[Kota Langsa | Jamal/Abi Naufal] Anak-anak adalah buah hati kita, anugerah dari Allah SWT kepada kita, barang siapa mencium anaknya, maka ia telah mencium bau surga. Betapa ruginya kita yang tekah memilki anak namun tak pernah atau jarang menciumnya, demikan inti tausiah yang disampaikan Rektor IAIN Zawiyah Cot Kala Langsa, Dr.H.Zulkarnaini, MA, Sabtu (7/3).
Pada kegiatan akir pekan bersama Al-Qur’an itu, ustaz Zulkarnaini tambahkan bahwa Rasulullah sangat menganjurkan mencium anak agar tumbuh rasa cinta dengan buah hatinya itu. “Jika kita mnciumnya ia tau bahwa kita mencintainya, namun jika tidak, ia kaan kesepian sehingga akan menimbulkan dampak psikologis yang sangat buruk,” ujarnya dihaapan para undangan dan wali murid.
Dalam soal mendidik anak, Rasulullah Muhammad SAW adalah sebaik-baiknya teladan. Pada diri Nabi ditemukan sosok pendidik yang menghargai anak. Rasulullah tidak jarang menyuapi anak-anak kecil dengan kurma yang sudah dimamahnya. Penuhnya hati Rasul dengan kasih sayang, membuat Beliau tidak marah ketika dalam shalatnya yang kusyuk punggung Beliau dinaiki cucunya, Hassan bin Ali bin Abi Thalib.
Beliau malah melamakan sujudnya, hingga cucunya itu turun. Usai shalat, kepada jamaah Rasul meminta maaf karena sujudnya agak lama. “Para jamaah, karena cucuku ini aku sujud agak lama. Dia berlari mengejarku dan naik ke punggungku ketika aku sedang salat (sujud). Aku khawatir akan mencelakakannya kalau aku bangun dari sujud.” (HR Ahmad).
Sikap kasih sayang dan kelembutanlah, sebenarnya, yang memungkinkan anak menjadi dekat. yang memudahkan mereka menerima petuah dan didikan orang tuanya. Orang tua yang miskin kasih sayang akan anaknya, menurut Nabi, akan mengundang murka Allah SWT. Aisyah RA berkata, telah datang seorang badui kepada Nabi. Nabi bertanya,” Apakah kamu suka mencium anakmu?” Dijawab, “Tidak.” Nabi bersabda,” … atau aku kuasakan agar Allah mencabut rasa kasih sayang dari hatimu.” (HR Bukhari).
Ustaz Zulkarnaini lanjutkan bahwa metode pendidikan sangat berpengaruh kepada keberhasilan sang anak. Prof.Jalaluddin Rahmad mengatakan bahwa waktu kecil kita sangat rajin belajar, namun ketika memasuki sekolah kita sudah berhenti belajar. “Salah satu contoh jika guru memberikan pertanyaan dan siswa tidak bisa menjawab, dengan tegas guru mengatakan siswa itu bodoh dan kata-kata negatif lainnya,” katanya.Beliau menyebutkan, di sekolah anak-anak banyak mendengar kata-kata negatif dibandingkan kata-kata positif. “Lebih dari 500 kali kata negatif (seperti kamu bodoh, dsb), sedangkan kata positif (memuji,dsb) hanya berkisar 70 kali saja,” ungkap Dr.Zulkarnaini itu.
Anak-anak adalah amanah, anugerah dan juga fitnah, untuk itu diperlukan kesabaran dalam mendidik anak. “Tidak perlu kita memaksakan kehendak, apalagi membentaknya, jangan bandingkan ia dengan anak yang lain, disinilah kita diuji,” ujarnya yang menyebutkan contoh Nabi Nuh yang anaknya durhaka itu.
Untuk mendidik anak yang baik dapat diambil panutan dalam kisah Lukmanul hakim lewat keberhasilan mendidik anaknya. “Dalam Al-Qur’an disebutkan kisah Lukmanul Hakim mengajarkan anaknya untuk tidak syirik, menjadi orang yang berterima kasih, menegakkan shalat dan berprilaku baik,” kata Ustaz.
Rektor IAIN yang baru saja dilantik beberapa waktu yang lalu sampaikan juga bahwa pendidikan Al-Qur’an sejak dini sangat penting, sejak dini sudah dekat dengan kita suci umat Islam itu. “Di negara-negara islam lainnya, anak-anak sudah hafal Al-Qur’an, disini (Indonesia) juga sudah ada,” katanya.
Berada dibawah naungan Al-Qur’an menurut beliau akan membawa kedamaian, kesejukan perlindungan dan Ridha dari Allah SWT. “Penting menjadi masyarakat yang cinta Al-Qur’an, sehingga akan merasa damai, pemimpin juga harus cinta Al-Qur’an hingga masyarakatnya menjadi damai,” tutupnya. [yyy]