[Kota Subulussalam | Muhammad Yakub Yahya]  Beberapa kali, saat menyebut “Kota Subulussalam”, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs H Ibnu Sa’dan MPd, mengejanya dengan agak pelan dan lebih fasih. Memang kata itu berasal dari Bahasa Arab, bermakna Jalan-jalan Keselamatan. Kesan dalam Kakanwil ini beralasan, karena ada nostalgia tersendiri dengan Kota ‘Sada Kata’ itu.

Misalnya, saat memberi penghormatan bagi peserta, dalam pembukaan sebuah acara se Aceh, yang sebagian peserta ada yang tiba nun jauh dari daerah, ‘kawasan muda’ yang ber-Walikota Merah Sakti Kombih SH itu, Kakanwil akan menambah sedikit ‘kesan manis’nya selama menjabat Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Subulusalam itu. Kesan itu diutarakan dengan mimik senyuman apa adanya, artinya memang selama Bapak di sana, berkesan sekali.    

Memang kata “Subulussalam” yang asal-usul, awal mulanya, dari nama “Simpang Tiga” (masuk wilayah Singkil, Kabupaten Aceh Selatan saat itu), dan diganti namanya oleh Gubernur Ali Hasjmy (almarhum). Saat kran pemekaran dibuka, Kabupaten Aceh Singkil memekarkan diri dari Kabupaten Aceh Selatan. Terakhir, tujuh tahun silam, Kota Subulussalam yang memekarkan diri, dari ‘Bumi Syekh Abdurrauf As-Singkily’. Kini Merah Sakti menjabat kedua kalinya.  

Kota Subulussalam, kota tingkat dua, di ujung Selatan-Tenggara Provinsi Aceh, dibentuk berdasarkan UU 8/2007 (2/1/2007), dan sebaya denga Pijay (Pidie Jaya). Kankemenag pun memiliki struktur tersendiri, yang juga termuat dalam PMA 13/2012 lalu. Kakandepag-nya pernah dijabat oleh Kakanwil sekarang. Kakanwil  menjabat di sana (Subulussalam) hingga akhir 2011.

Beberapa kali memang Kakanwil ‘kembali’ saweuegampong ke Kota Subulussalam, dalam tahun lalu, dan awal 2014. Namun, saat MTQ Aceh tahun lalu, yang memenangkan Juara Umum Aceh Besar, Kakanwil lagi tidak berada di daerah (sedang Diklat PIM II di Surabaya).

Meski tak sampai setahun menjabat di Kota yang relatif plural (Islam 96.89%, Kristen 1.29%, Katolik 0.95%, Hindu 0.36%, dan Buddha 0.52%), H Ibnu Sa’dan, mantan Kabid Urais Kanwil Kemenag Aceh, menyimpan kesan mendalam. “Bapak rutin bersilaturrahmi ke rumah-rumah PNS dan jajaran Kankemenag Kota Subulussalam, selama ditugaskan di sini, sering dengan kereta,” cerita salah satu kawan di Kankemenag itu, saat kami ngopi di rangkang kupi, sepulang kami dari Singkil (pelatiha jurnalistik), menuju Medan, Oktober silam, via Subulussalam.

Maaf, kami pribadi pun, punya kesan dengan Kakanwil saat di Kota Langsa, dan dengan Kakankemeng H Syarbaini saat masih menjabat. Saat itu, Kakak kandung saya, H Badrun SH MM (Kantor Pajak Kota Langsa) ikut satu Kloter Haji dengan Kakanwil (saat itu masih Kakandepag Kota Langsa, dan Ketua Kloter), tapi setelah lama, berkali-kali ingin saya perjumpakan lagi, tak ketemu. Misal saat Rakor Urais dua tahun lalu di Kota Langsa, Kakak tugas ke Blangkejeren (wilayah kerja Kota Langsa masuk juga Galus), hingga kami tak bisa jumpa juga, meski ada waktu. 

Dan kini, Kakak jadi Kepala Kantor Pajak Kota Subulusslam (wilayah kerja masuk Aceh Tenggara dan Singkil). Kebiasaan ‘orang baru’ di ‘wilayah asing’ semisal Kota Subulussalam, ingin kenalan, sama-sama ureueng yang berbahasa Aceh. Saat baru menjabat, akhir tahun lalu, sering Kakak meminta dipertemukan dengan kawan ‘dari Aceh’, dengan media, atau dengan jajaran Kankemenag di Kota Subulussalam. Nah, kami mempertemukan juga dengan Kakankemenagnya, almarhum H Syarbaini SH. Terlepas dengan kisah kami, kini Kakanwil kembali ke Kota Subulussalam, untuk acara penting.

Nah, dalam belasan jam ke depan, Kakanwil Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs H Ibnu Sa’dan MPd, akan melantik Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Subulussalam.

Menurut Kasubbag Inmas Kanwil, H Akhyar MAg, seusai ikut melepaskan dengan resmi kontingen FASI Aceh ke Bandung itu, acara pelantikan dipilih ke Kota Subulussalam, bukan di Kanwil, salah satu alasan, ya itu tadi, Kakanwil memiliki kekhususan kesan dengan Kankemenag itu. Memang Kakanwil, sebelumnya juga pernah menjabat Kakandepag Kota Langsa dan Kakandepag Aceh Timur, tapi ke timur sana, relatif beliau lebih sering mengunjunginya.   

Kakankemenag Kota Subulussalam telah lama ditinggalkan Syarbaini Jakfar SH (almarhum), yang meninggal di Pulau Jawa, hampir empat bulan silam. Kakankemenag Kota Subulussalam usai difahdhukifayahkan, jenazahnya dilepaskan untuk selama-lamanya oleh Kakanwil pada Ahad (2/3/2014).   

Setahun lalu, Kakanwil pada Senin (27/8/2012) melantik Kakankemenag Kota Subulussalam, bertempat di Aula Kanwil Kemenag Aceh di Banda Aceh. Pejabat definitif yang dilantik kala itu, H Syarbaini SH, yang masih menjabat Kakankemenag Aceh Barat Daya (Abdya). Sementara Kasie Urusan Haji pada Kakankemenag Aceh Selatan Drs H Arijal dilantik menggantikan posisi Syarbaini sebagai Kakankemenag Abdya, hingga kini.    

Kankemenag Kota Subulussalam kini memliki gedung tersendiri, yang pada beberapa bulan lalu, sedang finishing. Saat itu, sebelum H Syarbaini, lama juga Kota Subulussalam dijabat oleh ‘setingkat Pjs’, sepeninggal Kakanwil, H Ibnu Sa’dan (saat itu dilantik Menag jadi Kakanwil mengganti Drs H A Rahman TB).

Dan agak lama juga Kakankemenag Kota Subulussalam bukan di bawah pejabat definistif. Yang ada pada Jumat (20/6) Kakanwil akan kembali melantik pejabat definitif, yang selama ini diamanahkan menjalankan ‘roda pemerintahan’ Kementerian Agama Kota Subulussalam, di bawah Risrizal Nas SAg (Kasubbag TU-nya).

Nah… jadi, siapa yang akan dilantik itu, ya…. []    

[Foto: Suasana Kankemenag Kota Subulussalam, saat masih ruko dua lantai, dua pintu, masuk lewat simpang depan Lapangan Beringin, 4 September lalu]