Baiknya sebuah bangsa sangat ditentukan oleh rumah tangga-rumah tangga sebagai tempat pembinaan dan pendidikan pertama seorang generasi. Bila pendidikan di rumah tangga gagal, besar kemungkinan bangsa ini akan mengalami kegagalan besar dalam pembangunan.
Bayangkan jika di sebuah desa sedang dibangun jalan dan di desa tersebut banyak pencuri, amankah kontraktor meletakkan material di pinggir jalan. Tentu tidak akan aman bahkan besi yang telah dipasang akan dicuri. Begitulah jika sebuah bangsa tidak memperhatikan masalah pembinaan moral dan akhlak.
Banyaknya program yang ingin dijalankan pemerintah justeru akan melahirkan koruptor-koruptor baru karena pelaku proyek tidak amanah, akhirnya Negara akan mengalami kegagalan dalam pembangunan. Menyadari pentingnya pembinaan moral bangsa, maka sasaran pertama tertuju kepada calon pengantin yang akan membina rumah tangga baru, dimana dari rumah tangga tersebut akan lahir generasi-generasi penerus bangsa.
Rumah tangga tersebut diharapkan menjadi sekolah yang nyaman bagi anggotanya untuk belajar. Rumah tangga tersebut diharapkan tegar dalam menghadapi badai dan tidak kandas di tengah jalan, karena bila itu terjadi tentu mustahil bagi anggotanya untuk bersatu karena tidak mungkin bahtera yang pecah dapat mengantarkan penumpangnya ke tempat tujuan.
Demikian pula rumah tangga yang retak tidak dapat membina dan mendidik anak-anak dengan sempurna. Perceraian merupakan penyebab putusnya hubungan perkawinan dan keretakan rumah tangga. Perceraian menjadi momok yang menakutkan baik bagi suami isteri dalam skup sempit maupun bagi Negara dalam skup luas. Perceraian penyebab putusnya komunikasi dan hubungan yang intensif antara anak dengan ayah dan ibunya.
Keterlibatan para remaja dalam peredaran dan pemakaian narkoba serta tindakan seks bebas tidak terlepas dari akibat rumah tangganya yang broken home. Berkurangnya perhatian ayah dan ibu, kasih sayang serta pengawasan mereka menyebabkan anak-anak mencari pihak lain di luar rumah yang dapat menenangkan batinnya.
Namun sangat ironis ketika pihak yang ditemukannya di luar rumah bukanlah sosok yang mengarahkannya ke jalan yang baik akan tetapi sosok yang mengeksploitasi dan memperlakukannya sebagai pelayan, pemuas nafsu dan pengumpul rupiah baginya. Inilah permasalahan bangsa yang perlu diantisipasi agar generasi penerus bukan generasi pemabuk, pemuas nafsu seks dan materialis.
Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah membina calon pengantin baru agar menyadari bahwa perkawinan bukanlah sekedar untuk menyalurkan kebutuhan biologis namun jauh lebih besar dan luas maknanya. Perlu diberi kesadaran bahwa perkawinan adalah perpaduan antara anjuran agama, tanggung jawab dan menyalurkan kebutuhan biologis serta rasa cinta. Penelitian ini menggunakan metode gabungan antara penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif.
Penelitian ini dilakukan dengan merujuk kepada buku-buku yang berkenaan dengan masalah yang dikaji serta mengumpulkan data yang bersifat primer tentang kasus-kasus perceraian yang terjadi. Dengan demikian penelitian ini diharapkan dapat membangun sebuah teori dan konsep yang akurat tentang angka dan akibat perceraian serta solusi yang perlu ditempuh.Penelitian ini berkesimpulan bahwa kebijakan Kursus pranikah bagi catin sebagai upaya mengurangi angka perceraian sangat dibutuhkan dan perlu ditingkatkan sistem pelaksanaan dan volumenya agar menyentuh akar persoalan. [y]