Banda Aceh-KemenagNews (5/7/2013) Siang hari Senin lalu (1/7) dengan beberapa rekan media kami berkesempatan berdiskusi panjangan dengan Abon Buni, salah seorang ulama kharismatik alumnus Dayah MUDI Mesra Samalanga yang memiliki nama lengkap Tgk. H. Abubakar bin Usman.
Abon Buni, demikian sapaan akrab ulama yang saat ini aktif memimpin Dayah Ashabul Yamin di Kecamatan Paya Bakong Kabupaten Aceh Utara tersebut saat ini membina puluhan Majlis Ta’lim yang terus berkembang kian pesat.
Setikitnya, ada 16 titik Majlis Ta’lim yang tersebar di Aceh Utara dan sekitarnya dibawah binaannya beliau. Jamaahnya telah mencapai 400 sampai 500 orang setiap Majlis Ta’limnya.
Menurut Abon Buni, beliau telah merintis Majlis Ta’lim yang sekarang dinamanya “Asy-Syifa†tidak kurang dari 12 tahun, rentan waktu yang tidak singkat tentunya. Banyak kisah mengharukan beliau dalam membina Majlis Ta’lim tersebut. Pahit getir selalu beliau alami saat berdakwah dengan metode “ta’lim†tersebut.
Bahkan, menurut Abon Buni, di awal-awal beliau merintis Majlis Ta’lim tersebut, banyak suara sumbang yang sinis atas usaha dakwahnya tersebut. Tapi beliau terus melangkah memperbaiki umat dengan keyakinan, bahwa hanya dengan proses ta’lim umat bisa diperbaiki dan diarahkan untuk mencintai agamanya. Menurut beliau, hanya dengan proses ta’lim masyarakat akan bisa.
Sebenarnya, menurut Abon, saat mulanya beliau merintis Majlis Ta’lim tersebut karena situasi yang terdesak dimana banyak dayah yang sudah banyak yang kosong dan dengan realitas merajalelanya kebodohan umat dalam memahami agama.
Lalu, mulailah Abon merintis Majlis Ta’lim bagi masyarakat sekitar dayah yang pada awalnya hanya puluhan jama’ah saja yang hadir. Tapi, dengan izin Allah Swt dan dengan kerja kerasnya, jama’ah Majlis Ta’lim terus membludak. Karena jam’ah terus membludak, akhirnya Abon memperluas titik pengajiannya ke Desa Mee Kec. Matangkuli Aceh Utara. Dari sini, jama’ah terus membludak.
Saat pengajiannya mulai membesar, majlis yang dirintis Abon ini kemudian juga dibantu pembinaannya oleh pimpinan dayah lainnya di Aceh Utara seperti ini Tgk H.Sirajuddi Hanafi, Tgk Abdul Manan, Tgk Mukhtarriza dan sebagainya.
Saat ini, titik-titik Majlis Ta’lim yang dibina oleh Abon Buni saat ini telah melintasi wilayah Aceh Utara sampai Aceh Timur dan juga sedang merintis hingga ke Pidie Jaya dengan titik-titik seperti di Matangkuli, Brandang, Lhok Nibong, Idi, Aceh Timur dan sebagainya. (teuku zulkhairi)
Konsep Abon dalam membina Majlis Ta’lim
Dalam diskusi hampir 3 jam kami, Abon mengkisahkan konsep beliau dalam membina Majlis Ta’lim dan cara bagaimana beliau membuat jama’ah pengajiannya tetap betah mengikuti pengajiannya. Menurut Abon, strateginya dalam mengajar para jama’ah adalah lebih karena materi-materi yang beliau sampaikan lebih kepada sentuhan hati.
Abon memaparkan, bahwa Ibnu Adam (Manusia) itu memiliki tiga unsur dasar, yaitu Jawarih (anggota badan), Qalbu (hati) dan Lisan (lidah). Kalau kita menyentuh hatinya, maka kita akan bisa menundukkan anggota badan dan lisan para jama’ah, kata Abon.
Proses ta’lim harus lebih menitik beratkan dengan materi-materi yang menyentuh hari yang dikalaborasi denngan akidah. Dan Rasulullah sendiri tambah Abon, selama 13 tahun berdakwah di Mekkah fokus pada sentuhan hati dan penguatan akidah. Baru kemudian di 10 tahun kemudian di periode Madinah beliau mendakwahkan Syari’ah (Fikih).
Ini pula yang dilakukan Abon dalam membina Majlis Ta’limnya. Abon mengajari tauhid dan menyentuh hati jama’ahnya selama lebih kurang lima tahun, baru kemudian Abon memberikan materi-materi tentang Fikih.
Dan itupun, Abon menjelaskan materi Fikih secara filosofis. Misalnya, saat membedah bab Thaharah dan ibadah, penjelasan yang diberikan harus komperhensif dan filosofis. Saat memberikan materi tentang ibadah, Abon menguraikan dulu bahasan yang komperhensih sebelum masuk dalam bahasan utama, misalnya dengan bahasan bahwa manusia itu memiliki empat keinginan besar yang harus dipenuhi, dan semua keinginan ini diberikan aturan atau kewajiban oleh Islam. Misalnya manusia memiliki keinginan seperti kebutuhan mengisi perut, dan dalam memenuhi kebutuhan ini manusia diatur oleh Islam dalam aturan yang terdapat dalam bahasan Mu’amalat. Saat manusia menginginkan keamanan, maka Islam memberikan aturan jinayah. Saat manusia menginginkan pemenuhan kebutuhan biologis, maka Islam menyediakan hukum Munakahat. Hal demikian juga berlaku bagi kepala, dimana manusia butuh ketenangan batin maka kemudian Islam menganjurkan kita untuk beribadah. “Jadi, pemaparan materi fikih pun jadi lebih luas dan lebih menarik bagi jama’ah,†kata Abon.
