[Yogya-Yakub | Yakub] Libur Sabtu (16 Mei) melengkapi akhir pekan abdi negara, dan juga swasta, yang bersambung dengan libur Ahad (Minggu). Meskipun libur tanggal merah berbarengan dengan libur kerja, artinya bukan tanggal merah, Sabtu pun tetap libur. Namun ada kesan lain, jika akhir pekan itu, jatuh sebagai libur nasiona, ada peringatan tertentu, misal hari besar Islam.
Seperti Sabtu medio Mei 2015, di almanak terbaca tanggal merah, pas 27 Rajab 1436 H. Umat Muslimin di seantero dunia peringati Hari Isra` dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Peringatan Isra` dan Mi’raj. Sekaligus semanagati umat agar siapkan diri sambut bulan suci Ramadhan, sebulan lagi.
Isra` dan Mi’raj, yang intinya kado istimewa shalat (identitas seorang Muslimin, pembeda kafir dan Islam) itu, dinyatakan Hari Ulang Tahun Shalat.
Muhammad SAW ke langit sudah lebih dari 1436 tahun silam (setahun atau dua tahun sebelum hijrah itu). Meskipun shalat ‘tak miliki hari ulang tahun’ (milad) —sebab tiap hari itulah harinya shalat, seperti juga, tiap hari hari ibu, hari anak, hari wanita, hari guru, dst— tapi kapan lagi umat lebih banyak renungi bab shalat jika bukan di Rajab, bulan shalat ini.
Nah, bagi kontingen Aceh dan pemakai jasa penerbangan, seharian Sabtu, yang Muslimin tentunya, renungan ‘milad shalat’ lebih mendalam lagi, karena sedang di ‘langit’ juga.
Dalam Garuda di atas ketinggian di atas 11 ribu meter, di langit nusantara itu, bahkan jauh lebih tinggi jika terbang di langit dirgantara atas mancanegara sana, kita lebih dekat dengan Allah, pemilik jagad raya ini.
Bagi saya (admin), ada kesan lain dengan awan bawah langit. Saya berultah (ulang tahun) di langit saat berangkat, Ahad (10 Mei). “Selamat ultah ke… “, ucap istri tersayang, usai kami mendarat dan transit di Banda Soetta, dan saya balas, “Saya ultah di awan 'hai….”
Jadi, begitulan maksud, ulang tahun di langit dan ultah di awan itu...
Selamat juga, kontingen Aceh pulang dari Magelang, usai Sekjen Kemenag RI Prof DR H Nur Syam MA, Kamis malam (14/5) menutup dengan resmi PPMN (perkemahan pramuka madrasah nasional). Lalu kontingen lipat tenda, gulung tikar, dan kosongkan Lapangan Tembak Akmil Magelang, balik ke kampung halaman, dari Aceh hingga Papua. Dari Adisutjipto Yogya pukul 14.00 WIB, tiba ke Banda Aceh maghrib-‘isya, setelah transit dan istiahat lama di Jakarta.
Kontingen kembali ke Aceh Sabtu malam (16/5), dan disambut Kakanwi (atau yang mewakili) di Bandara SIM. Sementara Kabid Penmad Kanwil Drs H Efendi MSi, duluan ke Banda Aceh via Semarang. Namun saat tiba ke Magelang Jateng, Kakanwil memang dampingi terus kontingen Aceh dari RIAB, MAN Montasik, dan MAN 1 Meulaboh (16 siswa-siswi).
PPMN ditutup, kontingen kembali ke Yogya (15/5), untuk balik ke Banda Aceh via Jakarta, seraya mengunjungi museum TNI AU Yogyakarta dan kebun binatang, lihat bue (monyet) dan eungkong (datoknya).
Sebelum itu, sepekan kontingen Aceh aktif di perkampungan, tapi saat pengumuman even perdana ini, diikhlaskan buat provinsi lain, meski ada cabang yang layak Aceh juara, semisal pentas seni. “Aceh mengalah demi provinsi lain, jadi kita menang, bukan kalah, masak dikalahkan dengan tarian ujung timur ting tong ting ting tiong itu…,” canda kawan dari Aceh, sepulang dari Lapangan Tembak Akademi Militer di Plempungan, Salaman, Kabupaten Magelang, juga dari wisata candi Brobudur….[tim aceh]