Embun belum benar-benar kering, karena matahari baru saja muncul. Segerombolan murid Dayah Jeumala Amal berlomba mencapai hamparan kosong di antara gedung-gedung. Mereka bergegas untuk bisa meraih tempat bermain. Hamparan lapangan sederhana dengan lantai semen kasar dan tiang pancang untuk mengikat net, menjadi tempat favorit untuk mengisi waktu, setelah shalat subuh bagi yang tidak punya jadwal belajar. Cahaya remang tidak bisa menghambat mereka untuk berolahraga. Hanya mengandalkan pandangan sekedarnya terus bergumul dengan sikulit bundar.
Lapangan volli, takraw dan futsal menjadi tempat paling banyak diminati, karena bisa lebih leluasa dalam bermain. Wajar saja banyak yang berjejer diluar menjadi juri atau sekedar menunggu. Bagi yang hobbi bulutangkis, mereka juga telah siap dengan raket untuk memukul suddlecock meski penglihatan mereka sangat terganggu.
Bergeser sedikit ke sebelah timu, di bawah Rumoh Aceh yang menjadi salah satu ikon Dayah yang namanya dari Bahasa daerah ini, terdapat 4 buah meja tenis. Murid-murid begitu antusias menggerakkan bed untuk menghempas bola. Tanpa penerang lampu mereka menerobos remang mengintip arah bola. Mereka harus berjuang untuk menjadi pemenang, karena kalah berarti harus keluar untuk digantikan oleh pemain lain yang telah antri.
Di paruh waktu yang berbeda tepatnya setelah shalat ashar berjamaah, murid dayah yang terdapat sebuah mesjid megah di depan pintu gerbang kampus putra ini, kembali berlomba untuk satu kesempatan. Beberapa cabang olah raga bola besar, bisa dimainkan lebih maksimal meski di lapangan terbuka. Namun untuk bermain bulu tangkis dan tenis meja terpaksa melawan angin. Meski tidak gampang untuk mengarahkan bola tapi permainan tetap seru dan menyenangkan. Bahkan disana semua mimpi mulai ditata.
“Man jadda wajada”. Ungkapan itu begitu melekat di benak mereka. Kesungguhan itu yang telah menghantarkan murid dayah pimpinan Tgk. H. Daud Hasbi ini mampu mengukir prestasi. Atlit-atlit tenis meja juga bulu tangkis telah mampu mengangkat nama Jeumala Amal di tingkat propinsi bahkan nasional.
Juara beregu putri di Pospenas Gorontolo merupakan raihan prestasi tertinggi diraih tim tenis meja putri. Porseni di Meulaboh tahun 2010 tenis meja berhasil menyumbang 6 medali dan 7 medali berhasil diraih pada Porseni di Aceh Tenggara tahun 2013. “Alhamdulilah team tenis meja putri lulus pada seleksi Prapora untuk menuju Pekan Olah Raga Rakyat Aceh (PORA) tahun 2014 di Langsa”. Sebut Amiruddin, S.Pd, guru olahraga sekaligus pembimbing tenis meja ini.
Cabang bulutangkis juga mampu mencatat beberapa prestasi membanggakan. 3 medali di PORSENI Meulaboh dan 2 medali di PORSENI Aceh Tenggara serta menjadi peserta PORPENAS di Gorontolo. “Semoga di PORSENI depan, mereka bisa membawa harum nama Pidie Jaya”. Ucap T. M. Asml Karim sebagai pembimbing bulu tangkis penuh harap.
Keberhasilan yang telah diraih murid Dayah yang berada di bawah payung Yayasan Teuku Laksamana H. Ibrahim yang berkantor pusat di Jakarta, tidak terlepas dari dukungan baik moril maupun materil dari Kementerian Agama Pidie Jaya dan Pemda Pidie Jaya secara keseluruhan. Hubungan baik yang terjalin menjadi modal pengembangan Dayah yang kini telah memiliki jembatan layang bantuan Pemda setempat. Mimpi murid Jeumala untuk bisa menyebrang dengan nyaman dari kampus I ke kampus II tanpa melalui Jalan Medan – Banda Aceh yang membelah mereka akhirnya terealisasi juga.
Dayah yang diresmikan oleh Ibrahim Hasan pada tanggal 2 Januari 1988 ini terus menata mimpinya. Keinginan menjadi dayah modern bertaraf nasional membuat dayah ini terus berbenah diri. Pembangunan sarana dan prasarana terus di pacu. Pengembangan bakat dan minat menjadi prioritas selain pengembangan kualitas IPTEK dan IMTAG sebagai tujuan utama.
Mimpi murid dayah yang sering disingkat DJA ini untuk memiliki sebuah gedung serba guna sebagai tempat melatih kemampuan sesuai dengan bakat dan minat disambut baik oleh pihak manajemen. Pada perayaan ulang tahun yang ke 25 yang lalu, telah dilakukan peletakan batu pertama yang dilakukan oleh Dirjen Pendis Prof. DR. H. Nur Syam, M.Si bersama Ketua Yayasan Teuuku Laksamana H. Ibrahim, Guburnur Aceh dan Bupati Pidie serta beberapa pejabat daerah lainnya. Bantuan dari berbagai pihak baik Pemda Pidie Jaya, Pemerintah Aceh bahkan Kementerian Agama sangat dibutuhkan.
Tanpa bantuan dari pidak luar, rasanya sulit bagi dayah yang telah mendapat pengakuan standar ISO 9001 : 2008 dari WQA ini untuk merealisasikannya, mengingat kebutuhan anggaran yang sangat besar. “Semoga Allah mengetuk pintu hati banyak pihak untuk sudi membantu mewujudkan mimpi kami”. Harap murid-murid disela-sela bermain olahraga ketika penulis menanyakan harapan mereka.
[Penulis, M. Hanafiah, S.Pd, Guru MAS Jeumala Amal, Peserta Workshop Jurnalistik Kemenag Pidie Jaya/y]