Berangkat dari keluhan orang tua wali di MTsN Pegasing, bahwa anak-anaknya yang belajar di madrasah ini ketika pulang sekolah merasa capek, sehingga ketika disuruh melaksanakan salat dzuhur di rumahnya merasa merasa enggan dengan berbagai alasan. Tentu hal ini tidak bisa ditolerir karena akan berakibat tidak baik terhadap perkembangan pendidikan anak dalam bidang spiritual, maka Yulia, MA Kepala MTsN Pegasing berinisiatif membangun sebuah musalla di madrasah tersebut. Ternyata gagasan ini mendapat sambutaan dari para guru, komite MTsN Pegasing Umar Ariyo dan para wali murid, tidak hanya itu, dukungan juga datang dari Kepala dan Dewan Guru MIN Simpang Kelaping yang berada tepat di samping MTsN Pegasing.
“Kami para guru, pegawai dan wali murid dari MTs dan MIN menyumbang untuk membangun musalla ini, ada yang Rp 300.000, pokoknya menurut keikhlasannya,” ujar Syalmarani, SE yang juga sebagai bendaharawan di madrasah model di Aceh Tengah ini.
Pembangunan musalla yang berukuran 6×10 meter diketuai oleh Khairussadiki, M.Pd ini diperkirakan menelan dana sebesar Rp 54.000.000, sementara dana yang sudah terealisasi baru Rp. 13.000.000, diharapkan pembangunannya cepat selesai. “Kami mengharap ada donatur yang mau berinvestasi untuk akhirat demi terwujudnya musalla di lembaga pendidikan yang bernuansa islam ini,” harap Yulia, MA.
Selanjutnya ia menjelaskan jika musalla ini sudah siap, anak-anak yang belajar di MTsN Pegasing diwajibkan untuk melaksanakan salat dzuhur di musalla, di samping itu dapat juga untuk proses pembelajaran ibadah seperti salat, diskusi keagamaan, dan pembinaan akhlak, ujarnya pada Kamis siang (24/10) kepada KemenagNews di ruang kerjanya. (ADC/Yulia)