Kegiatan PPL (Praktek Pengalaman Lapangan) sudah menjadi hal wajib atau menjadi agenda rutin mahasiswa yang menggeleguti pendidikan yang setingkat lebih tinggi dari tingkatan SMA-sederajat. Kegiatan di bangku perkuliahan tersebut guna menambah kualitas dan pengalaman para mahasiswa.
Namun banyak fakta di lapangan membuktikan sebagian guru PPL tidak memanfaatkan momen tersebut sebagai ajang evaluasi dan koreksi bagi dirinya. Salah satunya saya dapatkan di tempat saya bersekolah, di MAN 2 Sigli yang sekarang sedang proses transisi nama sekolah menjadi MAN 1 Meureudu seiring dengan pemekaran dari Kabupaten Pidie menjadi Pidie Jaya yang sudah berjalan 6 tahun lebih.
Ketika jam masuk pelajaran setelah istirahat tepat hari Rabu (9/10/2013) seorang guru PPL masuk ke dalam kelas kami XII IPA2 dengan ditemani guru Fiqih untuk menggantikannya. Sebelumnya beliau sempat masuk beberapa menit, kemudian beliau mendapat telepon yang tidak memungkinkan untuk melanjutkan pembelajaran Fiqih.
Kemudian beliau berpesan bahwa Ibu akan mengamanahkan guru PPL untuk menggantikan Ibu dalam melanjutkan proses belajar di kelas kalian.
Selang beberapa menit di dalam kelas, Ibu PPL yang belum sampai sebulan masa tugasnya pun memanggil absen kelas seperti kebiasaan guru lainnya selain itu beliau juga memperkenalkan diri setelah kami memintanya.
Beliau menulis nama dan alamatnya di bapan tulis, terbenak dipikiran saya, “Kali ini pasti seru belajar dengan guru yang bukan biasanya”.
Beliau juga mempersilahkan kami menanyakan hal-hal lain tentang dirinya, kemudian ada di antara kami yang bertanya, “Jurusan Ibu apa?”
Beliau menjawab, “PPKN jurusan yang Ibu pilih.” Kami pun sudah tau bahwa Fiqih bukan jurusan beliau.
Setelah sesi perkenalan, beliau kembali duduk di bangku depan kelas (bangku guru). Lama duduk di tempat tersebut tidak adanya tanda pembelajaran yang akan dimulai. Singkat cerita kegiatan belajar mengajar di kelas kami secara terpimpin tidak ada.
Ada di antara kami yang sibuk mondar-mandir di dalam kelas, ada yang sibuk curhat sama teman, ada yang sibuk memainkan penanya di atas kertas (alias sibuk menulis catatan), dan ada diantara kami yang sibuk memukul meja kelas dengan anggapan drum sambil bernyanyi.
Sesekali beliau bangun dari bangkunya dan keluar kata-kata dari beliau dengan maksud jangan membuat keributan dan kekacauan di dalam kelas. Hal ini berlangsung hingga beliau keluar dari kelas ketika waktu pelajaran tersebut waktunya habis.
Dari cerita singkat saya di atas, yang ingin saya pertanyakan apakah memang seperti itu kegiatan seorang guru PPL dalam memperbaiki kualitas dan menambah pengalaman di lapangan tanpa ada usaha dari beliau untuk mencoba berdiri dan berbicara di depan kelas dengan memberikan kami pengetahuan dan penglaman yang sebisanya.
Kalau memang seperti ini kenyataan tentunya kualitas pendidikan di negeri kita tercinta ini akan sulit berkembang menuju ke arah yang lebih cerah apalagi berkompetisi dalam panggung pendidikan dunia internaional karena kan nantinya semua guru PPL secara garis besar akan menjadi aktor pejuang tanpa tanda jasa tersebut.
Kita misalkan jawaban beliau atas pertanyaan penulis, “Itu bukan jurusan saya”. Menurut pribadi saya seorang dan bahkan calon guru pun harus bermultitalenta terhadap beberapa macam mata pelajaran, karena yang namanya ilmu itu universal dan selalu berkaitan dengan bidang ilmu yang lain, setidaknya ada lah usaha dari beliau untuk memberikan ilmu dan pengalamannya kepada kami tidak cuma di bidang Fiqih saja, di bidang umum atau bahkan di bidang jurusan beliau sendiri juga tidak akan kami tolak.
Berbicara prinsip PPL “menyelam sambil minum air” yang artinya belajar sambil mengajar, kegiatan ini wajib dimanfaatkan untuk evaluasi dan koreksi. Kalau begini ceritanya bisa membuat kegiatan PPL tersebut keluar dari koridor maksud dan tujuan kegiatan PPL itu sendiri.
Sehingga apabila kegiatan PPL sudah berakhir bagi pelaku PPL itu, kualitas dan pengalaman yang semestinya dikejar dan didapatkan di momentum untuk menambahkan kualitas dan pengalaman tersebut tidak mencapai kriteria hasil yang semestinya dicapai dan bahkan hasilnya sangat melenceng jauh dari target yang semestinya dicapai.
Saya selaku yang berhubungan langsung dalam dunia pendidikan juga ikut berpikir krisis terhadap hal-hal seperti ini, karena pendidikan merupakan pondasi yang sangat dasar untuk memajukan segala sesuatu, seperti sebuah negara, bangsa, agama dan bahkan setiap pribadi manusia itu sendiri.
Contohnya kita yang notabane umat yang beragama Islam yang lebih didahulukan menuntut ilmu dari pada ibadah, sesuai dengan pelajaran yang diberikan Allah kepada kita, yaitu Allah menurunkan ayat pertama yaitu Surah Al-‘alaq yang menyeru Nabi Muhammad SAW untuk membaca (menuntut ilmu) dan tidak pernah sejarah yang mengatakan bahwa ayat pertama diturunkan tentang perintah ibadah.
Asumsi yang dapat kita ambil dari pengajaran tersebut adalah antara menuntut ilmu dan beribadat sangatlah diutamakan menuntut ilmu, karena ibadat yang tidak didasari ilmu akan sia-sia juga. Jadi tidak salah jika kita katakan jikalau kita ingin memajukan segala sesuatu termasuk agama, negara dan sebagainya harus ada sebuah pondasi yang kuat yaitu “pendidikan”.
Tidak semua guru PPL sama seperti contoh yang saya angkatkan, ada juga yang benar-benar memanfaatkan momentum PPL dan bahkan saya lihat kadang mereka sangat berambisi untuk benar-benar memanfaatkannya. Saya sangat mengapresiasikan kepada semua guru PPL yang telah memanfaatkan momen tersebut sebagai momen evaluasi sekaligus koreksi bagi dirinya.
Dan bagi guru PPL yang belum menemukan jati dirinya dalam memanfaatkan kesempatan tersebut saya harapkan jangan pernah putus semangat dan teruslah berupaya dengan seoptimal mungkin dalam momen tersebut, demi terciptanya pendidikan yang didambakan oleh seluruh rakyat Indonesia.
Saya juga berharap ada usaha dari pemerintah terutama KEMENAG untuk memikirkan solusi yang lebih lagi bagaimana cara membuat pendidikan kita maju dan Insya Allah bersaing di kancah Internasional nantinya bukanlah hal yang mustahil lagi bagi kita. Wassalam.
Penulis Muhammad ghafar, alamat Meureudu kemukiman Beuriweuh gampong Pulo.u Kabupaten Pidie jaya, pekerjaan siswa MAN 1 Meureudu kelas XII. Email : abdulghafarmerdu@gmail.com, telepon : 085371023050
[ed.yakub]