Tahun Baru, pemimpin baru, harapan baru. Menunggu hasil Pilkada Pijay (Selasa 29 Oktober) lalu, ini ada news kenangan dari Alfian SHI, Staf Kankemenag Pidie Jaya. Meskipun usai pemilu, ada kabar bakar-membakar dan demo-mendemo, tapi PNS punya berita sendiri.
Dalam rangka pelaksanaan Pilkada di Kabupaten Pidie Jaya, untuk memilih pemimpin 5 tahun ke depan, dalam membangun, membina, serta menyejahterakan rakyat di daerah hasil pemekaran Pidie induk ini, peran aparatur ikut menyukseskannya.
Sebagai aparatur pemerintah, kita dituntut netral dalam membangung komunikasi politik di daerah guna untuk membangun silaturrahmi dan menghilangkan perbedaan serta menjauhkan nilai ego sektoral dari siapa yang kita jagokan.
Hal ini telah dibuktikan oleh PNS di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya serta tak luput pula netralitasnya oleh jajaran yang bekerja di instansi vertikal seperti Kemenag, BPS, PN, Kejaksaan, dan lainnya.
Kabupaten yang memiliki 222 gampong (desa) ini akan memberikan penentuan dan pemilihan untuk Bupati/Wakil Bupati untuk Periode 2014-2019.
Menurut pemantau kami, keberadaan PNS dalam Pilkada sangat objektif dan sportif dalam menjaga kerukunan dalam masyarakat saat pemilihan. “Pilih siapa yang senang, ikut siapa yang menag. Kita tidak perlu ambil pusing dan atur taktik untuk menggolkan satu pasangan,” kata satu PNS.
Hal senada juga dijelaskan oleh Umar Hamid, Guru MIN Kuta Simpang, Pijay, “Siapa yang menang, itulah kemenangan Pidie Jaya.”
“Netral bertindak dan ikhlas serta tulus dalam memilih seorang pemimping akan membawa kejayaan di Pidie Jaya,” ujar Mukhlis, Staf Kankemenag.
[Alfian SHI 081360739195, Staf Kankemenag Pidie Jaya, peserta workshop jurnalistik di Aula Bappeda 23 sampai 26 Okt]
[gamba: kanto bupati pijay di cot trieng diambil dari aula bappeda. foto: yakub]