CARI
Rekomendasi Keywords:
  • Azhari
  • Kakanwil
  • Hari Santri
  • Halal
  • Islam
  • Madrasah
  • Pesantren

FGD Hari Ini, Kunsos Besok

Image Description
Inmas Aceh
  • Penulis
  • Dilihat 257
Rabu, 30 Desember 2015
Featured Image

[Kanwil | Muhammad Yakub Yahya]  Setelah antarkan Kankemenag Kota Banda Aceh, UIN, dan Kanwil (sebagai juara I, II, dan III) dalam lomba sepak bola, rangkaian peringatan HAB masih berlangsung. Agenda sepak bola sukses sejak Ahad-Selasa (27-29 Desember) di Lapangan UIN. "Harapan I (Juara IV), untuk Dalai Diklat Aceh juga ada hadiah" jelas panitia di sekretariat, Heri Ulka di ruang Subbag Inmas saat jajaki baliho dan doorprize.

“Insya Allah 10 ribuan pelajar madrasah ikuti peringatan HAB di Blang Padang, Ahad (3 Januari),” ujar Ketua Panitia Drs H Saifuddin AR. Dan Kamis (31 Desember), besok menurut Ketua yang juga Kabid PAI, ada kunjungan sosial (kunsos), ke rumah mantan Kakanwil/Rektor yang sepuh. Juga ke beberapa panti di Banda Aceh.

Sebelumnya, dalam momen HAB ke 70 bertema, “Meneguhkan Revolusi Mental untuk Kemenag yang Bersih dan Melayani” itu sukses lomba voli sejak Senin (21 Desember) di MAN Rukoh. Dan jalan santai/donor darah, lusa raya (Sabtu, 2 Januari), untuk umum.

Sementara itu, hari ini Rabu (30/12), berlangsung Focus Group Discussion(FDG) di aula Kanwil. "Tema FGD Politik, Jangan Usik Kerukunan Umat Beragama, dihadiri pejabat sipil, aparat keamanan, politisi, tokoh masyarakat, wartawan, dan internal Kanwil," jelas Kasubbag Hukum dan Kerukunan Umat Beragama (KUB) Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh H Juniazai SAg MPd. Jumlahnya, ada 40 peserta dan diposisikan sebagai narasumber.

Lanjutnya, di ruang kerjanya yang sedang ramai 'tukang sekat', tujuan acara antara lain mendeteksi sejak dini berbagai isu agama yang berpeluang dipolitisasi dalam ajang Pemilukada 2017.

Dalam latar belakang paparan, sebelum acara, memang disinggung hubungan politik dengan KUB, misalnya kasus Singkil. Bahwa sebelum kasus Singkil pada 13 Oktober, ada dugaan, adanya imbas dari janji politik para kandidat bupati/wakil, dan memang yang menang di Singkil, yang menjanjikan itu. Di antara janjiannya itu soal rumah ibadah.

Jadi, enam pekan lalu, dalam tajuk “Ada Apa di Balik Kasus Singkil”, Subbag Hukum dan KUB juga sukses gelar FGD, dengan menghadirkan para tokoh misalnya Wadir Interkam Polda, AKBP Guntur As. Dalam paparan pihak Polda itu, disebutkan, ada persinggungan juga dengan bahasan soal perekonomian, ‘faktor ada gula ada semut’ dikaitkannya dengan mobilisasi warga tetangga ke Singkil.

“Ada mobilisasi ke Singkil. Lalu akan ada bawaaan budaya dan doktrin asal, ke Singkil, yang juga bisa jadi penyebab kisruh,” katanya. Lalu bawaan kebiasaan lama ke daerah baru, babi, tuak, ada tuak kayak susu, disinggung pihak Polda, hingga merumitkan soalannya.

Ada juga saat itu Wakil Dekan Ushuluddin, DR Damanhuri MAg yang asal Singkil, ikut berikan solusi, katanya putra Singkil memang jarang ‘dipakai’, seakan tak ada kewenangan.

Lantas, Teuku Zulkhairi MA, dari lembaga ‘Dayah’, jelang zhuhur itu, juga ajak media luar terutama, agar bantu lepaskan label Acah yang disebut narkoba dan cap miring lainnnya, yang terlanjur go internasional itu.

Kasi Kepenghuluan Bidang Urais Binsyar, Drs Suriadinata, kutip ajakan Menag soal pendirian rumah ibadah, yang mesti atas aturan. Serta pemimpin jangan jalan masing-masing, ‘jangan kayak rel berjalan tak pernah ketemu’.

Dalam paparan awal, saat membuka FGD, Kakanwil Kemenag Aceh Drs H M Daud Pakeh jelaskan aspek-aspek yang harus dipahami dalam mencari solusi kasus Singkil.

Kakanwil, yang diwakili Kabid Penyelenggaran Haji dan Umrah (PHU), yang juga mantan Kakandepag Aceh Singkil, Drs H Herman MSc MA, sampaikan bahwa dalam menganalisa dan ambil langkah di Singkil, amati dengan banyak sisi (perspektif).

