Kantor Kementerian Agama Kabupaten Simeulue melalui Seksi Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Cegah dan Deteksi Dini Konflik Sosial Berdimensi Keagamaan Islam”, pada Kamis, 26 Juni 2025, bertempat di Café Mentari Sinabang. Kegiatan dimulai pukul 08.30 hingga 12.00 WIB dan diikuti oleh 18 peserta yang terdiri dari tokoh agama, tokoh masyarakat, pemangku kebijakan, serta pejabat pemerintah daerah.
FGD ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pemangku kebijakan dan tokoh masyarakat dalam mendeteksi secara dini potensi konflik sosial yang berlatar belakang perbedaan pemahaman keagamaan. Kegiatan ini juga menjadi upaya penguatan kerja sama lintas sektor dalam menjaga kerukunan antarumat beragama di Simeulue.
Adapun narasumber yang dihadirkan pada kegiatan ini merupakan para tokoh yang memiliki kompetensi di bidang keagamaan dan sosial, yaitu:
H. Nashrullah, SAg MA. – Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Simeulue
Fauzan, SAg MH. – Kepala Seksi Bimas Islam Kemenag Simeulue
Sabu Nasir, SAg MSi. – Kepala Badan Kesbangpol Kabupaten Simeulue
Drs. Chairil Anwar, MPd. – Ketua Komisi Sosialisasi dan Penyuluhan FKUB Simeulue
Alamsyah, SAg. – Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kabupaten Simeulue
Fauzan menyampaikan dalam laporannya bahwa kegiatan FGD ini dilaksanakan serentak oleh seluruh kabupaten/kota di Indonesia sesuai arahan dari Direktorat Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama RI.
“Tujuan dari pelaksanaan forum ini adalah untuk menggali isu-isu keagamaan yang berkembang di masyarakat, serta menguatkan sistem deteksi dini guna mencegah konflik sosial yang berdimensi keagamaan, khususnya di wilayah Simeulue,” ujar Fauzan.
Kegiatan ini juga menjadi wadah pertukaran pengetahuan dan pengalaman antar pemangku kebijakan, guna mencari solusi strategis dalam menangani potensi konflik sosial. Diharapkan, hasil diskusi ini mampu menghasilkan langkah konkret dalam memperkuat toleransi dan harmoni di tengah masyarakat yang beragam.
Sementara itu, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Simeulue, H. Nashrullah, S Ag MA., dalam pemaparannya mengungkapkan bahwa hingga saat ini, belum pernah terjadi konflik serius yang disebabkan oleh perbedaan pemahaman agama di Simeulue. Ia menegaskan bahwa masyarakat Simeulue hidup rukun dan saling menghargai meskipun terdapat beragam keyakinan.
“Keharmonisan masyarakat Simeulue dapat dijadikan contoh bagi daerah lain. Namun, kita tetap harus waspada dan melakukan pencegahan sejak dini terhadap potensi konflik sekecil apa pun,” Nashrullah berujar
Ia juga menekankan pentingnya peran penyuluh agama dan penghulu sebagai aktor resolusi konflik di tengah masyarakat.
Sebelum Menutup Kakankemenag Simeulue Nashrullah menyampaikan harapannya agar Kabupaten Simeulue senantiasa menjadi daerah yang harmonis, damai, dan bebas dari konflik sosial, khususnya yang bernuansa keagamaan, tutup Nashrullah