Banda Aceh (Humas)--Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh Dr H Iqbal SAg MAg dan jajaran kembali tunaikan takziah, Selasa, 14 September 2021.
Takziah dan doa bersama digelar awal Shafar ini, ke kediaman Susilawati, jajaran di Bidang Pondok Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren), di Lampaloh, Kec Lueng Bata, Banda Aceh.
Kunjungan dan silaturrahmi siang ini dilakukan dalam rangkaian takziah, atas meninggalnya Ibunda Susilawati, bulan lalu di Banda Aceh, yang jenazah almarhumah Hj Nafisah binti Nurmin dimakamkan di Nagan Raya.
Kakanwil didampingi para Kabid dan jajaran, sampaikan rasa duka dan ikut mendoakan, semoga amal almarhumah diterima Allah Taala, diampuni kesalahannya, dan mudah-mudahan, almarhumah husnul khatimah, dimasukkan ke jannah-Nya, juga untuk kita yang akan menyusul ke alam baqa'.
Hadir ke rumah di kawasan di samping Kantor Geuchik Ateuk Pahlawan Kec Baiturrahman ini, juga para Kabid, ASN, dan mahasiswa UIN Ar-Raniry yang sedang magang di Kanwil. Juga dari KUA Kutaraja.
Setelah Ustadz Drs H Mukzi Abdullah (Kasi di Bidang PD Pontren) pandu pembacaan shamadiah, tahlil, dan doa, taushiah disampaikan Ustadz Saifullah Rayeuk MA (jajaran di Bidang Penaiszawa).
Ajak penceramah, mari kita renungi satu ayat dalam kaitan dengan musibah, ujian, atau bala; lalu kita kaitkan dengan pandemi.
"Tidak ada sesuatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu," kutip Saifullah dari satu ayat QS At-Taghabun.
Ayat ini, lanjutnya, dalam taushiah setelah di-MC-kan Ustadz Marbawi SAg (jajaran Bidang Penaiszawa), mengajarkan kita agar tak perlu cemas berlebihan, hadapi ujian (jika itu, memang namanya ujian). Sebab semua kejadian, atas seizin Allah.
"Sehingga kita relatif santai saja hadapi ujian, tidak perlu panik berlebihan. Tidak menyalahkan siapa pun. Tidak menyalahkan pihak lain, negara lain, misalnya dalam hadapi pandemi corona," lanjutnya.
"Pertanyaan kita, saat Allah kirim ujian, musibah, atau bala ialah 'mengapa Allah mengizinkan mereka berbuat', 'mengapa Allah izinkan seakan menguasai kita?'," imbuhnya mengajak hadirin merenung.
Lanjut Ustadz, bahwa Allah mengizinkan dengan sejumlah tujuan. Ada dua tujuan, di antara lainnya, dengan datangnya ujian, musibah, atau bala.
"Bagi mereka yang taat dan baik, setiap musibah itu semacam ujian, maka ia santai saja menyikapinya," ajaknya di depan ahlul bait dan jajaran Kanwil, di kawasan timur area Taman Makam Pahlawan.
"Semakin banyak ujian yang diberikan Allah, kian banyak pahala, yang diraupnya, dan kian taat pula ia yang diuji itu," katanya.
Kemungkinan kedua, itu jenis azab bagi mereka yang tidak taat.
"Pertanyaan selanjutnya kita ialah 'kita ini masuk ke mana?' Pertanyaan ini tidak bisa dijawab oleh orang lain, tapi oleh kita pribadi," jawabnya.
"Musibah itu, cara Allah memberi penghargaan, menghargaan hamba-Nya. Jika meninggal lantaran pandemi, besar sekali pahalanya," lanjutnya.
"Yang berbahaya itu, orang yang tidak taat, saat azan dia tak sahuti, saat ada pengajian di dekatnya, semalam pun sekali pun dia tak berpartisipasi, mungkin lalai di warung, dan dia tak tahu itu azab, dan terus abai. Dia bergelimang kelalaian dan dosa. Lantas Allah terus mengazab, mengazab, dan terus mengazab, hingga ia insaf," ungkapnya.
"Ali bin Abi Thalib pernah berkata, 'laa nuzila balaa-un Illaa bidzambin, wa laa rufi'aa balaa-un Illaa bitawbatin," kutip Saifullah.
"Yang bermakna 'tidak turun bala melainkan karena dosa, dan tidak diangkatnya kecuali lantaran taubat'," pungkas Saifullah, guru, pelatih khat, dan dewan hakim itu.[yyy]