[Banda Aceh | Yakub] Alhamdulillah, yang telah anugerahi kita kehidupan awal tahun 1437 H. “Selamat Tahun Baru Islam 1437 H,” ucap Kakanwil Kemenag Aceh Drs H M Daud Pakeh, misalnya lewat baliho depan Kanwil. Kakanwil dan tim KUB sedang rapat PAKEM di aula Kanwil, bersama Kejati Aceh dan lainnya.
Tidak jauh dari baliho, keramaian peserta rangakain 1 Muharram penuhi Taman Sari (Bustanus Salatin), ‘ashar. Seiring dengan itu, paginya, saat separuh perjalanan anak PAUD/TK dan SD, langit Banda Aceh mulai berawan, pertanda ‘bersahabat’ dengan peserta dan penonton karnaval. Anak RA/PAUD/TK, memang cuma ke Pendopo dan museum, Rumoh Atjeh.
Begitu usai start untuk jenang MA/SMA, dan pasukan yang didepannya antara lain ada Rapai Pasee, Modellling Aceh, Sanggar Seulaweuet, dan tarian ala sufi, lalui Simpang Surabaya, hujan pun deras.
“Kami lari ke halte KCF, tapi padat, lalu lari ke teras Simpang Lima,” ujar hakim lain.mu Padahal saat pelepasan di Blang Padang Banda Aceh, cuaca memang cerah. “Jika kelamaan pelepasan, maka sepanjan jalan peserta akan menyengat,’ ujar dewan hakim.
Saat pelepasan, lantunan “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar…,” dari Wali Kota Banda Aceh Hj Illiza Sa’aduddin Djamal SE bersama pejabat Provinsi/Kota Banda Aceh dan undangan, saat tanda peserta karnaval Muharram, di Blang Padang, dilepaskan.
Sahutan takbir dilengkingka juga oleh ‘jamaah’ anak-anak dan guru. Di pendapa, Sekda dan jajarannya menyambut peserta dengan cerianya. Hujan mulai sekitar pukul 11.00 WIB, hingga zhuhur, peserta shalat di Masjid Raya.
Puncak rangkaian Tahun Baru Islam, Tahun Baru Hijriah, disyiarkan di mana-mana Rabu, 1 Muharram 1437 Hijriah (14 Oktober). Di Banda Aceh Pemerintah Aceh, Pemerintah Kota, dan panitia, termasuk DPW dan DPDBKPRMI Aceh dan Banda Aceh, bersama unsur madrasah dan sekolah, dan juga TPQ/TPA/Remaja Masjid (RM) pagi ini ramai dengan karnaval.
Pawai dilepaskan Sekda Drs H Dermawan MM dan Wali Kota sejak pukul 08.30 WIB, untuk PAUD/RA/TK. Selanjutnya MI/SD dan kakaknya hingga MA/SMK. Spanduk dan semacam papan nama dari 150-an peserta (selain PAUD/TK), bersahutan di seantero jalan kota, mengajak umat syiarkan Tahun Baru, dan mengisinya dengan amal shalih.
Di depan tim MIN Merduati, ada pasukan berbaju ‘algojo’, cambuk di tangan. Pelaku pelanggar qanun syariat, sudah ‘dicambuk’ menurut vonis, sejak dari Blang Padang. Ada macam-macam pelanggaran: pacaran/khalwat, mabuk, judi, dan malas ke Jumat. Dan dia taubat, tak mengulangi lagi. Cambuk tetap di tangan algojo, hingga finish.
Pengumuman sang juara sendiri, telah dilaksanakan dalam rangkaian acara sore, di Taman Sari. Madrasah dominasi pemenangnya.
Sedangkan Selasa kemarin hingga semalam (13/10), aneka acara islami dipusatkan di Blang Padang. Jajaran Kemenag ikut syiarkan bersama.
Pemerintah Aceh bekerjasama dengan Pemko Banda Aceh, dan Panitia Aceh Hijriah Carnival yang didukung Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, dijadwalkan melangsungkan karnaval bersama di Banda Aceh, untuk memeriahkan peringatan 1 Muharram 1437 Hijriah, pada Rabu 14 Oktober 2015.
“Even ini mengangkat nilai-nilai histori Aceh pada masa abad ke-13 dan 16, dengan menampilkan Rapai Pasee, Parade Gajah, Laskar Malahayati, Tari Sufi, komunitas pakaian adat Aceh, serta elemen kreatif lainnya,” kata Konseptor Acara dan Show Director ‘Aceh Hijriah Carnival’, Sarjev.
Aceh Hijriah Carnival, bergandengan dengan kegiatan Pawai Muharram yang digelar Pemerintah Aceh dan Wonderful Muharram yang digelar oleh Pemko Banda Aceh. Panitia ‘Aceh Hijriah Carnival’ akan memberikan penilaian untuk peserta umum, nonpelajar, yang mengambil bagian dalam karnaval Muharram tersebut. Jajaran Kemenag aktif dalamnya.
