CARI
Rekomendasi Keywords:
  • Azhari
  • Kakanwil
  • Hari Santri
  • Halal
  • Islam
  • Madrasah
  • Pesantren

Nek Munira yang Sering Menatap Pesawat Saat di Sawah, telah Tiba ke Mekkah

Image Description
Muhammad Yakub Yahya
  • Penulis
  • Dilihat 79
Jumat, 30 Mei 2025
Featured Image
Nek Munira dan jemaah Aceh (serta familinya yang di Takengon) saat di Mekkah saat umrah wajib, Jumat dini hari (30/5).

Jemaah Haji Aceh yang tergabung dalam kelompok terbang (kloter) BTJ-11 sudah mendarat di Bandara King Abdulaziz, Jeddah, Kamis, 29 Mei 2025 jam 07.46 waktu Arab Saudi atau sekitar pukul 12.00 WIB, setelah menempuh penerbangan berdurasi sekitar 8 jam dari Bandara Sultan Iskandar Muda Blang Bintang, Aceh Besar.

 

Sejumlah 393 jemaah tersebut diberangkatkan dengan pesawat Garuda Indonesia nomor GIA2111. 

 

Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Aceh Drs H Azhari MSi menyampaikan, jemaah kloter 11 sudah mendarat dengan selamat di Bandara Jeddah. Selanjutnya, jemaah akan melanjutkan perjalanan darat dengan bus menuju Makkah.

 

“Alhamdulillah, Jemaah kloter 11 sudah mendarat di Jeddah,” ujar Azhari, mengutip pesan dari Ketua Kloter 11, Jalaluddin SHI MA.

 

"Semua jamaah dalam keadaan stabil, Alhamdulillah," katanya melanjutkan. 

 

Prosesi pelepasan jemaah asal Aceh Besar, Banda Aceh, Pidie Jaya, dan Aceh Singkil itu berlangsung di Aula Jeddah kompleks Asrama Haji Embarkasi Aceh, Rabu, (28/5/2025).

 

Pelaksana Tugas Harian (Plh) Sekda Aceh Besar, Muhammad Ali SSos, resmi melepaskan keberangkatan 386 jemaah haji kelompok terbang (kloter) 11 dari 4 daerah di Aceh. 

 

Dalam upacara pelepasan Kloter 11 Jemaah Embarkasi Haji Aceh (11-BTJ), Anggota Badan Pelaksana BPKH 2022-2027, Amri Yusuf SEAk CA MM paparkan esensi haji. 

 

Kloter 11 berisi jemaah dari empat kabupaten, yaitu Aceh Besar sebanyak 369 orang, Banda Aceh 9, Pidie Jaya 6, dan Aceh Singkil 2 orang. 

 

Kata Azhari, dari 386 orang itu, terdiri dari 148 laki-laki dan 238 perempuan. 

 

Ikut dalam kloter 11, nenek Munira yang telah menunggu selama 13 tahun. 

 

Nenek menabung selama 19 tahun dari gabah. Munira (74) masih mengingat jelas momen ketika keinginan untuk menunaikan ibadah haji pertama kali terbersit dalam hatinya. Waktu itu, di kampung halamannya di Gampong Lheue Cureh, Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar, ia kerap pergi ke sawah bersama kakak iparnya. Hampir ke mana pun mereka melangkah, selalu berdua.

 

Kenangan tahun 2006 masih lekat di ingatan. Saat itu, Munira mengantarkan kakak iparnya ke Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM), Blang Bintang, untuk berangkat ke Tanah Suci. 

 

Dari balik pagar bandara, Munira—yang kala itu berusia 55 tahun—hanya bisa melambaikan tangan dengan mata berkaca-kaca, mengiringi keberangkatan orang yang dekat di hatinya.

 

Sepulang dari bandara, Munira kembali ke rutinitasnya. Ia adalah seorang janda sejak tahun 2002, mengurus dua petak sawah peninggalan mendiang suaminya, sembari membesarkan lima anak—empat laki-laki dan satu perempuan.

 

Sejak kepergian kakak iparnya menunaikan haji, setiap kali pesawat melintas di atas sawah tempat ia bekerja, hati Munira terasa bergetar. Dalam panas terik matahari, tatapannya menembus langit sambil menahan haru.

