[Aceh Utara | Inmas] Pada acara silaturrahmi dengan Bupati Aceh Utara, Walikota Lhokseumawe, unsur Forkopimda, tokoh masyarakat Aceh Utara dan Kementerian Agama Provinsi Aceh di Pendopo Bupati Aceh Utara, LHS mengajak semua kalangan untuk menjaga nilai agama agar bisa terpelihara di Indonesia. “Secara khsusus saya ingin mengajak kita semua agar nilai-nilai agama bisa terjaga dengan baik,” katanya.
“Di tengah kemajemukan, keragaman dan ditengah pluralitas, kita harus benar-benar mampu menyampaikan esensi dan substansi dari agama ini. Karena ini di Aceh yang mayoritas muslim saya ingin mengajak kita semua bagaimana memahami Ruhud Dakwah,” tambah LHS.
LHS mengatakan esensi dari dakwah itu sendiri adalah mengajak kepada kebajikan. LHS mengaku sangat prihatin dan sedih saat menyaksikan televisi tentang berita-berita yang menunjukkan betapa orang atas nama agama melakukan hal-hal yang bertolak belakang dengan agama itu sendiri. “Atas nama agama, atas nama berdakwah, atas nama konon katanya melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, tapi justru mengingkari esensi dari agama itu sendiri. Itu bikin sedih,” kata menag.
“Mungkin itu terjadi di belahan negara lain, tapi siapa yang menjamin bahwa hal seperti itu tidak akan merembes di Indonesia ini,” tambahnya.
Menag mengatakan dengan perkembang teknologi informasi yang mengalami perubahan yang sungguh luar biasa pesatnya. Maka hal tersebut itu tidak hanya mempengaruhi pola hidup, relasi antara orang tua dengan anak, antara suami dengan istri, antara guru dengan murid, namun juga memperngaruhi cara pandang masyarakat termasuk paham kegamaan.
“Tiba-tiba ditengah kita muncul paham-paham yang mengatasnamakan Islam, tetapi pahamnya sesuatu yang berbeda sama sekali dibandingkan dulu yang pernah kita jalankan di dayah-dayah kita, di pesantren-pesantren kita,” katanya.
Menag menyatakan, yang lebih menyedihkan lagi hanya karena perbedaan-perbedaan yang tidak prinsipil, kemudian menjadi faktor pembeda, bahkan kemudian saling mengkafirkan antara satu dengan yang lain. “Sesuatu yang tidak pernah diajarkan oleh para pendahulu kita,” terangnya lagi.
Karena itu menag berharap, khususnya Kementerian Agama dengan bantuan tokoh agama, tokoh ulama, FKUB dan pihak-pihak lain agar kembali memahami Ruhud Dakwah itu sendiri. “Mengajak bukan memaksa, Tuhan tidak meminta kita untuk memaksa orang lain mengikuti apa yang kita yakini benar, tapi mengajak dengan penuh simpati dengan cara yang baik,” tutup menag. [x/p]