[Kutacane | Muhammad Yakub Yahya] Sebagian agenda Hari Amal Bhakti (HAB) ke 69 tahun 2015 Kementerian Agama, sudah usai. Ada yang masih dan akan berlangsung sebelum Puncak peringatannya pada pagi Sabtu (3 Januari 2015/ 12 Rabi’ul Awal 1436 H).
Sebelumnya, Jumat (11 Rabi’ul Awal 1436 H), sebagian jajaran Kemenag bertindak selaku khatib Jumat. “Kita siapkan teks khutbah jelang momen HAB 2015, silakan jajaran Kemenag menyesuaikan diri,” pesan Kasubbag Inmas Kanwil Kemenag Aceh, H Akhyar MAg.
Dan berikut teks dua khutbah Jumat dalam rangka HAB:
Ikhlas, Inovatif, Teladan, Integritas, dan Transparansi
Modal Perubahan
(Renungan HAB ke 69 Kementerian Agama)
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.أما بعد فياعبادالله اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.وقال الله تعالى في كتابه الكريم:“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ”.وقال أيضا “وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ”.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Mari kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah Ta’ala dengan ketakwaan yang sebenar-benarnya. Yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan oleh Allah dan Rasululluah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudia keluarga, sahabat-sahabatnya, serta pengikutnya sampai akhir zaman. Bulan Maulid Nabi SAW 1435 H, yang bertepatan dengan peringatan HAB ke 69 tahun 2015 ini, menyemangati kita pada lanjutan misi kenabian dan risalah kerasulan. Kita jadikan diri sebagai teladan umat.
Kaum muslimin jamaah Jumat rahimakumullah
Sesungguhnya tujuan utama agama Islam adalah agar manusia beribadah kepada Allah Ta’ala dengan ikhkas. Dan apa pun yang kita lakukan sebagai muslim haruslah bermuara kepada keikhlasan. Untuk mewujudkan kehidupan dalam masyarakat kita, Aceh tercinta yang “baldatun thayyibatun warabbun ghafur” juga harus dilandasi dengan keikhlasan.
Harapan itu pula yang diulangi Gubernur Aceh dr H Zaini Abdullah saat peringatan 10 tahun tsunami dan gempa bumi (26 Desember 2014), di Blang Padang Banda Aceh. Diaminkan kembali oleh jamaah, dari Wapres, para Menteri, para negara/lembaga donatur, undangan, dan pemirsa media, lewat doa yang dipandu Kakanwil Kemenag Aceh Drs H Ibnu Sa’dan MPd.
Tidak berlebihan jika Kementerian Agama memilih logo “Ikhlas Beramal”, baik kata itu sebagai pijkan dalam meniti keseharian bersama umat, maupun sebagai harapan yang terus disucikan.
Karena keikhlasan ini adalah ruh untuk memperbaiki keadaan kita menuju ke arah yang lebih baik. Maka keikhlasan mutlak harus kita bangun pada setiap pribadi kita, bukan pada orang-orang tertentu saja. Karena dengan itu kita akan memperoleh keridhaan Allah. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَآ أُمِرُوْآ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْااللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ
“Dan mereka tidaklah diperintahkan kecuali agar beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya (QS. Al-Bayyinah: 5).
Ikhlas mengandung pengertian: penyucian niat dari seluruh noda dalam mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, bukan mencari perhatian makhluk dan pujian mereka, pengesaan Allah Ta’ala dalam niat dan ketaatan, dan melupakan perhatian makhluk dan selalu mencari ridha Allah Ta’ala.
Singkatnya, ikhlas adalah seseorang beribadah dengan niat mendekatkan diri kepada Allah, mengharapkan pahala-Nya, takut terhadap siksa-Nya dan berujung memperoleh ridha-Nya.
Setelah itu, aspek inovatif ke arah lebih baik, seraya mempertanggungjawabkan dengan prinsip transparan, menjadikan amal kita bisa berbilang, disenangi umat, dan diridhai-Nya
Dzun Nun al-Mishriy, seorang sufi kenamaan rahimahullah berkata: “Ada tiga tanda untuk melihat sebuahkeikhlasan:
(1) Seimbangnya pujian dan celaan orang-orang terhadapnya,
(2) Lupa melihat amal dalam beramal,
(3) Dan mengharapkan pahala dan Ridha Allah di akhirat.”
