[Banda Aceh | Musdiyas Mus] Sejumlah siswa SMA Katolik berkunjung ke Museum Tsunami Aceh pada Selasa (19/8). Kunjungan tersebut dalam rangka pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 dan didampingi oleh guru Bahasa Indonesia Musdiyas,S.Pd. Museum Tsunami dibangun tahun 2007-2009.
Di museum ini terdapat banyak peninggalan yang mengisahkan kejadian tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 silam. Dalam wawancara singkat dengan pemandu wisata (Lestari) menjelaskan bahwa di dalam museum tsunami ini terdapat berbagai macam ruang seperti Lorong Tsunami, Sumur Doa, Ruang Memorial Hall, dan Ruang Pamer Tsunami.
”Sebanyak 280.000 orang meninggal dalam kejadian Tsunami tersebut dan ada dua ribu orang dituliskan namanya di museum ini tepatnya di Sumur Doa," lanjut ibu Lestari.
Pengunjung yang berkunjung ke Museum Tsunami ini tidak hanya dari Indonesia tetapi banyak juga dari Negara luar seperti Malaysia, Brunai Darussalam, India dan Amerika. Dalam sehari warga asing yang berkunjung sekitar 50-70 orang. Pada hari biasa pengunjung bisa berkisar lebih kurang tiga ribu orang sedangkan hari lebaran meningkat tiga kali lipat.
Febi Melinda salah seorang pengunjung museum tsunami mengungkapkan rasa kagumnya terhadap arsitektur Museum Tsunami ini. Ia mengatakan dengan adanya Museum Tsunami ini kita dapat mengenang kembali peristiwa tsunami 2004 silam.
Banyak pembelajaran yang didapat dari Museum Tsunami ini, disamping itu juga Museum Tsunami dapat dijadikan bukti sejarah. [yyy]
[Foto: Suasana Museum Tsunami, pagi Ahad, 9 Februari 2014, di luar/jalanan, banyak papan dukacita, atas meninggalnya Walikota Banda Aceh. Tampak seribuan Murid/Walimurid/Ustadz TPQ Plus Baiturrahman akan masuki gerbang Museum]