Dalam khutbah Idul Adha 1434 Hijriah di Masjif Agung Al-Falah Kota Sigli, Kabupaten Pide, Kakanwil Kemenag Aceh, Drs H Ibnu Sa’dan MPd mengajak jamaah dan kita sekalian, agar setiap masuki Hari Raya Idul Adha, jaga komitmen dan semangat sebagai jati diri muslim yang sejati dan mukmin yangparipurna, yang terus melekat pada diri kita kekaffahan Islam. Adalah semangat kehambaan yang kaffah kepada Allah yang kita rangkul setiap momen. Bukan kehambaan sepenggal-sepenggal, atau kehambaan musiman atau tempat/teritorial.
Kakanwil mengajak kita kian bersyukur, “Alhamdulillah di pagi yang bahagia ini di saat kita masih berpuasa sebelum kita kembali kerumah masing-masing, usai khutbah nanti dan selesai atau sebelum kita bersalam salaman nanti kita saling berkumpul menikmati indahnya matahari sejuknya hawa pagi sembari kita mengemandankan Takbir mengagungkan Ilahi Rabbi dirangkai Shalat sunat dua raka’at sebagai upaya dari kita menghadap kepada yang Maha Suci.”
“Maka marilah sama-sama kita meningkatkan Taqwa kepada Allah S.W.T dengan sepenuh hati kita niatkan hari ini sebagai langkah awal memulai pergerangan mengarungi kehidupan seperti yang tercermin dalam ketaatan dan ketabahan Nabiullah Ibrahim, as bersama keluarganya Ismail dan Siti Hajar, hari ini siklus dari hari-hari yang penuh berkah, hari yang sangat bersejarah bagi ummat Islam sedunia dan hari ini adalah hari kemenangan,” sambung Kakanwil yang berhari raya di kawasan Beurawe Banda Aceh.
Kemudian Ibnu Sa’dan menyampaikan bahwa perayaan Idul Adha tak terlepas dari Napak Tilas dari manusia Agung yang diutus Allah yaitu Nabi Ibrahim, as beserta keluarganya ismail dan Siti Hajar, membuat kita harus mampu mengambil pelajaran-pelajaran mengambil makna dan ketauladanan darinya; firman Allah artinya sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu yaitu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia.
Saudara-saudara kita berada ditanah suci menuju Allah, menuju Baitullah tanpa memperdulikan usia,kelelahan, kecapean, kesibukan dan pekerjaan mereka telah meninggalkan tanah air, keluarga dan handaitaulan menuju Rumah Allah tentu mereka memenuhi panggilan Allah yang tersebut dengan satu bahasa LABBAIKALLAHUMMALABBAIK, aku dating memenuhi panggilanmu ya ALLah, itulah kalimat-kalimat yang diucapkan oleh saudara-saudara kita ditanah suci, diarafah pada malam sebelum Wukuf mereka merebahkan diri dihadapan Allah setiap orang merintih ampunilah aku dimalam ini.
Ibnu Sa’dan mengajak kita berwukuf artinya kita berhenti dari perbuatan dosa dan Arafah artinya kebenaran atau pengakuan; akui segala dosa yang kita lakukan, sungguh Aceh yang yang telah diberikan kesempatan menjalankan Syari’at Islam, maka butuh sosok Nabi Ibrahim untuk menjalankan Syari’at dengan mengorbankan apa saja yang dicintai dan kita cintai.
Kemudian Ibnu Sa’dan mengajak kita memberi ketauladanan kepada anak-anak kita dan keluarga, setelah itu lagi-lagi mengajak kita menjadi sosok Nabi Ibrahim yang mampu mengorbankan untuk menegakkan Syari’at Islam, syari’at Allah dinegeri yang kita cintai ini, sejauh mana komitmen kita dalam memberantas kemaksiatan, maukan kita ambil waktu sejenak berfikir untuk memajukan Aceh, Pidie dan demi kemajuan Islam.
Di akhir Kutbahnya Ibnu Sa’dan Kakanwil kementerian Agama Aceh itu mempertanyakan apa yang telah kita berikan sebagai pengorbanan kita adakah jiwa atau raga dan harta yang kita sisihkan demi semua itu seperti pengorbanan yang telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim bersama anaknya Ismail dan isteri tercintanya Siti Hajar, mari kita bermuhasabah, berefaluasi diri apa sesungguhnya yang kita korbankan untuk kepentingan Agama, keluarga dan atau untuk kepentingan aceh yang kita cintai ini.
Selain itu, dalam ibadah kurban juga tersirat pesan-pesan rohani agar kita ikut aktif dan bertanggung jawab untuk menciptakan suasana persaudaraan. Bagi kita masyarakat Aceh, menjadi sebuah catatan penting yang harus terus kita resapi, bahwa dalam membangun Aceh menuju kejayaannya kita butuh semangat rela berkorban(tadhhiyah) dan keikhlasan dimana hal itu dilakukan harus semata-mata karena melaksanakan “ta’abbudan lillah”, semata-mata mengabdi kepada Allah dalam rangka memperingati dan mengenang pengorbanan besar yang dilakukan Nabiyullah Ibrahim As beserta keluarganya. Pengorbanan mana yang nantinya tidak hanya bisa dijadikan pelajaran dalam hidup saja, namun juga mampu meningkatkan taraf kehidupan kita, baik di dunia maupun di akhirat nanti. Pengorbanan yang mampu mengangkat hasrat kemanusian, meningkatkan kapasitas hidup dan kemampuan pribadi, menjadi orang mulia baik dihadapan manusia maupun dihadapan Rabbul Izzati.
Abrar Zym di Takengon
Jajaran Kanwil juga bertindak sebagai khatib Ied di berbagai masjid di Banda Aceh, Aceh Besar, dan daerah lainnya. Di Masjid Agung Ruhama Kota Takengon, bertindak sebagai khatib Idul Qurban ialah Ustadz Abrar Zym.
“Ya kami sedang menuju Banda Aceh, dari `Kota Dingin`. Pak Kanwil jadwal khutbah di Sigli, saya kena di Takengon,” ujar Kabid PD Pontren Kanwil, H Abrar Zym SAg, saat shalat maghrib dengan KemenagNews/Santunan di Masjid Jamik Seulimeum (15/10). [hafidh/yyy/ttz]