Banda Aceh - Berdiri setelah tsunami, Ma'had Daarut Tahfizh Al-Ikhlas terus lahirkan penghafal Alquran. Hari ini di Hotel Amel Convention Hall, Punge Blang Oi, Sabtu (20/5) kembali menggelar wisuda ke 5 dengan total 31 santri hafal Alquran 30 juz.

Kakanwil Kemenag Aceh, Drs H Azhari yang hadir pada acara tersebut berharap agar santri-santri di Ma'had Daarut Tahfizh kembali melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

"Harapan kami kepada anak-anak untuk terus belajar dan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi nanti, pendidikan tidak boleh berhenti," katanya. 

Kepada pengurus Azhari mengajak untuk tetap yakin dan bersemangat untuk melahirkan para penghfal Alquran. "Ustaz Zulfikar dan pengurus tentu banyak menghadapi tantangan. Namun saya yakin ada sebuah kebahagian sendiri saat mendidik anak-anak kita ini," tambahnya.

"Selamat kepada anak-anak kami yang di wisuda hari ini, terus belajar dan pada suatu saat kalian bisa meraih masa depan yang lebih baik," tutup Azhari.

Sebelumnya, Zulfikar, Mudir Ma'had Daarut Tahfizh Al-Ikhlas menceritakan sejarah berdirinya lembaga yang dikelolanya saat ini. Ma’had tersebut dirintis pada tanggal 10 Mei 2005 pascabencana tsunami di Aceh. 

Saat berada di tempat pengungsian bersama dengan ribuan orang lainnya, Zulfikar merasa terpanggil hatinya untuk membantu korban tsunami khususnya anak yatim.

"Timbullah cita-cita saya untuk membuat sebuah wadah penampung anak-anak yatim korban tsunami ini dengan ilmu-ilmu agama dan mengajarkan Alquran. Lalu berdirilah Ma’had Tahfizh AlQuran," katanya. 

Zulfikar melanjutkan, dalam menjalankan aktivitasnya ma’had mendapatkan dukungan penuh dari Yayasan Paguyuban Al-Ikhlas Jakarta, sehingga diberi nama Ma’had Daarut Tahfizh Al-Ikhlas.

"Ada 15 santri saat itu dan 80 persen dari mereka bisa menghafal 30 juz. Setelah itu dalam perjalanan 80 persen bantuan yang datang untuk ma'had ini berasal dari donatur Malaysia," kata Zulfikar terharu.

Saat ini Ma'had Daarut Tahfizh Al-Ikhlas, kata Zulfikar sudah melahirkan 90 santri syahadah dan beberapa dari santri tersebut menyambung pendidikan mereka di Libya, Yaman dan Mesir. []