 

“Lam cot uroe watee lon di blang, lon kalon nyan kapai haji di ateuh, sedih cit lon kalon. Lon meudoa ‘Ya Allah, kak lon ka trok panggilan, peu keuh lon ek trok u tanoh suci’,” kenangnya—“Saat di sawah, saya melihat pesawat haji melintas. Hati saya sedih. Saya berdoa, ‘Ya Allah, kakak saya telah Kau panggil, mungkinkah saya juga bisa sampai ke Tanah Suci?’”

 

Sejak saat itu, setiap hasil panen, Munira mulai menyisihkan uang sedikit demi sedikit untuk ditabung.

 

“Dari hasil sawah, yang penting makan dulu, lalu kebutuhan anak-anak. Setelah itu saya bayar zakat, dan sisanya saya tabung. Kadang bisa satu juta, kadang dua juta, tergantung sisa yang ada,” ujarnya.

 

Anak-anaknya mendukung penuh impian sang ibu. Setelah suaminya wafat, Munira tinggal bersama anak-anaknya. Anak perempuan satu-satunya sudah lama terbaring sakit. Sementara itu, uang hasil penjualan padi diserahkan kepada anak keduanya, lalu diteruskan kepada anak ketiga yang tinggal rumah terpisah dengannya. Uang tersebut tak hanya disimpan, tetapi juga diinvestasikan dalam bentuk emas dan sapi.

 

Makin hari tabungan Munira pun bertambah. Pada 2012, ia merasa cukup yakin bahwa simpanannya mencukupi untuk mendaftar haji. Oleh anak bungsunya, Almuzanni, resmi mendaftarkan Munira sebagai calon jemaah haji.

 

Kala itu, petugas memperkirakan keberangkatannya akan terjadi pada tahun 2018. Namun, takdir berkata lain. Renovasi Masjidil Haram yang berlangsung pada tahun itu mengurangi kuota haji, dan nama Munira tak termasuk dalam daftar keberangkatan. Tahun berikutnya, juga terjadi pandemi Covid-19 melanda dunia. Munira pun hanya bisa bersabar dan terus menunggu panggilan.

 

Titik terang itu akhirnya datang. Seorang saudaranya yang bekerja sebagai petugas haji di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Aceh Besar memberi kabar menggembirakan—nama Munira tercantum dalam daftar calon jemaah haji tahun 2025.

 

“Alhamdulillah, tahun ini saya mendapat panggilan, setelah lama menunggu” ujar Munira dengan mata berkaca-kaca.

 

Munira tergabung dalam Kloter 11, bersama jemaah dari Banda Aceh dan Pidie Jaya. Mereka dijadwalkan berangkat ke Arab Saudi pada 29 Mei 2025. Yang membuatnya semakin bersyukur, anak sulungnya, Syahrial Fardi, juga bisa berangkat untuk mendampingi dirinya, berkat regulasi Kementerian Agama yang mengizinkan percepatan keberangkatan bagi pendamping lansia.

 

Tak hanya itu, kebahagiaan Munira makin lengkap ketika mengetahui bahwa adik kandungnya dari Takengon serta seorang keponakannya dari Aceh Besar juga akan berangkat haji tahun ini.

 

Almuzanni, anak bungsunya, menuturkan bahwa seluruh biaya keberangkatan haji sang ibu murni berasal dari hasil menjual padi, yang ditabung dan diinvestasikan sedikit demi sedikit selama hampir dua dekade.

 

Kisah Munira adalah cerita tentang kesabaran, ketekunan, dan keyakinan. Doa yang dimohonkannya dari pematang sawah akhirnya diijabahkan oleh Allah Swt, seorang ibu sederhana menuju rumah-Nya di Tanah Suci.

 

"Semoga ibu Munira dan Tamu Allah raih haji mabrurah," harap Ketua PPIH yang juga Kakanwil Kemenag Aceh Azhari.[Cek Man/Herman]

Tentang
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh adalah unit vertikal Kementerian Agama di provinsi dan membawahi beberapa kantor kementerian agama di kabupaten dan kota.
Alamat
Jalan Tgk. Abu Lam U No. 9 Banda Aceh 23242
Lainnya
Media Sosial
© 2023 Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh
Oleh : Humas Kanwil Aceh