“Kasus Singkil itu ada ‘banyak’ pemicu, jangan lihat kasuistis itu dalam satu perspektif saja. Jadi, kita berdiskusi dalam FDG ini, dalam bingkai Islam Rahmatan lil ’alamin,“ kata Kabid PHU di hadapan peserta dari jajaran Kanwil, FKUB, Bintal Kodam, Intel Polda, Kesbangpol Linmas, akademisi, Subbag Hukum dan KUB, Pembimas, YARA, pers, dan Ormas/LSM. Safaruddin dari Yayasan Advokasi Rakyat Aceh masuk banyak sampaikan ‘temuan baru’ yang mengejutkan.

Ada juga saat itu, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) H Ziauddin SAg. Hadir dalam acara sejumlah wartawan dari Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam/KWPSI dan budayawan juga.

Acara itu dimoderatorkan Drs Hasan Basri M Nur MA. Ketua FKUB H Ziauddin SAg jelaskan, “Kami duduki posisi FKUB kini, saat kondisi yang ‘tidak rukun’, terutama setahun belakangan. FKUB dihujani isu tentang Aceh yang intoleransi, ‘tamu’ yang ‘datang’ terakhir dari Kedubes Belanda. Saat kita menjawab, dan mereka pahami, ‘ternyata kenyataannya tak seperti yang digembar-gemborkan media’.”

Prof DR A Hamid Sarong SH MHum jelaskan soal surat bupati, yang terus terang katanya dia yang ‘bawa pulang’ surat Bupati 2012, yang isyaratnya: ‘kalau terpilih akan mudahkan pendirian gereja’. “Bupati di sini, yang meletakkan bom waktu. Pembinaan dari tokoh agama, siapa yang kasih tahu di bawah gereja ada surga,” tanya Prof Hamid.

“Jangan seperti pemadam, jika meledak datang ramai-ramai,” katanya. Safaruddin dari YARA, dipersilakan oleh MC, pertanyakan sisi hukum, akan ‘surat bupati’ itu. Dan YARA akan melanjutkan ke meja hukum. 

Lalu ada paparan juga dari Kabintal Letkol Ahmad Husen, dari sisi pertahanan. Pihak Pangdam IM itu, umpamakan target musuh pada RI, kayak “Makan roti, pinggir dulu baru ke tengah,” maknanya kasus Tolikara dan Singkil, akan masuk ke pusat Indonesia. “Kami melihat dari kacamata pertahanan, kita harus melihat dari perkembangan nasional dan internasional. Dengan ‘teori makan roti, pinggir dulu, baru ke tengah’ itu. Ada yang tak ingin Aceh tenang.” Maksudnya, skenario dunia, jika ujung dan ujung kacau maka Indonesia mudah dikacaukan, ke tengah

Ada juga Pembimas Masyarakat (Pembimas) Katholik Baron Ferryson Pandiangan SAg, yang sampaikan, bahwa sebelum kejadian,  katanya, “Kami pun telah awasi, tapi meledak juga,” dan dia sudah ingatkan warganya, “Jangan ada kekerasan, harus tanpa kekerasan. Katolik ajarkan, ‘gereja boleh roboh, asal rohani tidak roboh’.

Lalu, Idaman Sembiring (dokter hewan di Banda Aceh), tokoh Protestan ajak warga, ke depan jangan lagi ada tema: ‘Ada Apa di Balik Kasus Singkil’, jangan ada tema ‘Singkil Heboh lagi’. Tapi mari kita bahas tema lain, soal babi, merumput dengan ular, singa, kambing, dan lainnya, rukun. Demikian juga ajakan dari Arief Ramdhan MA, dari Serambi Indonesia, yang banyak kaitkan berita dengan ketakpekaan Bupati.

“Kita telah tulis sebelum ribut, bom waktu di Singkil, tapi Bupati kayak tidak baca koran,“ sindirnya. “Masalah rupanya banyak di Bupatinya…,” ulang moderator Hasan Basri, dari Fakultas Dakwah UIN.

DR T Safir Iskandar Wijaya MA, Dosen Teologi UIN, yang aktif di FKUB era 80-an, sampaikan tema teologi bagi agama-agama, sejarah kasih sayang dalam agama. “Semua ingin mengklaim ‘dia lebih benar’, tapi semua muaranya sama: ingin ‘kasih’,” katanya dalam acara yang juga hadir DR Nurjanah Ismail MA dan lainnya.

H Safir, lanjutkan, ajakan akan Islam inklusif, bukan menang kelompoknya. Juga ajakan adanya ‘Rukun dalam hati, tidak hanya pura-pura di luar saja’.... 

[Foto: FGD soal Singkil, “Ada Apa di Balik Kasus Singkil”, Novemver lalu]

Tags: #
Tentang
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh adalah unit vertikal Kementerian Agama di provinsi dan membawahi beberapa kantor kementerian agama di kabupaten dan kota.
Alamat
Jalan Tgk. Abu Lam U No. 9 Banda Aceh 23242
Lainnya
Media Sosial
© 2023 Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh
Oleh : Humas Kanwil Aceh