[Lhoksukon | Nasril] "Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-samanya, Ibrahim berkata: “Wahai anakku! sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka ikirkanlah apa pendapatmu!”
Ia (Ismail) menjawab: “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Maka ketika keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (untuk melaksanakan perintah Allah ). Lalu Kami panggillah dia: “Wahai Ibrahim! sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata, dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar (QS Ash Shaaffaat: 102-107).
Ungkapan cinta sering di ucapkan melalui lisan seseorang kepada individu yang lain, seperti ungkapan cinta istri kepada suami atau sebaliknya, cinta orang tua kepada anak atau sebaliknya, semua ini akan terasa tawar kalaulah ungkapan cinta tersebut hanya sebtas kata-kata saja tanpa ada pengorbanan atau pembuktian.
Begitu juga cinta manusia kepada Rabb dan Rasulnya, tentu cinta dengan kata-kata saja tidaklah cukup, akan tetapi cinta hakiki harus dibarengi dengan pengorbanan, siap mengerjakan apa yang diperintah dan meninggalkan larangannya. Pengorbanan cinta hamba kepada Rabbnya juga bisa di lihat melalui ibadah Qur ban, apakah ia akan melaksanakan ibadah qurban atau ia akan membiarkan kesempatan berqurban tersebut berlalu begitu saja.
Pada saat ini kita berada dibulan Dzulqa’dah, artinya sebentar lagi kita akan memasuki bulan zulhijjah yang mana didalamnya terdapat hari istimewa bagi umat Islam yaitu Hari Raya ‘Idul Adha, hari raya ini juga sering disebut hari Qurban, karena pada hari itu dan hari tasyrik dilakukan penyembelihan hewan qurban dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT.
Sebagian dari kita telah mempersiapkan berbagai persiapan yang matang untuk menyambut hari Qur ban, namun tidak dipungkiri masih banyak sebagian lagi dari kita yang memang memiliki kemampuan lebih dibidang materi akan tetapi mereka menyambut Idul Adha hanya sebatas seremonial saja dengan baju barunya, terasa sangat berat untuk berqurban, sehingga bisa dikatakan mereka itu pelit,kikir tidak mau berkorban.
Kita selalu mengucapkan “Sesungguhnya shalatku ibadahku (qurbanku), hidup dan matiku untuk Allah” dalam shalat pada saat mebaca doa iftitah. Akan tetapi realitanya berbeda, masih sering mendahulukan kebutuhan si buah hati daripada mewujudkan pengorbanan kepda Allah, cinta kepada manusia lebih diutamakan.
Kalau si Anak meminta sesuatu seperti sepeda motor, mobil, HP, Laptop dan lain-lainya, tidak perlu waktu lama, setelah berdiskusi langsung bisa diwujudkan terasa ringan. Akan tetapi kalau untuk Qurban terasa berat walaupun harganya tidak semahal motor dan mobil. Padahal masa persiapan untuk melaksanakan Udhiyyah sangat panjang yaitu selama setahun, berbeda dengan permintaan istri, anak, atasan dan lain-lainnya walaupun mendadak siap dipenuhi.
Di sini mulai nampak keimanan dan wujud bukti cinta seseorang kepada Rabbnya. Banyak dintara kita atau di Kampung di daerah kita ketika musim Qurban hanya ada Qurban satu atau dua tiga ekor kambing saja, padahal dalam masyarakat tersebut terdapat banyak orang kaya, keimanan adalah fackor utama yang membuat mereka enggan berqurban mereka mengabaikan perintah untuk berqurban.
Sehingga ungkapan cinta yang sering disebutkan sehari-hari hanya sebatas kata-kata gombal tanpa ada pembuktian dengan pengorbanan.Sejenak melihat bagaimana kisah Nabi Ibrahim AS yang rela menyembelih anak kesayangannya yang telah lama ia nantikan kehadirannya sejak bertahun tahun, namun karena perintah Allah, Nabi Ibrahim AS siap melaksanakannya dengan penuh keikhlasan dan kesabaran, sehingga ketika nabi Ibrahim hendak melaksanakan penyembelihan terhadap Nabi Ismail AS, Allah gantikan dengan kibas.
Tentu semua kita mengetahui bagaimana cinta seorang ayah kepada anak, layaknya nabi Ibrahim yang sangat mencintai anaknya, akan tetapi Nabi Ibrahim AS siap memenuhi perintah Allah dengan penuh keimanan. Sementera kita berbeda, aplikasi cinta kepada anak dengan memberikan apa yang dia inginkan yang belum tentu dengan itu membawa ia kepada kemashlahatan, namun untuk melaksanakan anjuran Rasulullah untuk Qurban sangat berat bahkan kadang melalaikan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Padahal Qurban merupakan ibadah yang sangat mulia yang memiliki banyak ke utamaan, seperti Sabda Rasulullah SAW “Dari Zaid ibn Arqam, ia berkata atau mereka berkata: “Wahai Rasulullah SAW, apakah qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.
”Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?”Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.” [HR. Ahmad dan ibn Majah]. Hadits Ini menunjukkan betapa banyak fahala bagi mereka yang mau berqurban, hanya saja pebedaannya adalah ganjaran yang diberikan bukanlah didunia yang fana ini, malainkan di akhirat kelak yang lebih baik dan kekal. Manusia condong mencari sesuatu yang tidak abadi atau yang instan, berlomba-lomba dalam mengejar yang tidak pasti, meninggalkan sesuatu yang pasti. Padahal Allah telah memberikan nikmat bermacam-macam kepada manusia, tapi hanya sedikit yang bersyukur.
Dalam hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah). Hadits ini berupa peringatan keras dari Rasulullah kepada siapa saja yang mampu untuk berqurban tapi mereka tidak mau berqurban.
Mereka mengucapkan cinta kepada Rasulullah SAW tapi mereka lebih mengedepankan cinta kepada anak atau istrinya, siap berkorban apa saja untuk mereka tapi tidak mau berqurban mengikuti perintah Rasulullah SAW. Padahal para ulama telah menjelaskan bahwa ibadah harta benda yang paling mulia adalah menyembelih qurban, sedangkan ibadah badan yang paling utama adalah shalat.
Ibadah qurban merupakan ibadah yang mengandung dimensi sosialnya sangat kental, dimana setelah hewan qurbannya disembelih, dagingnya dibagikan kepada orang yang kurang mampu sebagai bentuk kecintaan dan kepedulian mereka terhadap sesama. Kalaulah saudara-saudara kita yang berada di tanah suci sedang melaksanakan ibadah haji penuh khusyuk dalam manasik haji mereka, maka kita disini juga seharusnya hanyut dalam ibadah shalat ied dan ibadah qurban kita, berbagi bersama saudara dan tetangga. Untuk mewujudkan pengorbanan cinta kita Kepada Allah SWT dan Rasulnya belumlah terlambat, masih ada kesempatan bagi yang ada kemampuan untuk menyiapkan hewan qurban terbaiknya.
Kalaulah selama ini rumah mewah, mobil dan permintaan lainnya dari sianak begitu mudah kita penuhi, maka untuk kali ini dan seterusnya berqurban yang jauh lebih ringan menjadi prioritas utama, sebagai bukti keimanan dan kecintaan kita kepada Allah SWT. Saudaraku buktikan cintamu dengan Berqurban! [ Muhammad Nasril, LC. MA, penghulu pada KUA Nisam Aceh Utara dan Pengurus dayah IQ/yyy]