisah, Majalah Dinding (Mading) TPQ Plus Baiturrahman yang kami dirikan sejak usai tsunami, memang efektif sebagai media pengumuman. Di sana sering kami pajang barang temuan ukuran kecil, dan karena memang strategis.    

Kami pajang, mungkin itu kartu yang ditemukan orang lain, setelah diambil uang oleh pencuri pertama, atau memang jatuh entah di mana, dan ditemukan orang, lalu dititipkan pada kami.    

Lantas dukumen penting dari KTP, SIM, Karpeg, Kartu Asuransi, ATM, STNK, Surat Berobat, dan aneka kartu yang berbeda logo tergantung kita, diamanahkan pada kami, untuk dipajang.    

Bahkan aneka kunci kadang ada juga di sana, juga foto-foto yang jatuh. Buku nikah juga ada, tapi tetap tak bisa kita serahkan (kirim), tak lengkap alamat, kecuali diambil langsung atau ada mitra yang kenal dan mengambilnya.    

Kadang barang itu, segera ada yang mengambil, kadang banyak yang kami simpan di laci dalam, karena kelamaan di dalam kaca mading (rusak).    

Sebenarnya Mading, khusus di tempat kami, sebagai salah satu kreatifitas lembaga yang wajib ada, untuk menampung kreativitas santri dan guru, berupa opini, artikel, renungan, kliping, cerpen, bahasa, karikatur, sajak, puisi, foto, pengumuman dll. Namun, juga sering jadi papan pengumuman lembaga lain secara gratis, asal islami, misalnya pengumuman acara dan murid baru. Nah… [muhammmad yakub yahya, direktur tpq plus masjid raya baiturrahman banda aceh]