Sigli-KemenagNews (14/7/2012)Tidak ada yang berubah di MUDI MESRA (Ma’had al-'Ulum ad-Diniyah al-Islamiyah Mesjid Raya), Samalanga, Bireuen. Meskipun, sekarang bersama-sama anak dayah, di MUDI MESRA, ada juga anak madrasah, sejak usia PAUD, RA, MTs, MA, hingga STAI Al-Aziziyah. Bahkan di Batee Iliek, barat Samalanga, di sebelah selatannya, jauh dari pemandian umum itu, sudah ada SMP Jam’iyah Islamiyah dan SMK Jam’iyah Islamiyah di samping dayah. Demikian penjelasan Abu Mudi (Tgk. H. Hasanol Basri HG), Pimpinan Pusat MUDI MESRA, Al-Aziziyah, saat meresmikan MTs kedua di komplek dayah, di Padang Tiji, Pidie (14/7), setelah yang pertama sudah lama dioperasionalkan di Lamno.“Kita mengikuti perkembangan zaman. Tidak ada yang kami ubah di MUDI, sebagaimana kesan yang kami dengar di luar, bahwa kami sudah ikut-ikutan arus meninggalkan pendidikan salafiah. Kita ingin menyiapkan masa depan alumni yang cakap untuk memimpin Aceh. Ke depan pimpinan bank bisa orang dayah, seperti sekarang misalnya, Kakanwil, Kakankemenag, juga berasal dari dayah. Juga bupatinya yang hadir di sini. Maka, kami di Samalanga, anak dayah yang sambil mengaji, bisa juga aktif kuliah. Setelah empat tahun mengaji atau mengajar, santri dan guru akan sama-sama diijazahkan lewat wisuda sarjana strata satu, seperti kampus,” jelas Abu Mudi, saat meresmikan MTs di dayah Ma’had ‘Ulum Al-Fikriah Al-Aziziyah, Gampong Blang, Peudaya, Padang Tiji, barat Pidie itu. “Kalau K.H. Hasyim Muzadi, mantan Pengurus PBNU di Jawa, mahasiswa yang dipesantrenkan, maka kami di Aceh, kami balik, anak dayah yang kami mahasiswakan. Gerakan ini ada, setelah kami studi banding ke Jawa,” lanjut Abu Mudi, yang juga sedang memelopori kajian Tastafi (tasawuf, tauhid, dan fiqih) di mana-mana. Penjelasan Abu Mudi itu diulang lagi dalam ceramahnya di dayah Al-Fikriah Al-Aziziyah, yang merupakan salah satu unit dari 177 cabang Ma’had ‘Ulum Al-Aziziyah yang ada di Aceh. [muhammad yakub yahya]