[Magelang | Muhammad Yakub Yahya] Sekjen Kemenag RI Prof DR H Nur Syam MA, Kamis malam (14/5) menutup dengan resmi perkemahan kepramukaan nasional. Penutupan dirangkai dengan sejumlah tarian dari pentas seni provinsi yang menjuarai, Papua dan Jambi, serta tarian gabungan antara Bali, Banten, dan Jambi.
Kabid Pendidikan Madrasah (Penmad) Kanwil Kemenag Aceh Drs H Efendi MSi hadir dalam penutupan, usai hujan guyur Magelang itu. Kabid Penmad hadir sejak Rabu (13/5). Saat dibuka Menag RI (12/5), Kakanwil Kemenag Aceh hadir di acara dengan membawahi 26 kontingen Aceh
Menurut Sekjen, di hadapan Direktur Penmad, Kakanwil Jateng, Gubernur Akmil, Kwarnas, Kwarda, Pinkonda, dan peserta se Indonesia di Lapangan Tembak Akmil Salaman Magelang itu, bahwa pramuka madrasah salah satu media membentuk karakter generasi emas kita. Pada 2045 NKRI akan rayakan Indonesia emas. 2030 dan 2045 sebagai bonus demografi, sebab akan didominasi oleh generasi muda yang kini sedang di madrasah.
Sebelumnya, Direktur Penmad Prof DR Phil H Nurchalis S MA, sampaikan alasan pemilihan Lapangan Tembak Akmil sebagai lokasi PPMN (Perkemahan Pramuka Madrasah Nasional) perdana. Dalam pembukaan yang dirangkai dengan zikir dan shalawat dari Pekalongan dan Brebes, serta ceramah Bhineka Tunggal Ika dari kiai Tanah Jawa, Direktur jawab bahwa di balik penentuan lokasi ini, salah satunya untuk jalin hubungan baik madrasah dan TNI.
Kata ‘Selamat Jalan’ disampaikan Kakanwil Kemenag Jateng Drs H Ahmadi MAg, yang disimak peserta dan warga di depan panggung dan di tenda. Kontingen Aceh diapit perkemahan Papua, Sulsel, Bayolali, Klaten, Kebumen dan lainnya.
Dan, pengumuman sang juara perlombaan pun diumumkan yang disambut tepuk tangan oleh sebagian kecil peserta, dan disambut dingin oleh mayoritas kontingen. “Soalnya, banyak sekali daerah yang tak disebut atau ‘tak dieja’ dalam ‘SK Dewan Juri’ yang diteken Prof DR Phil H Kamaruddin Amin MA, Dirjen Pendis Kemenag RI itu,” cerita M Chairul Saleh SAg, Pinkonda Aceh di pinggir lapangan.
“Aneh, Sulawesi cuma dibaca satu kali namanya buat juara, Kalimatan sedikit kali dibaca, dan yang diulang-ulang hanya Jambi, Bali, Jateng, dan Papua…,” balas Mulkan Sidamanik dengan geram, dalam mobil sambil pulang ke penginapan dekat Candi Brobudur.
“Memang tak bisa dinilai sebuah tarian yang tidak sekufu, misalnya Ratoh Jaroe dengan seni milik provinsi lain. Yang bisa dinilai lomba, jika itu sama muatannya seperti hymne, mars, paskibra dan lainnya. Namun siapa yang bisa membandingkan seni daerah bagus atau tidak, jika bukan oleh juri yang spesialis dan ahli, dan tetap menzalimi seni daerah,” jelas Khairul Azhar SAg pada rekan provinsi lain. Memang ada kontingen yang abai dengan skenario sebelumnya, sebab ada keliru dalam juklaknya, seperti paskibra.
“Dasar juri dari tuan rumah, maka juara umum pun milik mereka…,” kritik kawan lain dari kontingen Aceh, setelah mendengar Juara I, II, dan II untuk K3 (kebersihan dan lingkungan) untuk Bali, DKI, dan Kalteng (putra). Juara I, II, dan IIIK3 putri ialah Jateng, DIY, dan Bengkulu itu.
Seharian memang awak media mewawancarai kontingen Aceh. Esoknya ke pos-pos kontingen, juga buat kemah Aceh koran dibagi-bagi juga. Dari wartawan Jawa Post, juga mewawancarai siswa Aceh. Aceh kali ini diwakili oleh MAN Model Meulaboh, MAN Model Banda Aceh, MAN Montasik, dan RIAB.
Para juara dapat tropi dan alakadar uang pembinaan (dari 1 juta hingga 4,5 juta, tergantung cabang). Juara I, II, dan III putra; serta I, II, III putri untuk cabang Pentas Seni dimenangkan juri untuk Papua Barat, Jateng, Lampung; serta Jambi, Jateng, dan Bali.
Juara I, II, III cabang Ekspo Teknologi Terbarukan adalah Bali, Jatim, dan Riau. Dan Bengkulu, Jateng, dan Kalbar untuk harapan I, II, dan III. Juara PBB jatuh untuk DKI dan Bali.
Lomba Yel yel Madrasah, oleh juri dimenangkan untuk Bali, Sulsel, dan Bengkulu. Unik untuk Bali, ada yang nonmuslim sebagai kontingen, karena memang dari madrasah.
Juara Dolanan (seni tradisional) dimenangakan Jatim, Kaltim, Jambi, Kalbar, Lampung, dan Banbel untuk juara I, II, III dan harapan.
“Oo rupanya begini ya…. Jika digelar di Sumatera lalu juara dimeratakan untuk Kanwil se Sumatera, siapa yang berani komplain jika begini?” tanya kawan lain
Mitra kerja dari kontingen Sumut misalnya, isyaratkan, bahwa Aceh layak juara di pentas seni, saat tampil provinsi lain beri aplaus lama, dan dukungan penuh. Semua tahu bakal juara, karena penampilan yang aduhai. Namun saat diumumkan sudah diambil oleh tarian yang, penonton pun menilai tak layak raih juara.
Alhasil, Aceh untuk even perdana ini, ikhlaskan juara diambil provinis lain. Coba buat di Aceh, pasti juara. Soalnya ada Kanwil yang seberangkan Selat Sunda untuk bawa truk ke perkemahan… Sedangkan Aceh, mana bisa bawa barang dengan pesawat, akhirnya trieng pun dibeli di lokasi (Kakanwil Drs HM Daud Pakeh ikut mencari dan bikin pagar di hari/malam pertama). Nah! [Khairul/Chairul/Mulkan/Taufik]
[Foto: Direktur Pendidikan Madrasah Dirjen Pendis Kemeneg Aceh Prof DR Phil H Nurchlis Setiawan MA, serahkan tropi pada para juara PPMN I di Magelang Kamis malam (14/5)]