Banda Aceh (Humas)---Kepala Bidang Pendidikan Agama Islam (PAI) Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh H Muntasyir MA kembali bertindak sebagai Pembina Apel Senin (25/1/2021).

"Awal tahun ini mari kita tetap siapkan dokumen penting untuk kegiatan ke depan. Beberapa bidang memang ada yang telah memula melaksanakan kegiatan," ajak Muntasyir dalam apel di halaman kantor.

"Mari siapkan dokumen dan lain-lainnya, lebih awal, sehingga tercapai juga output yang terbaik," harapnya.

Di depan para Kabid dan jajaran, Kabid PAI ulangi lagi, mari kita tetap jaga protokol kesehatan dalam bekerja.

"Di antara pertanyaan yang sering kita dengar 'kapan pandemi ini akan berakhir?' Kita tak perlu larut dengan pertanyaan semacam itu, tapi kita tetap menjaga petunjuk dan prokes," imbuhnya.

"Ada dua hal terpenting di sini. Paling penting, kita jaga kedisiplinan. Kedua, kita bertanya kelebihan dan kelemahan. Sebab 'kurang dan lebih' kita, akan berimbas pada diri sendiri. Berefek juga pada lembaga," sisipnya.

Selanjutnya, Kabid PAI ajak jajarannya mengamalkan satu hadits Rasulullah SAW, "khairul umuri awsathuhaa" yang bermakna sebaik-baik urusan/pekerjaan adalah yang pertengahan.

Jelasnya, kalaulah kita umpamakan lima jari tangan atau ashaabi'u ini: jempol, telunjuk, jari tengah, jari manis, dan kelingking.

"Maka jempol dinamakan ibhaam, telunjuk dengan sabbaabah, jari tengah dengan wustha, jari manis dengan binshir, dan kelingking dengan hinshir," jelas Muntasyir, mantan Kepala MA di Kemenag Aceh Besar.

Kelima jemari saling mendukung dan melengkapi.

"Ini yang di tengah ini disebut wustha. Dia lebih tinggi, dia lebih utama. Ada shalat wustha, itu artinya shalat yang lebih utama dari lainnya. Wustha dia yang lebih utama. Kita harus fokus dan menarik yang di pinggir ke tengah-tengah, atau ke pusat," rincinya.

"Selain menjadi yang di tengah, yang utama, kita juga harus miliki output terbaik. Outpot juga terbaik, itu bukan output yang sederhana, tapi terbaik dan unggul," pungkasnya.[y]