Banda Aceh (Inmas) --- Di antara warga Aceh yang belum ada kemampuan atau kesempatan menunaikan tarawih di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi, boleh manfaatkan momen Ramadhan 1438 Hijriah ini, dengan shalat malam di Masjid Raya Baiturrahman.
Di Masjid Raya yang kini telah berpayung itu, hafiz 30 juz yang bersuara merdu, yang piawai bawakan beberapa irama, model imam Makkah dan imam Madinah itu, sedang setia bersama kita.
Sebagian jamaah yang belum bisa menjadi makmum di belakang syekh-syekh yang menjadi imam shalat tarawih di Makkah dan Madinah, silakan hadir ke Baiturrrahman. Apalagi Pengurus Masjid juga sediakan takjil berbuka di bawah payung, sisi selatan, di bawah mesin sirine, saban sore itu.
Syekh Abdelrahman Eldesouky Taha Radwan dari Mesir sebulan penuh menjadi imam 'isya, tarawih 20 rakaat, dan witir. Syekh yang juga Direktur Lembaga Alquran Universitas Al-Azhar di Provinsi Gharbiah Mesir itu, sengaja memilih Aceh, lantaran kecintaannya pada Serambi Mekkah ini.
Saat yang sama, padahal ia telah lama dapat undangan dari Masjid Besar Negara Malaysia di Kuala Lumpur, Islamic Center Australia, dan Islamic Center Perancis untuk imami tarawihnya. Namun ia menolak semuanya, dan memilih ke Baiturrahman, Banda Aceh. Sejak tahun lalu ia memang telah diundang, tapi duluan penuhi undangan negeri jiran.
Menurutnya, ada alasan mendalam hingga ia berkenan 'dibawa pulang' ke Aceh. Setelah lewati lobi dan penjajakan yang lama oleh, misalnya para alumni Kairo di Aceh. Ikut melobi dan dampingi penerjemahan selama di Banda Aceh, seperti Ustadz Fakhruddin Lahmuddin SAg MPd.
Katanya sebelum meninjak kaki ke Aceh, ia membayangkan Indonesia yang mayoritas Islam, dan Aceh yang hampir 100 persen Muslimin itu, kental dengan keislamannya.
Ia menangis malam pertama, sebutnya, juga saat menyaksikan berduyun-duyun ribuan Muslimin-muslimat masuk Masjidil Haram. Ia samakan dengan berduyunnya ribuan jamaah ke Masjidil Haram dari pelosok kota, dan pinggir kota.
Katanya, ia dapati kepatuhan akan Allah dan semangat ibadah orang Aceh, pada Ramadhan, penuh syiar, dan mengharukannya.
Menurut Tgk H Fakhruddin, yang sering dampingi jamaah umrah, yang setia mendampingi syeikh, ianya memang sangat tawadhu'. Di antaranya, jelas Fakhruddin di sela-sela ceramah di Baiturrahman, Rabu malam (31/5), bahwa syekh di Aceh tak mau dilayani berlebihan, dengan menolak dibawakan sepatunya, atau menyuci bajunya. Syeikh bilang, seperti Rasulullah yang menyamakan dirinya dengan sahabat, bukan minta dilayani.
Tgk Fakhruddin sampaikan kelebihan datangnya puasa, 'bagaikan nelayan degan tangkapan melimpah dan harga melampung'.
Namun sempat juga pimpinan Dayah Omar Diyan Indrapuri itu, ungkapkan pada jamaah, satu sesi dialog yang ia menjadi penerjemah, bersama wartawan dengan syekh (akan diturunkan utuh dalam harian Serambi Indonesia, Ahad ini).
Shalat isya pun mulai diimami syekh, sejak malam pertama puasa, Jumat malam atau malam Sabtu (26/5). Seusai Kakanwil Kemenag Provinsi Aceh Drs HM Daud Pakeh, sampaikan ceramahnya, dengan mengajak jamaah bisa syukuri dan rasakan kehadiran ke masjid sini, layaknya di Masjid Nabawi sana, syekh pun lanjutkan dengan imami tarawih.
