Ribuan jemaah memadati Masjid An-Nur Sinabang pada hari raya Idul Adha 1446 Hijriah/2025 Masehi, Jumat 6 Juni 2025
Momen sakral ini menjadi lebih syahdu dengan khutbah yang disampaikan langsung oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Simeulue, Nashrullah, yang akrab disapa Abi Nash.
Dalam khutbahnya, Abi Nash mengajak seluruh jemaah untuk menapak tilas makna mendalam dari kisah kurban Nabi Ibrahim AS dan keluarganya. Ia juga secara khusus menekankan urgensi peran seorang ayah dalam pendidikan keluarga di tengah tantangan zaman yang kian kompleks.
Hikmah Kurban: Puncak Kepatuhan dan Keikhlasan
Mengawali khutbahnya, Abi Nash mengingatkan jemaah akan sejarah agung perintah kurban yang bermula dari ujian keimanan Nabi Ibrahim AS. "Kita patut mengambil pelajaran berharga dari napak tilas kurban Nabi Ibrahim AS, Siti Hajar, dan Nabi Ismail AS. Kisah ini bukan sekadar tentang penyembelihan hewan, melainkan puncak kepatuhan, ketulusan, dan keikhlasan dalam mengabdi kepada Allah SWT," ujar Abi Nash.
Kemudian mengutip firman Allah SWT dalam Surah Ash-Shaffat ayat 102:
\فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ}
"Maka ketika anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersamanya, Ibrahim berkata: 'Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!' Ia menjawab: 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.'" (QS. Ash-Shaffat: 102).
Ayat ini, menurut Abi Nash, menunjukkan betapa luar biasa ketaatan Nabi Ismail AS yang merupakan buah dari didikan Nabi Ibrahim AS yang penuh keimanan. "Kerelaan Nabi Ismail AS untuk dikurbankan adalah bukti nyata keberhasilan didikan ayahnya, Nabi Ibrahim AS. Ini adalah cerminan dari sebuah keluarga yang dibangun di atas fondasi tauhid dan ketaatan," jelasnya.
Kisah ini menjadi pengingat bagi setiap orang tua tentang pentingnya menanamkan nilai-nilai agama dan ketaatan sejak dini.
Ayah: Pemimpin dan Pembimbing Spiritual Keluarga
Lebih lanjut, Kakankemenag Simeulue tersebut menyampaikan keprihatinannya terhadap fenomena 'fatherless country' atau kondisi di mana peran ayah dalam pendidikan dan pengasuhan anak cenderung minim. "Ayah memiliki peran yang sangat sentral dan tidak tergantikan dalam pendidikan anak-anak. Bukan hanya sebagai penyedia materi, melainkan juga sebagai pembimbing spiritual, teladan akhlak, dan sumber kasih sayang," tegas Abi Nash.
Abi Nash, merujuk pada hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim: "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin di dalam keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas keluarganya. Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas rumah tangganya."
Hadis ini, menurut Abi Nash, menggarisbawahi tanggung jawab besar seorang ayah sebagai pemimpin di rumah tangga. "Mendidik anak bukan semata tugas ibu. Ayah memiliki peran krusial dalam membentuk karakter, menanamkan nilai-nilai keberanian, tanggung jawab, dan kemandirian pada anak-anaknya. Kehadiran ayah yang aktif dalam mendidik akan menciptakan generasi yang berintegritas dan siap menghadapi tantangan zaman," pungkas Abi Nash.
Khutbah Idul Adha diakhiri dengan doa bersama, memohon keberkahan dan ampunan dari Allah SWT, serta agar seluruh umat muslim dapat mengambil hikmah dari setiap syariat dan kisah-kisah teladan yang terkandung di dalamnya. Suasana khidmat menyelimuti Masjid An-Nur, menyisakan renungan mendalam bagi para jemaah tentang makna hakiki kurban dan urgensi peran ayah dalam membangun keluarga yang kokoh.