Banda Aceh-KemenagNews (27/7/2012) Ketua MPD (Majelis Pendidikan Daerah) Aceh, Prof. DR. Warul Walidin Ak, MA, menandaskan bahwa, salah satu penyebab lemasnya orang yang berpuasa (sha-im) di siang hari bulan Ramadhan, karena pola makan yang salah, saat sahur dan berbuka. Padahal puasa menyehatkan, jasmani, ruhani, dan mental. Bahkan terapi puasa, sekarang digalakkan di Barat, untuk penyembuhan. Puasa itu, bulan pendidikan, kesehatan, dan mengajarkan kita tidak tashrif (boros) dalam berbelanja."Sebagian kita, makan saat berbuka dan sahur hanya memindahkan jam makan. Apa yang ada di al-maidah (meja makan) diturunkan semua ke perut. Ini akan bikin lemah esok hari, seusai sahur, atau lemas malamnya seusai berbuka. Makanlah dengan pemula saat berbuka dengan manis, semacam kurma dan madu. Bukan dengan kuah pliek (kuah batarana khas Aceh)," jawab Warul, Dosen Pascasarjana IAIN Ar-Raniry, saat menjawab satu penanya dari Sabang, dalam Dialog Interaktif di RRI Pro 1 Banda Aceh (26/7).Dialog Ramadhan yang dipandu Cut Zahrita, yang diprakarsai Dinas Syariat Islam Provinsi Aceh dan RRI, untuk hari ke enam, menampilkan narasumber Prof. DR. Warul Walidin dan Muhammad Yakub Yahya, M.Ag, dengan tema "Puasa Membentuk Pribadi yang Saleh Sosial dan Sehat Fisik dan Mental.""Ramadhan itu bengkel, ajang training, dan universitas, yang alumninya akan dinilai usai puasa, sejak Syawal hingga Sya'ban. Jika kita kembali ke 'habitat' usai puasa, sama durhaka dengan sebelum Ramadhan, doyan mengikuti nafsu rendahan selepas Idul Fitri, berarti ada yang keliru dengan puasa kita. Mungkin itu keliru pada pemahaman fiqih, pemaknaan hakikat, dan tujuan puasa kita," sambung Yakub, Direktur TPQ Plus Baiturrahman. "Keliru juga dengan gaya buka puasa kita, ifthar (berbuka) jadi ajang balas dendam. Puasa menuntut kita hemat dan diet seperlunya. Ada jam makan yang kita kurangi. Bukan tambah konsumtif. Jadi, bagaimana bisa, jika usai puasa, kita tambah berat badan empat kilogram?" tanya Yakub, staf Hukmas dan KUB Kanwil lagi, dalam acara pukul 17.00-18.00 wib itu. [abu yusuf]