Malam pertama, sebelum shalat, dialog singkat berlangsung di ruang imam. Ada Setda Aceh Drs H Dermawan MM, Kakanwi, dan lainnya. Lalu azan dan iqamah, dan imam bacakan beberapa ayat saja, di malam pertama puasa yang jamaah membludak sekali itu.
Menurutnya pelan-pelan dulu, dan panjang ayat akan ditingkatkan nanti, hingga khatam, malam terakhir. Saat Kakanwil sedang ceramah, penerjemah (Fakhruddin dan Rahmat) dekatinya di ruang imam. Katanya, boleh juga kalau irama Saud Al-Suraim ayatnya bolehlebih ditambah.
Namun, jelasnya bahwa ada ukuran panjang dan dengungnya. Panjang sekian dengan dengung (ghunnah) sekian. Jika dipaksakan, ujarnya, akan merusak bacaan.
Ternyata ia mampu membawakan iramah beberapa imam Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Lebih berat imami shalat di Baiturrahman, sendirian selama sebulan, untuk 20 rakaat. Di sini harus menjaga panjang, hafalan, ghunnah, dan jumlah rakaat. Di sinilah syekh mohon didoakan sehat wal'afiat. Malam ini, sudah sampai QS Al-An'am.
Sebab di Arab Saudi saja, imamnya ada shift, tiga malam sekali, misalnya di Masjidl Haram. Saat bukan berjadwal imam ia bisa review hafalannya. Imam di sana, masing-masing miliki satu macam irama dominannya. Namun Syekh Abdelrahman bawakan irama mereka, di Baiturrahman, dalam malam yang sama, hingga tiga macam irama.
Beberapa rakaat syekh selain bawakan iramnya Saud Al-Suraim, ia juga lantunkan iramanya Imam Shalat Abdullah Al Juhani, atau Adul Rahman Al-Sudais, Khalid Al-Gahmidi Abdullah bin Humaid, Abdullah Awad Al-Juhany, atau Maher Al-Mueaqly. Jika jumpa dengan ayat azab, sesekali terdengar imam menangis pelan, dan lanjutkan ayat dengan gemetarnya.
Lantas, malam pertama 1 Ramadhan, malam Sabtu (26/5), jamaah tarawih tampak khusyu' dengan lantunan ayat dengan beberapa macam iramanya, dan kemerduan suaranya. Beberapa kali syekh berpeci khas hafizh itu terisak dan terhenti sejenak, terutama saat membawa 'ayat 'azab'.
Misalnya, saat membaca QS Al-Baqarah ayat 24, soal tantangan bagi kafir (tetap tidak mampu) untuk mendatangkan ayat serupa dengan Al-Quran, yang artinya, "... peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu..." (...fattaqunnarallati wa quduhanasu wal hijarah...), sebentar di sini imam terhenti terisak.
Jamaah khusyu' dan imam terdengar terisak lagi, misalnya saaat membaca QS Al-Baqarah ayat 85, soal 'azab bagi Bani Israil yang suka membunuh dan mengusir, yang artinya, "...dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat..." (... wa yawmal qiyamati yuraddu ila asyaddil 'azab...).
Imam terisak lagi saat kata azab pada ayat 96, keinginan Yahudi, yang artinya, "... padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa..." (...wa ma huwa bi muzahzihihi minal 'azab...).
Usai shalat dan doa, tadarusan bersama qari, sama seperti shalat dan ceramah, disiarkan live oleh RRI, Radio Baiturrahman dan radio lainnya.
Imam selalu hadir ke masdjid, jelang isya, dengan satu mobil putih plat merah 'BL', bersama sopir dan penerjemahnya.
Jika jamaah ada yang mau jumpa di luar tarawih, Syekh Abdelrahman juga akan memimpin Qiyamul Lail (shalat malam) pada sepuluh malam terakhir Ramadhan di Masjid Raya Baiturrahman. Selain itu, pada setiap shubuh Syeikh Abdelrahman akan keliling menjadi imam di sejumlah masjid di Banda Aceh. [muhammad yakub yahya, direktur tpq plus biturrahman]