Lalu bagaimana Abon menghimpun materi pengajian dan bagaimana pula cara beliau menyamapaikan setiap materinya? Menurut Abon, jama’ah pengajian akan lebih puas dengan pengajian yang tidak terpaku pada teks dan kitab. Artinya, bahasan yang akan dibahas kepada para jama’ah harus sudah dikepala kita, jangan masih tinggal dalam kitab lagi. “Mirip seperti kuliah umum di perguruan tinggi,†kata Abon.
Dalam menyampaikan materinya, Abon selalu menulis setiap catatan-catatan pentingnya di papan tulis. Ini penting agar masyarakat menjadi mudah dalam mencerna,†jelas Abon.
Abon menceritakan, bahwa sebelum mengisi pengajian di Majlis Ta’limnya, beliau harus membaca puluhan kitab dengan berbagai ragam keilmuan. Jika saat membaca kita-kitab tersebut beliau mendapati ada hal-hal baru yang diluar sepengetahuan beliau selama ini, maka Abon langsung mencatatnya di buku catatan harian pengajian beliau.
Catatan-catatan penting ini nanti saya sampaikan kepada para jama’ah dan dengan mengkombinasikannya dengan jenis bahasan lainnya. “Jadi, banyak membaca dan mengkaji berbagai kitab karya para ulama adalah kunci utama untuk suksesnya mengisi pengajian Majlis Ta’lim,†terang Abon.
Abon mengajak para da’i-da’i muda dan seluruh kalangan dayah lainnya untuk memperkuat pembinaan Majlis Ta’lim. Menurut Abon, “Ilmu itu akan bertambah jika diinfakkan, sementara harta akan berkurang setelah diinfakkan†jadi kita harus terus mengajari masyarakat yang diliputi oleh awan kebodohan ini, kata Abon.
Selain, kata Abon, “siapa saja yang mengamalkan ilmu yang sudah didapatinya, maka Allah akan mempermudah jalan baginya untuk memperoleh ilmu yang lainâ€. Jadi, kita juga harus mengamalka setiap ilmu yang sudah kita peroleh, ini kunci utama juga agar jangan sampai kita hanya bisa mendakwahkan orang lain sementara kita sendiri tidak menjalankan apa yang kita dakwahkan,†jelas Abon.
Tgk Marhaban Habibi, Pendamping Setia Abon Buni
Sosok lain yang menjadi pemateri pengajian Asy-Syyifa yang dirintis Abon Buni adalah Tgk. Marhaban Habibi. Tgk Marhaban Habibi adalah sosok ulama muda yang spesial di mata Abon karena pemikiran beliau selalu seide dan sekata dengan Abon sendiri. Bahkan, Abon memberi lakab baru bagi Tgk Marhaban Habibi dengan panggilan “Waled Cutâ€, sebuah panggilan penghormatan untuk menghormati ilmu beliau yang usianya masih sangat muda.
Tgk Marhaban Habibi S.Pd.I bin Tgk Abdul Manan yang tinggal di Gampong Nga Kec. Paya Bakong sendiri adalah ulama muda yang aktivis alumnus Dayah Darul Ulum Abu Tanoh Mirah dan Dayah Babussalam Matangkuli. Selain itu, ia juga pernah belajar di luar negeri seperti di Ma’had An-Nahzah Cempedak, Kedah Malaysia dan Darul Ulum Alhusainiah Shahdadpur, Pakistan serta mengambil gelar kesarjanaan di STAIN Malikussaleh Lhoksemawe.
Waled Cut setia selalu mendampingi Abon dalam berdiskusi dan bertukar pikiran. Waled Cut sendiri memiliki konsep yang matang dalam berdakwah dan mengisi berbagai Majlis Ta’lim di Aceh Utara. Tak jarang Abon mempercayai Waled Cut untuk menggantikan Abon Buni mengisi Majlis Ta’lim jika suatu waktu Abob kelelahan atau karena padatnya jadwal pengajian lainnya. Waled Cut memiliki motto hidup yang sangat luar biasa, “Dengan pola hidup sederhana dan keikhlasan lebih mudah untuk mengabdi dan berbakti. Hidup tabah akan berbuah keberhasilan dan kejujuran akan melahirkan kepercayaanâ€.
Eksistensi Waled Cut yang pernah menjadi anggota MPU Aceh Utara ini adalah sisi lain dari semakin menggeliatnya Majlis Ta’lim di Aceh Utara. Bahwa ulama muda kini semakin eksis membina. Waled Cut bersama Abon dan para ulama lainnya di Aceh Utara terus bergerak memperbaiki moral ummat dengan metode ta’lim dengan dengan sentuhan hati. Kita do’akan agar di Aceh bisa lahir lembaga pendidikan berbasis Majlis Ta’lim seperti yang telah dipopulerkan oleh Aa Gym. Amiin (teuku zulkhairi dkk/y)