Medan (Yakub/Inmas)---Bekerja sama dengan Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Kanwil Kemenag Aceh terus jajaki dan matangkan persiapan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji, yang dijadwalkan dipusatkan di Banda Aceh.
Awal tahun ini, di antara tahapan persiapan, setelah rapat di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDK) UIN Ar-Raniry, Rabu (9/1), serta rapat di ruang Kakanwil Kemenag Aceh, Senin (21/1), ialah konsultasi dan sharing data ke luar, ke institusi yang telah duluan laksanakan programnya.
Studi banding, sharing informasi dan pola pelatihan, dilakukan termasuk pada kampus di provinsi tetangga, seperti UIN Sumut Medan, yang telah beberapa kali duluan laksanakan sertifikasi, yang juga per angkatannya diikuti pembimbing atau para abu Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) dari Aceh.
Seperti diutarakan Direktur Bina Haji Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag RI, H Khoirizi H Dasir SSos MM, bahwa untuk mempercepat proses sertifikasi. Kemenag juga mengevaluasi MoU yang sudah terjalin dengan FDK pada UIN, antara lain UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, UIN Sumatera Utara, UIN Mataram, UIN Sunan Ampel Surabaya, dan UIN Walisonggo Semarang.
Tahun ini, UIN Ar-Raniry termasuk mitra Bidang PHU Kanwil Kemenag Aceh dalam selenggarakan diklat, sekitar 10 hari itu.
Rabu (23/1) ini, sebelum ke UIN pertemuan bersama empat Kasi Bidang PHU Aceh serta tim FDK UIN Ar-Raniry, adakan pertemuan di Kanwil Kemenag Sumut, Jalan Jend Gatot Subroto Medan.
Di Kanwil Sumut, yang kini dikepalai H Iwan Zulhami SH MAP itu, tim Aceh disambut Kabid PHU Drs H Muslim Lubis MM, dan jajarannya.
Ikut selain Pertemuan di ruang kerja Kakanwil, selain diikuti Kasi Dokumen dan Pendaftaran Juhaimi SAg, Kasi Pembinaan Haji dan Umrah Drs H Mukzi Abdullah, Kasi Pengelolaan Anggaran Haji H Khalid SH, dan Kasi Akomodasi, Transportasi, dan Perlengkapan (ATP) H Azhar MA, juga hadir Wadek III FDK Dr T Lembong Misbah MA dan jajaran dekannya Drs H Mukhlis Aziz MA.
Setelah konsultasi, termasuk dijadwalkan ke UIN Bandung dan Diteken PHU, maka akan disebarluaskan silabus nasional dengan silabus mulok. Dari konsultasi juga didapatkan pola, teknis, rekruitmen, asesor, dan pelatih dan juknis turunannya nanti.
Proses Sertifikasi Pembimbing, di Asrama Haji Aceh, dengan jam minimal 80 jpl (jam pelajaran) dan maksimal 100 jpl.
Tujuaan utama pelaksanaan sertifikasi adalah menyiapkan tenaga pembimbing ibadah yang profesional, memahami fiqih haji, memahami regulasi, makna filosofi haji, sejarah perhajian dan nilai-nilai ibadah. Modul pembinaan sudah disiapkan oleh Kemenag. Ini semacam penilaian dan pengakuan pemerintah terhadapnya.
Sebagaimana regulasi, hasil yang lulus akan diserahkan sertifikat. Tanda lulus ditandatangani Dirjen PHU dan Rektor UIN, serta nilai/poin ditandatangani Direktur Bina Haji.
Di antara materi diklat bersama dosen, dan pejabat Kemenag, ialah, spritualitas/psikologi petugas, misi dan visi haji (kemabruran), fiqih haji, praktik/manasik, komunikasi jamaah, peta sejarah/ziarah, dan kebijakan haji di Indonesia dan Arab Saudi.
"Ada muatan di silabus akan kekhasan pembimbing dan karakter jamaah Aceh, termasuk hal Baitul Asyi," ujar Kakanwil Kemenag Aceh Drs HM Daud Pakeh dalam meeting dua hari lalu, sebelum ikuti FGD di Jakarta.
Selain percepatan sertifikasi, lanjut H Khoirizi, Kemenag juga mereformulasi sebaran lulusan dan calon peserta sesuai kebutuhan. Langkah ini diambil agar sebaran pembimbing ibadah haji yang memiliki sertifikat merata di setiap kabupaten/kota.[]