[Lhoksukon | Masnoer] Kepala Kantor Kementerian Agama (Kankemenag) Kabupaten Aceh Utara Drs H.Zulkifli Idris M.Pd memberikan Taushiyah ba’da zhuhur hari 26 Ramadhan, Kamis (30/06) di Musalla Kankemenag Kab. Aceh Utara.
Hadir dalam acara tersebut Kasubbag Tata Usaha Kankemenag Kab. Aceh Utara H. Asnawi, S.Ag seluruh Kasi dan para staf di lingkungan Kantor Kemenag Kab. Aceh Utara.
Dalam tausiyahnya Zulkifli Idris menyatakan ‘Tentang Rendah Hati’, dia memberi contoh tentang seekor monyet dan angin.
“Seekor monyet sedang nongkrong di pucuk pohon kelapa, dia tidak sadar sedang diintip oleh tiga angin besar. Angin Topan, Tornado dan Bahorok. Tiga angin itu rupanya pada ngomongin, siapa yg bisa paling cepat menjatuhkan si monyet dari pohon kelapa. Angin Topan bilang, dia cuma perlu waktu 45 detik, angin Tornado nggak mau kalah, 30 detik,” katanya mencibir pada angin topan. Angin Bahorok senyum ngeledek dan bilang, ”15 detik juga jatuh tuh monyet”.
Akhirnya satu persatu ketiga angin itu maju. Mencoba menjatuhkan sang monyet. Angin topan duluan,… dia bertiup sekencang-kencangnya, Wuuusss… Merasa ada angin gede datang, si monyet langsung megang batang pohon kelapa, Dia pegang sekuat-kuatnya. Beberapa menit lewat, nggak jatuh2 si monyet. Angin Topan pun nyerah.
Giliran Angin Tornado. Wuuusss… Wuuusss… Dia tiup sekencang-kencangnya, enggak jatuh juga monyet. Angin Tornado juga nyerah.
Terakhir, Angin Bahorok. Lebih kencang lagi dia tiup. Wuuuss… Wuuuss… Wuuuss… Si monyet malah makin kencang pegangannya. Nggak jatuh-jatuh.
Ketiga angin besar itu akhirnya ngakuin, si monyet memang jagoan. Tangguh.Daya tahannya luar biasa. Ngga lama, kemudian datanglah angin sepoi-sepoi menawarkan diri untuk menjatuhkan sang monyet.
Ketiga angin tadi menyangkal, kami aja tidak bisa menjatuhkan apalagi yang kecil. Nggak banyak omong, angin sepoi-sepoi langsung niup ubun-ubun si monyet. Psssss…Enak banget. Adem, langsung matanya si monyet terpejam. Nggak lama ketiduran dia trus lepas lah pegangannya. Alhasil, jatuh deh tuh si monyet.
“Apa yang ter ispirasi tentang cerita ini atau semacam motivasi?” tanya Zulkifli.
Mungkin begitulah kehidupan, bisa jadi ketika kita diuji dengan kesusahan, dicoba dengan penderitaan, didera malapetaka, kita kuat bahkan lebih kuat dari sebelumnya. Tapi jika kita diuji dengan kenikmatan kesenangan kelimpahan, Di sinilah ” kejatuhan ” itu terjadi. Jangan sampai kita terlena.
Di akhir tausyiahnya Kankemenag berpesan, “Tetap rendah hati, mawas diri dan sederhana. kita menjadi manusia perasa maka kita ada keseimbangan dalam kehidupan ini. Karena bukan kritikan yang membuat kita jatuh tapi sanjungan & pujian. Semoga kita menjadi orang yang lulus ujian kesulitan maupun kelapangan dan mendapat titel taqwa, Aamiiin”. [yyy]