Meulaboh (Rahmat Trisnamal) - Dalam rangka memperingati dan mengenang bencana Tsunami Aceh 26 Desember 2004, ratusan masyarakat Kabupaten Aceh Barat melakukan ziarah, zikir dan berdoa bersama di Komplek Makam Masal Korban Gempa dan Tsunami, Ujong Kareung, Gampong Suak Indrapuri, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat.
Doa dan zikir bersama tersebut dipimpin oleh Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kabupaten Aceh Barat, Tgk. H. Abdurrani Adian sekaligus menyampaikan Tausiyah, Kamis (26/12).
Turut hadir Bupati Aceh Barat, Ramli MS, Danrem 012 Teuku Umar, Pimpinan DPRK Aceh Barat, unsur Forkopimda Aceh Barat, SKPD dan Kantor lainnya di lingkungan Kabupaten Aceh Barat.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Aceh Barat, pada kesempatan ini diwakili Kasubbag Tata Usaha, Drs. H. Jakfar.
Bupati Aceh Barat, Ramli MS menyampaikan terimakasih kepada seluruh masyarakat yang melakukan zikir dan doa bersama untuk mengenang 15 tahun Tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 silam.
"InsyaAllah, zikir dan doa bersama memperingati Gempa dan Tsunami Aceh akan terus dilaksanakan," tambahnya.
Ramli menjelaskan, peringatan tersebut guna mengenang dan mengingatkan generasi muda tentang dahsyatnya bencana Gempa dan Tsunami Aceh, serta sebagai penghormatan dalam mengenang para syuhada Tsunami.
Menurut Bupati, mengenang Tsunami menjadi hal yang berharga untuk dijadikan sebagai intropeksi diri dan menjadi pedoman di masa yang datang, serta meningkatkan ibadah kepada Allah SWT.
Bupati Ramli mengajak masyarakat untuk membangun budaya siaga bencana, sehingga dapat lebih waspada dan dapat meminimalisir segala resiko bencana.
"Yang kita laksanakan hari ini, hendaklah menjadi langkah awal bagi kita, agar lebih waspada dengan munculnya bencana. Bencana alam selalu mengintai dan bisa datang kapan saja," kata Bupati, sembari mengingatkan.
Selain itu, Ramli mengimbau kepada masyarakat Kabupaten Aceh Barat, untuk terus meningkatkan dan menanam rasa kepedulian antar sesama untuk melakukan berbagai upaya dalam melakukan pengurangan resiko bencana.
"Mulai dari diri sendiri, keluarga, anak didik, dan lingkungan sekitar," pungkasnya.[]