CARI
Rekomendasi Keywords:
  • Azhari
  • Kakanwil
  • Hari Santri
  • Halal
  • Islam
  • Madrasah
  • Pesantren

Bahagia Bersama Nabi, Meski Suami, Istri dan Putra-Putri di Gubuk

Image Description
Inmas Aceh
  • Penulis
  • Dilihat 435
Kamis, 14 Februari 2013
Featured Image
Banda Aceh-KemenagNews (14/2/2013) Dalam menggapai kebahagiaan, ternyata kebersamaan dengan anak istri serta peran wanita, wajib dikedepankan. Bagaimana cara, istri dan anggota keluarga, menjadi bagian perhatian kita, meski di tengah jadwal pekerjaan yang padat. Jika anak dan istri diabaikan, maka akan membuka celah ketidakharmonisan, terkuak pelan-pelan celah ketidaknyamanan dalam rumah tangga. Akhirnya bahtera krek-krok (ribut dan retak), dan cerai! Padahal Nabi dan para istri, meskipun mendiami di gubug (gubuk) (dulu mungkin itu rumah, tapi sekarang itu disebut gubug), bisa mengatakan, "Rumahku surgaku, baity jannaty." “Jika suami keseringan makan di luar, tidak mengajak istri misalnya, atau tidak terbuka dengan istri dari mana dan ke mana, atau keseringan pulang telat, maka akan banyak celah bagi setan memasukkan prasangka dan memprovokasi keluarga. Apalagi ada suami, bahkan ditanyai, dari mana saja, tak boleh! Akhirnya istri tinggal menanti kesempatan untuk membuktikan kecurigaannya, misalnya saat masuk satu SMS dari orang iseng, yang mungkin dari nomor yang tidak dikenal, ke HP di malam hari. Istri angkat bicara, mengusut dan butuh keterangan lanjutan. Ini akibat dari sang suami yang tidak terbuka, atau berjalan sendiri-sendir dalam karir dan di luar rumah, dengan tidak menganggap penting istrinya,” jelas Tgk. H. Faisal Ali, Ketu NU (Nahdhatul Ulama) Aceh, dalam kuliah setiap Rabu siang di Kanwil Kemenag Aceh. “Sakit dan senang, mari sama-sama kita rasakan. Jangan, jika enak, kalau makan enak, suami saja yang menikmati; dan saat tak ada apa yang mau dimakan, tak ada makan enak, baru ajak istri untuk sama-sama menikmati,” sindir Tgk. H. Faisal Ali, Sekjen HUDA (Himpunan Ulama Dayah Aceh), dalam kultum bakda zhuhur di Mushalla Al-Ikhlas (13/2).Pada suatu hari, Rasulullah Saw diundang walimah oleh sahabat untuk menghadiri sebuah acara. Nabi memastikan, “Apakah beliau saja yang diundang, atau bersama istri, Aisyah ra juga?” Sahabat menjawab, “Hanya engkau, wahai Nabi.” Rasulullah menambahkan, “Jika demikian, saya mohon maaf, lain kesempatan saja.”Di kali yang lain, bahkan pada kali kedua dan ketiga, sahabat itu mengundang lagi Nabi untuk sebuah hajat. Ada perasaan belum puas, sebelum Nabi datang. Nabi pun memastikan, “Apakah hanya saya yang diundang, tidak termasuk istri saya?”. Sahabat menjawab, “Ya, engkau saja ya Rasulullah.” Dan sahabat pun mengatakan, hanya Nabi yang diundang. Nabi pun menyatakan dengan halus, masih belum bisa hadir, insya Allah lain kali saja. Baru, dalam undangan keempat kali, setelah sahabat yang punya hajat menimbang-nimbang, apa maksud, kata-kata Nabi menolak kehadiran, tanpa ‘teman’, sahabat itu mengundang Nabi dan istrinya, Aisyah ra. “Insya Allah kami akan hadir,” jawab Nabi saat diundang keempat kali, dan hadir bersama humaira (Aisyah). Demikian perlakuan dan perhitungan Nabi pada istrinya, sampai soal ‘makan enak’ pun mesti sama-sama dirasakan ‘orang rumah’, atau po rumoh kita. Akbitanya setan tidak ada celah lagi menggoda, karena Nabi terbuka dan menghargai istri-istrinya. “Bahkan dalam berqurban pun, Nabi selain meniatkan untuk umat, tak alpa beliau mengalamatkan qurban untuk para istrinya,” tutup Lem Faisal (panggilan akrab H. Faisal Ali), dalam kultum yang di-MC-kan Kasubbag Umum, Zulfahmi, S.Ag. Tgk. Faisal, Pimpinan satu Dayah di Sibreh itu juga mengajak, para suami, “Jika kita sudah makan enak di sebuah tempat dengan sahabat dan mitra, kemarin, hari ini mari kita lewati tempat itu lagi, dan kita katakan, ‘di sinilah kami makan enak kemarin, mari kita singgah abang temani sayangku makan, saya ‘kan sudah kemarin.’” Dari kisah undangan kenduri di atas, juga memuat kesimpukan, bahwa jangan suka datang ke pesta orang, tanpa diundang; jangan bawa teman dan sopir pribadi, jika memang kita sendiri yang diundang; jangan datang 200 jika . Demikian kesimpulan ulama fiqh. Sampai-sampai, membagi dengan kucing pun, tanpa izin pemilik hajat, tak boleh, sebab kita dundang untuk makan, bukan untuk membagi dengan binatang mengeong itu. [yakub]
Tags: #
Tentang
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh adalah unit vertikal Kementerian Agama di provinsi dan membawahi beberapa kantor kementerian agama di kabupaten dan kota.
Alamat
Jalan Tgk. Abu Lam U No. 9 Banda Aceh 23242
Lainnya
Media Sosial
© 2023 Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh
Oleh : Humas Kanwil Aceh