Banda Aceh-KemenagNews (16/3/2013) Sesungguhnya tujuan utama agama Islam adalah agar manusia beribadah kepada Allah Ta’ala dengan ikhlas. Dan apapun yang kita lakukan sebagai muslim haruslah bermuara kepada keihlasan. Untuk mewujudkan kehidupan dalam masyarakat kita, Aceh tercinta yang “baldatun thayyibatun warabbun ghafur†harus dilandasi dengan keikhlasan. Demikian muqaddimah Khutbah Jumat Kakanwil Kemenag Aceh, Drs. H. Ibnu Sa'dan, M.Pd (15/3).Lanjut Kakanwil lagi (yang sehari sebelumnya sudah mengukuhkan eselon III dan IV jajaran Kanwil, yang juga menyinggung hal ikhlas beramal), dalam khutbah 3 Jumadil Awal 1434 H, di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh itu, "Sebab keihlasan ini adalah ruh untuk memperbaiki keadaan kita menuju ke arah yang lebih baik. Maka keikhlasan mutlak harus kita bangun pada setiap pribadi kita, bukan pada orang-orang tertentu saja.Dan dengan keikhlasan itu kita akan memperoleh keridhaan Allah." Allah Ta’ala berfirman (artinya): "Dan mereka tidaklah diperintahkan kecuali agar beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya." (QS. Al Bayyinah: 5).Maka ikhlas itu mengandung pengertian: penyucian niat dari seluruh noda dalam mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Bukan mencari perhatian makhluk dan pujian mereka,pengesaan Allah Ta’ala dalam niat dan ketaatan, dan melupakan perhatian makhluk dan selalu mencari llah Ta’ala. Singkatnya, ikhlas adalah seseorang beribadah dengan niat mendekatkan diri kepada Allah, mengharapkan pahala-Nya, takut terhadap siksa-Nya dan berujung memperoleh ridha-Nya.Dzun Nun al-Mishriy, seorang sufi kenamaan rahimahullah berkata: “Ada tiga tanda untuk melihat sebuah keikhlasan: (1) Seimbangnya pujian dan celaan orang-orang terhadapnya;(2) Lupa melihat amal dalam beramal; (3) Dan mengharapkan pahala dan Ridha Allah di akhirat.â€Ikhlas bagi amal ibarat pondasi bagi sebuah bangunan dan ibarat ruh bagi sebuah jasad, di mana sebuah bangunan tidak akan dapat berdiri kokoh tanpa pondasi, demikian juga jasad tidak akan dapat hidup tanpa ruh. Oleh karena itu, amal shalih yang kosong dari keikhlasan akan menjadikannya mati, tidak bernilai serta tidak membuahkan apa-apa, atau dengan kata lain “wujuuduhu ka’adamihiâ€(keberadaannya sama sepertiketidakadaannya).Sebuah perubahan, perbaikan keadaan untuk membangun negeri ini sangat tergantung pada nilai yang dimiliki oleh anak negeri ini. Ikhlas juga merupakan syarat diterimanya amal di samping sesuai dengan sunah. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman dalam hadis Qudsi: “Aku sangat tidak butuh sekutu, siapa saja yang beramal menyekutukan sesuatu dengan-Ku, maka Aku akan meninggalkan dia dan syirknya.†(HR. Muslim).Maka dengan menyandarkan segala sesuatu kepada Allah dengan sendirinya kita sudah meletakkan pondasi atau memberikan ruh pada amal kita itu sehingga amal tersebut punya nilai baik dalam pandangan Allah ataupun pandangan manusia.Ikhlas tempatnya di hati. Saat hati seseorang menjadi baik dengan ikhlas, maka anggota badan yang lain ikut menjadi baik. Sebaliknya, jika hatinya rusak, misalnya oleh riya’, sum’ah, hubbusy syuhrah (agar dikenal), mengharapkan dunia dalam amalnya, ‘ujub (bangga diri) dsb. maka akan rusaklah seluruh jasadnya.Seseorang dituntut untuk berniat ikhlas dalam seluruh amal shalihnya, baik shalatnya, zakatnya, puasanya, jihadnya, amar ma’ruf dan nahi munkarnya, serta amal shalih lainnya, termasuk belajarnya.Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata, “Janganlah kalian belajar agama karena tiga hal; (1) agar dapat mengalahkan orang-orang tidak tahu; (2) agar dapat mendebat para fuqaha’; dan (3) agar perhatian orang-orang beralih kepada kalian. Sungguh naïf kalau amal yang kita kerjakan kita bangun untuk hal-hal yang demikian, maka penyakit-penyakit yang seperti ini harus kita kikis dalam hati kita dengan mujahadah yang maksimal, karena keikhlasan itu juga tidak lahir dengan gampang dan menyatu dalam jiwa kita, tapi harus diusahakan selalu dengan selalu menyingkirkan pengaruh-pengaruh negatif yang disebarkan oleh syaithan yang selalu mengganggu keikhlasan amal kita. Niatkanlah dalam kata-kata dan perbuatan kita untuk memperoleh apa yang ada di sisi Allah, karena hal itu akan kekal, adapun selainnya akan hilang.â€Buah yang dihasilkan dari keikhlasan sungguh banyak. Seorang yang mengikuti ucapan muadzin dengan ikhlas, maka Allah akan memasukkannya ke surga. Seorang yang menuntut ilmu agama dengan ikhlas, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. Seorang yang ikhlas menjalankan puasa, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Bahkan perbuatan mubah akan menjadi berpahala dengan keikhlasan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Sebagai muslim sejati kita hanya bertugas menunjukkan ketaatan kepada Allah SWT semata dan kita tidak ada hak untuk menilai perbuatan kita sendiri", sebagaimana pernyataan Zunnun al-Misriy orang ikhlas melupakan amal kebaikan yang ia lakukan, Allah, Rasul dan orang-orang yang beriman di sekeliling kitalah yang akan menilai apa yang kita kerjakan. Firman Allah dalam surat at-Taubah ayat 105, juga memerintahkan kita melalui Rasul-Nya agar amal yang kita itu dibangun dengan fondasi keikhlasan yang tinggi. Karena Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin lainnya akan melihat dan menilai amal-amal tersebut, bukan pelaku amal itu yang menilai atas amal yang telah dilakukan itu. Bila sudah mendapat ridha Allah maka kita semakin dekat kepada-Nya. Orang-orang mukmin yang lainpun akan melihat dan akan memberikan apresiasi terhadap kebaikan yang dilahirkan.Sebagaimana diketahui, kaum Muslimin akan menjadi saksi di hadapan Allah pada hari kiamat mengenai iman dan amalan dari sesama kaum Muslimin. Dan persaksian yang didasarkan atas penglihatan mata kepala sendiri adalah lebih kuat dan lebih dapat dipercaya. Oleh sebab itu, kaum Muslimin yang melihat amal kebajikan yang dilakukan oleh mereka yang insaf dan bertobat kepada Allah, tentulah akan menjadi saksi yang kuat di hari kiamat, tentang benarnya iman, tobat dan amal saleh mereka itu.Perlu kita renungi bahwa keridhaan Allah tidak akan pernah ada kalau keikhlasan dalam setiap amal kita tidak ada. Maka mari sama-sama kita membangun diri kita masing-masing, membangun keluarga kita, membangun masyarakat kita dan membangun negeri ini dengan semangat keikhlasan, janganlah kita mendasari segala amal kita pada materi semata-semata, sehingga tidak ada materi tidak jalan amal kita. Keikhlasan yang kita usahakan sangatlah berarti untuk kehidupan kita hari ini dan kehidupan anak cucu kita hari esok. Aceh dulu dibangun keikhlasan para syuhada, para ulama, para umara beserta masyarakatnya. Aceh menjadi daerah modal untuk RI juga atas dasar keikhlasan yang dimiliki oleh masyarakat pada masa lalu yang saling bahu membahu untuk membangun negeri ini. Maka semestinyalah kita memotivasi diri untuk menumbuhkan semangat keikhlasan dalam diri kita.Waladzikrullaahi akbar, wallaahu ya'lamu maa tashna'uun. [muz/yyy][Foto: Jajaran Kakankemenag bersama Kakanwil saat menjenguk dan silaturrahmi ke kediaman Ibunda Kakanwil, di Buket Kawat, Idi Cut, Aceh Timur (3/3)]
Tentang Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh adalah unit vertikal Kementerian Agama di provinsi dan membawahi beberapa kantor kementerian agama di kabupaten dan kota. Alamat Jalan Tgk. Abu Lam U No. 9 Banda Aceh 23242