Di depan Kanwil, Rabu memang ramai. “Acara ini juga dimeriahkan dengan Uroe Peukan (AHE), yang diisi dengan stand pameran benda-benda peninggalan sejarah Aceh, manuskrip Aceh, foto sejarah peradaban Aceh, pameran dan demo kuliner Aceh, serta beberapa stand lainnya, yang melibatkan pedagang tradisional.
Ia seperti penjual obat keliling, penjual sirih, tembakau, parang, tikar, dan pedagang kue-kue Aceh,” kata Sarjev yang pada Agustus 2015 membawa Tim Carnival Aceh ke acara Wonderful Archipelago Carnival Indonesia (WACI) di Jember, Jawa Timur.
‘Aceh Hijriah Carnival’, berlangsung sesuai dengan rute yang telah ditetapkan oleh panitia bersama. Sedangkan Uroe Peukan, akan berlangsung di Taman Sari Banda Aceh. Kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan menggabungkan tiga kekuatan besar, yaitu Pemerintah Aceh, Pemerintah Kota Banda Aceh, dan Panitia ‘Aceh Hijriah Carnival’, yang didukung Kementerian Pariwisata RI.“Selain pameran, even “Aceh History’s Exhibitions” di Taman Sari nantinya juga akan dilakukan Launching ‘Calender Hijriah Aceh’, serta penampilan tari sufi dan musik religi, seperti Rabbani Wahid, Shalawat Madadulhag Zawiyah Nurun Nabi,Tangke, Debus Rimueng Jagat,Krak, Nasyid Alif,William,Guava, Amoeba, Nasrul Komedian Aceh,” ujar Sarjev yang juga Ketua DPD Asosiasi Karnaval Indonesia Provinsi Aceh,” kata Sarjev, didampingi Manager Acara Aceh History’s Exhibitions, Zahlul.
Taushiah bersama Ustadz KH Yusuf Mansur juga meriah, diramaikan madrasah, dan jajaran Kemenag.
Sarjev menambahkan, kegiatan karnaval dan pameran ini digelar untuk menunjukkan ke dunia luar bahwa Aceh pernah memiliki masa keadigjayaannya pada masa Sultan Iskandar Muda, di mana Aceh pernah sejajar dengan 5 kekuatan islam terbesar dunia, di antaranya Turki Ustmani, Isfahan Iran, Maghribi Fatimiyah, Moghul (Mughal) India, dan Atjeh Darussalam.
“Dengan adanya kegiatan ini diharapkan para generasi penerus Aceh, dapat mengetahui kebesaran islam dan kebudayaan di Aceh, serta mereka dapat merasa bangga dengan kegemilangan Aceh pada masa lampau, untuk menyongsong masa depan Aceh yang lebih gemilang,” ujarnya.
Sarjev juga berharap, Pemerintah Aceh dapat mengagendakan even ‘Aceh Hijriah Carnival’ dalam calendar event Aceh, dimana kegiatan ini dapat digelar setiap tahunnya dalam peringatan 1 Muharram dan menjadikan Banda Aceh, ikon kota madani internasional, sebagaimana yang dicita-citakan Walikota Banda Aceh Bu Illiza .
Pada acara ini, ada pula peluncuran kelender Hijriah untuk Aceh. Salah seorang panitia, Haekal Afifa, mengatakan, Kalender Hijriah Aceh lahir dari rasa kegelisahan anak-anak muda Aceh yang peduli terhadap sejarah dan kebudayaan Aceh, khususnya tantangan dan serangan budaya luar yang merusak etika dan moral. Kelender Hijriah Aceh menjadi gagasan tanding terhadap nilai dan budaya barat melalui Kalender Masehi saat ini.
“Banyak filosofi barat dan kebudayaan luar saat ini yang terdapat dalam Kalendar Masehi, oleh karena itu kami menggagas kelendar Islam sebagai gagasan tanding, untuk melawan produk-produk kebudayan yang diimpor. Peluncuran ini pertama kali dilakukan sebagai apresiasi yang semestinya didukung oleh semua element di Aceh,” ungkap Haekal.
Beda memang, perayaan 1 Muharram, yang ‘perdana’ ini, mengingatkan orang pada novel Aceh 2025 karya Thayeb Loh Angen. Di sana disebutkan, Aceh merayakan 1 Muharram 1447 H/ 10 tahun dari 2015, dibuat besar-besaran (terbesar di dunia), dipimpin oleh seorang walikota perempuan, Cut Nurul Qamaria, yang berusia sekira 25 tahun.
Selamat untuk pemenang karnaval, yang tempuh rute Blang Padang, Simpang Jam, Pendopo, Simpang Kodim, Simpang Surabaya, Simpang Jambo Tape, Simpang 5, dan Masjd Raya. Selamat Tahun Baru 1437 H, setahun umur kita bertambah, setahun usia kita berkurang, kian dekat dengan Izrail, makin dekat ke kuburan…. []