[Jambi | Yakub/Akhyar] Wamenag (Menteri Agama) Prof DR Nasaruddin Umar MA, saat melantik Dewan Hakim MQK V, serta membuka Halaqah banyak nyatakan pujian dan apresiasi pada pondok pesantren. Di samping banyak membuka ‘rahasia’ tentang kenapa panjang umur negara Indonesia, meski beberapa kali tanpa konstitusi. Rahasia umur nusantara, salah satunya ialah karena peran ulama dan dayah.
“Sepanjang masih ada kekuatan umat Islam yang kokoh, bersatu, maka tak ada pihak asing yang mampu menghancurkan Indonesia. Seakan ada ‘perpecahan’ saat kekosongan konstitusi, yang seakan waktu ittu bisa dihancurkan. Namun ada ‘tasbih’ yang merekatkan nusantara, yakni dayah. Maka perlu pertahankan pondok pesantren,” katanya setelah sambutan Gubernur Jambi H Hasan Basri Agus.
“Jangan dianggap madrasah/pesantren hanya yang tradisioanl. Ada banyak model madrasah di dunia, seperti di Banglades dan Pakistan,” jelas Wamenag RI dalam sambutan saat melantik Dewan Hakim Musabaqah Qiraati Kutub (MQK) V di Pendopo Gubernur. Seraya banyak mengkritik fenomena dai, kiai instan, dan dayah ‘palsu’.
“Salah satu ciri dayah sejati, ada kitab kuning,” sambung Profesor lagi. Sambil menyebut peran media yang kadang menenggelamkan ulama kitab kuning, dan mengangkat ustadz yang dadakan. Lanjut Wamen Ri, di hadapan semua Kakanwil dan perwakilan sejumlah Gubernur se Indonesia, dalam malam taaruf (2/9) itu.
“Maka jika pesantren diobok-obok maka akan datang kehancuran bangsa ini. Pondok pesantren jangan diubah prinsip-prinsip dasarnya. Sekarang ada hasil penelitian, terjadi pergeseran di pesantren. Ada kecenderungan sekarang peran alumnus pesantren digeser oleh kampus,” bandingnya.
Acara dilanjutkan, penutup, dengan tarian Zara Zapin asal Jambi, yang telah tampil di banyak negara, seperti Australia dan Eropa. Sebelum makan malam, diawali dengan pembacaan doa. [inmas]