[Bireuen | Muhammad Yakub Yahya] Kita mesti singkirkan label dikotomi ilmu agama dan ilmu umum. Sebab dualisme itu warisan penjajah,yang membuat jarak umat dengan ilmu. Yang ada dalam Islam hanya pembagian: ilmu fardhu ‘ain dan fardhu kifayah. Demikian awal sambutan dan arahan Kakanwil Kemenag Aceh sebelum panjang lebar informasikan beberapa hal penting di depan Setda, Kakankemenag (Drs Maiyusri) dan staf, serta Kadis PK Kab Bireuen.
Kakanwil menyinggung peran daerah Peulimbang, isu aliran sesat Ayub cs, ajakan ikut memilih dalam Pemilu, Porseni, pengaruh narkoba, pengaruh pornografi, serta kerja sama Pemkab dan Kankemenag Bireuen. “Lebih berbahaya pornografi ketimbang narkoba, sesuai dengan hasil penelitian. Jadi bisa merusak saraf siapa saja yang melihat aksi porno itu,” ulang Pak Kakanwil.
Soal pembangunan, mudah membangun, tapi menjaga dan merawat juga lebih payah. Jadi Kakanwil harapkan apa yang kurang setelah peresmian ini, dapat membantu selanjutnya.
“Kita bersyukur madrasah di Peulimbang walaupun baru lima tahun, dengan siswa 108 orang, sudah ada gedung baru. Sebab banyak madrasah yang sudah lama dan ramai murid, tapi belum negeri,” ujar Kakanwil Kemenag Aceh saat meresmikan Gedung Baru MTsS Peulimbang, Kab. Bireueun.
“Untuk madrasah yang belum negeri, jangan kita sering-sering kita sebut swasta. Namun sebutlah ‘belum negeri’ atau MTbN (Madrasah Tsanawiyah belum Negeri).” Demikian canda Kakanwil Kemenag Aceh Drs H Ibnu Sa’dan MPd saat meresmikan MTsS Peulimbang, Kab. Bireuen (15/3).
Menanggapi permintaan Komite MTsS Peulimbang (Asnawi), agar ada upaya mendirikan SMK di Peulimbang, juga urusan lahan di samping madrasah, Setda Bireuen sampaikan bahwa,“Kami akan sahuti sampaikan maksud masyarakat Peulimbang untuk proses pembebasan tanah yang ada di samping MTsS Peulimbang, yang diresmikan pagi Sabtu (15/3). [faisal/bakrian]