Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Ar-Raniry Aceh bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendiknas) RI melaksanakan Temu Pimpinan dan Pelatihan Analisis Gender PSW/PSG Perguruan Tinggi Se-Aceh (29/10) di Hotel Grend Nanggroe Banda Aceh.
Ketua PSWUIN Ar-Raniry Rasyidah, M.Ag mengatakan, temu pimpinan ini dilaksanakan dalam rangka merencanakan langkah-langkah pengimplementasian pengarusutamaan gender bidang pendidikan di daerah, khususnya di Aceh Barat dan Aceh Jaya, “ ini terselenggara kerjasama PWSUIN Ar-Raniry, Kemendiknasbud RI dan Dinas Pendidikan Aceh”.
Rasyiadah menambahkan, Langkah-langkah ini diharapkan menjadi acuan bersama untuk memberi pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas, adil dan mampu merespons kebutuhan-kebutuhan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan baik sebagai siswa, SDM pendidikan dan pengambil kebijakan pendidikan, Ujar Rasyidah.
“ Kita berharap ke depannya Aceh Barat dan Aceh Jaya dapat menjadi percontohan yang baik dalam pengimplementasian bidang pendidikan,” katanya.
Peserta Temu Pimpinan Stakeholder Bidang Pendidikan di Aceh dari Bapeda Aceh, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Aceh, Kemenag Aceh, MPD Aceh, DPRA komisi Pendidikan, Dekan FITKUIN Ar-Raniry, Dekan FKIP Unsyiah, dan Bapeda, DPRK, PPKB dan Dinas Pendidikan Aceh Barat serta DPRK dan BPMKS Aceh Jaya.
Materi disampaikan oleh Drs. Deden E Ariffan, M.Pd dari Pokja PNG bidang Pendidikan Kemendikbud RI, Drs. Saifullah AR kabid PLBLS Dinas Pendidikan Aceh, dan Ketua PSWUIN Ar-Raniry.
Wakil Rektor II UIN Ar-Raniry Aceh, Drs. H. Luthfi Aunie, MA dalam sambutannya mengharapkan kegiatan ini diikuti dengan tekun dan yang paling penting untuk menyamakan persepsi terhadap konten yang akan didiskusikan.
“ Untuk mencapai kesuksesan, pertama sekali harus ada komitmen yang tinggi dalam melakukan sesuatu, kedua ada kompetensi dimana dalam menjalankan kegiatan harus punya konsep, jika tidak ada ilmu maka kita share, dan yang ketiga Kompliser, yaitu ketersediaan waktu untuk menyelesaikannya,” Ujar Luthfi.
Lebih lanjut Wakil Rektor menyampaikan, temu pimpinan ini diharapkan tercipta pemberi pelayanan, baik pimpinan kepada bawahannya, “ tahun tujuhpuluhan ada istilah Women First dikalangan Orang Barat, di tempat-tempat tertentu perempuan lebih didahulukan, tapi pada tahun 80-an mereka malu karena dianggap lemah, lalu berubah menjadi Firs Come Firs Servis”. Kata Luthfi. [Nat/y]