Banda Aceh-KemenagNews. Sebelum rangkaian doa yang dipandu oleh Drs H Ibnu Sa’dan MPd, Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, acara pengukuhan Wali Nanggroe ke 9, Tgk Malik Mahmud AL-Haytar di Gedung DPRA, di Jalan Tgk H Daud Beureueh Banda Aceh, ada terdengar tepuk tangan gemuruh saat titipan salam Presiden SBY, dan pesan untuk Wali Nanggroe disampaikan oleh Men-PANRAB (Menteri Negara Pendayagunaa Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi), pagi Senin (16/12).
“Presiden menanti kehadiran Bapak di Jakarta,” pesan Azwar, yang baru dari luar negeri, dan menunaikan janji harus hadir di Aceh.
Setelah Kalam Ilahi (“Qulillaahumma…” ayat dalam QS Ali ‘Imran tentang kekuasaan) dibaca Ustadz Feriza, sekalian memandu Shalawat Badar, nyanyian Lagu Indonesia Raya membahana gedung dan halamannya, lalu sambutan pembukaan oleh Ketua DPRA (Drs Hasbi Abdullah) disambung dengan azan tanda akan ada pengukuhan pun menggema. Lalu Malik Mahmud dinobatkan sebagai Wali ke 9 Aceh modern ini.
Malik Mahmud banyak menyinggung tema pembebasan individu, kemerdekaan nan hakiki, isu globalisasi, bahkan pemanasan global. “Ada tiga tantangan kita sekarang, globalisasi yang menganam udaya Aceh, liberalisasi ekonomi, dan tantangan sekaligus peluang dari era liberalisasi kini.”
“Biaya perang memang mahal, tapi biaya untuk merawat perdamaian jauh lebih mahal,” kata Wali Nanggoe, dalam sambutan perdana, menguti Dr Hasan Muhammad Di Tiro (almarhum). Mantan Perdana Menteri Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Malik Mahmud Al-Haytar dikukuhkan secara resmi menjadi Wali Nanggroe (WN) ke 9 dalam rapat paripurna istimewa Dewan Perwakilan Rakyat (DPRA) dalam suasana yang ada warga dan elemen yang menolaknya.
“Sekarang Aceh sudah berubah, ada banyak empati dan saling mengerti. Sehingga sejarah berbeda dengan masa konflik dan pascatsunami, saat saya memimpin Aceh dulu,” di antar ujaran lewat sambutan kehormatan Ir Azwar Abubakar MSi, Menteri MenPAN RB, mantan Wagub, Pj. Gubernur Aceh itu, di hadapan rakyat Aceh (disiarkan RRI dan TVRI Banda Aceh), para Ketua DPRA dan anggota, para Ketua DPRK, para Bupati/Wakil Bupati, para Walikota/ Wakil Walikota, Pangdam, KApolda, Kajati Aceh.
“Kita butuh perbaikan pendidikan sejak dini hingga perguruan tinggi. Dalam bahasa lain, perlu revolusi pedidikan,” ajak Malik.
Di hadapan mantan Gubernur (Prof Dr Syamsuddin Mahmud dan Dr Mustafa Abubakar), ambasador asal Aceh (Prof Dr Bakhtiar Ali), para ulaman, Azawar sambung, “Terima kasih pada bantuan semua pihak, Staf Ahli, dan Anggota Dewan, sehingga sejarah hari ini terwjud. Memang kerja manusia tak semupurna, mari kita sempurnakan nanti. Selamat kepada Meuntroe, Wali Nanggroe. Mari kita semua (mantan Gubernur, Pangdam, Kapolda misalnya) bantu Wali dalam memikul amanah ini.”
Menpan, Azwar Abubakar tampil menemani Wali Nanggroe Aceh ke-9, Malik Mahmud. Rombongan yang tiba di DPR Aceh pada Pukul 09.45 WIB itu juga diikuti oleh kehadiran Gubernur Aceh dr Zaini Abdullah dan Wakil Gubernur Aceh Muzakkir Manaf. “Yang saya hormati Mualim,” sapa H Azwar.
Ketbaan rombongan utama tersebut disambut dengan Atraksi Silat. Iringan Seurunee Kalee juga mewarnai setiap tahapan acara pengukuhan itu. Massa dari pelosok Aceh pun memacetkan jalan-jalan utama.
Selain itu, para rombongan dan tamu undangan juga disuguhkan Tarian Ranub Lampuan. Pun begitu para tamu undangan belum sepenuhnya hadir, namun para tamu yang datang dari berbagai kalangan, termasuk dari sejumlah negara tetangga menambah semarak pelantikan Wali Nanggroe. [muhammad yakub yahya, inmas kanwil kemenag aceh]