Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kakanwil Kemenag) Aceh, Drs H Azhari MSi berharap kemitraan dan sinergi antara pemerintah dan ulama bisa menghadirkan solusi penting dalam menyelesaikan isu-isu keagamaan yang kompleks.

"Kerja sama antara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Kemenag, dan UIN Ar-Raniry, merupakan bentuk sinergi yang harus terus diperkuat demi kemaslahatan umat," kata Azhari di depan undangan termasuk jajaran Kanwil Kemenag Aceh dan Pengurus PWNU Aceh. 

Hal ini antara lain disampaikan dalam sambutan pembukaan Seminar Sistem Istinbath Hukum Islam dan Bahtsul Masail Metode Penetapan Awal Bulan Hijriah, di Hotel Grand Nanggroe, Lueng Bata, Banda Aceh, Ahad, 11 Agustus 2024.

Di depan Wakil Ketua Umum PBNU KH Zulfa Mustafa, Rais Syuriyah PBNU KH Muhammad Cholil Nafis PhD serta jajarannya, Kakanwil sampaikan kehadiran para kehadiran para ulama dalam seminar di Aceh ini, menghasilkan putusan yang bermanfaat untuk umat. 

"Sehingga arahan petunjuk dan kesimpulan dari seminar ini dapat bermanfaat untuk kita semua," harapnya dalam acara pagi Ahad, yang sehari sebelumnya juga Kakanwil juga bersama Kepala BPJPH Dr Aqil Irham dan KH Zulfa Mustafa ikut sampaikan arahan pembukaan di Hotel Kyriad Muraya Banda Aceh. 

Kita berharap hasil seminar ini dapat memberikan panduan yang jelas bagi umat Islam dalam menghadapi tantangan di era modern.

Azhari sampaikan, "Keputusan-keputusan yang dihasilkan akan menjadi pedoman bagi umat dalam menjalani kehidupan sehari-hari."

Waketum PBNU KH Zulfa Mustafa, menegaskan bahwa dalam menetapkan hukum, NU selalu mendialogkan nash dengan realitas. Praktik yang sudah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW, menjadi pijakan NU dalam menentukan hukum Islam.

Sementara Rektor UIN Ar-Raniry, Prof Dr Mujiburrahman MAg, berharap kegiatan ini dapat memberi manfaat bagi umat melalui sinergi kiai, ulama, ilmuwan, dan cendekiawan. 

"Yaitu dengan memperkaya khazanah keilmuan kontemporer untuk menjawab masalah umat di era kekinian dan masa depan," harapnya dalam acara yang juga pembicara kunci, antara lain KH M Cholil Nafis, PhD dan Dosen UIN Ar-Raniry Prof Dr H Muhibbuthabary MAg. 

Seminar ini diikuti selain akademisi Ar-Raniry, juga hadir perwakilan PWNU Aceh, PWNU Sumatra Utara, PWNU Sumatra Barat, PCNU se-Aceh, PCNU se-Sumatra Utara, dan PCNU se-Sumatra Barat, diselenggarakan atas kerja sama PBNU. 

Bahtsul Masail Diniyyah terkait penetapan awal bulan Hijriah dipimpin oleh KH Najib Bukhaori, MA (LBM PBNU) dan Dr KH Shofiyulloh (LF PBNU).

Fasilitator acara dari Syuriyah PBNU seperti KH M Cholil Nafis dan Gus Nurul Yaqin dan dari Tanfidziyah PBNU KH Miftah Faqih, KH Muh Silahuddin, dan KH A Ginanjar Sya'ban.

"Seminar ini merupakan momentum penting dalam pengembangan khazanah keilmuan Islam, terutama dalam menghasilkan metode penetapan awal bulan Hijriah yang relevan dengan perkembangan zaman," imbuh Prof Mujib dalam seminar perdana yang dimulai di UIN Sunan Ampel Surabaya, kini di Aceh, dan terus diselenggarakan kontinu ke 11 titik lainnya hingga Oktober.

Program kemitraan PBNU dengan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Ditjen Pendis Kemenag RI dan UIN se-Indonesia ini diselenggarakan di 12 titik se-Indonesia. Mulain dari Aceh hingga Ambon, meliputi UIN Sunan Ampel Surabaya, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,, UIN Walisongo Semarang, UIN Ar-Raniry Aceh, UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, UIN Raden Intan Lampung, UIN Mataram, UIN Antasari Banjarmasin, UIN Alauddin Makassar, dan UIN Ambon.[]