Kaum muslimin jamaah Jumat rahimakumullah
Ikhlas bagi amal ibarat pondasi bagi sebuah bangunan dan ibarat ruh bagi sebuah jasad, di mana sebuah bangunan tidak akan dapat berdiri kokoh tanpa pondasi, demikian juga jasad tidak akan dapat hidup tanpa ruh. Oleh karena itu, amal shalih yang kosong dari keikhlasan akan menjadikannya mati, tidak bernilai serta tidak membuahkan apa-apa, atau dengan kata lain “wujuuduhu ka’adamihi” (keberadaannya sama seperti ketidakadaannya). Ikhlas mengiringi integritas kita dalam keseharian.
Sebuah perubahan, perbaikan keadaan untuk membangun negeri ini sangat tergantung pada nilai keikhlasan yang dimiliki oleh anak negeri ini. Ikhlas juga merupakan syarat diterimanya amal. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman dalam hadis Qudsi:
أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ
“Aku sangat tidak butuh sekutu, siapa saja yang beramal menyekutukan sesuatu dengan-Ku, maka Aku akan meninggalkan dia dan syirknya.” (HR. Muslim).
Maka dengan menyandarkan segala sesuatu kepada Allah dengan sendirinya kita sudah meletakkan pondasi atau memberikan ruh pada amal kita itu sehingga amal tersebut punya nilai baik dalam pandangan Allah ataupun pandangan manusia.
Kaum muslimin jamaah Jumat rahimakumullah
Ikhlas tempatnya di hati. Saat hati seseorang menjadi baik dengan ikhlas, maka anggota badan yang lain ikut menjadi baik. Sebaliknya, jika hatinya rusak, misalnya oleh riya’, sum’ah, hubbusy syuhrah (agar dikenal), mengharapkan dunia dalam amalnya, ‘ujub (bangga diri) dsb. maka akan rusaklah seluruh jasadnya.
Seseorang dituntut untuk berniat ikhlas dalam seluruh amal shalihnya, baik shalatnya, zakatnya, puasanya, jihadnya, amar ma’ruf dan nahi munkarnya, serta amal shalih lainnya, termasuk belajarnya.
Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata, “Janganlah kalian belajar agama karena tiga hal;
(1) agar dapat mengalahkan orang-orang tidak tahu,
(2) agar dapat mendebat para fuqaha’ dan
(3) agar perhatian orang-orang beralih kepada kalian.
Sungguh naïf kalau amal yang kita kerjakan kita bangun untuk hal-hal yang demikian, maka penyakit-penyakit yang seperti ini harus kita kikis dalam hati kita dengan mujahadah yang maksimal, karena keikhlasan itu juga tidak lahir dengan gampang dan tidak akan menyatu dalam jiwa kita begitu saja, tapi harus diusahakan selalu dengan selalu menyingkirkan pengaruh-pengaruh negatif yang disebarkan oleh syaithan yang selalu mengganggu keikhlasan amal kita.
Niatkanlah dalam kata-kata dan perbuatan kita untuk memperoleh apa yang ada di sisi Allah, karena hal itu akan kekal, adapun selainnya akan hilang.”
Kaum muslimin jamaah Jumat rahimakumullah
Buah yang dihasilkan dari keikhlasan sungguh banyak, Seorang yang mengikuti ucapan muadzin dengan ikhlas, maka Allah akan memasukkannya ke surga. Seorang yang menuntut ilmu agama dengan ikhlas, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. Seorang yang ikhlas menjalankan puasa, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.
Bahkan perbuatan mubah akan menjadi berpahala dengan keikhlasan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِيَ بِهَا وَجْهُ اللهِ إِلاَّ أُجِرْتَ عَلَيْهَا حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِي فِي امْرَأَتِكَ
“Sesungguhnyakamu tidaklah menafkahkah satu nafkah pun karena mengharapkan keridhaanAllah, kecuali kamu akan diberikan pahala terhadapnya sampai dalamsuapan yang kamu masukkan ke dalam mulut istrimu. HR. Bukhari-Muslim
Sebagai muslim sejati kita hanya bertugas menunjukkan ketaatan kepada Allah SWT semata dan kita tidak ada hak untuk menilai perbuatan kita sendiri sebagaimana pernyataan Zunnun al-Misriy orang ikhlas melupakan amal kebaikan yang ia lakukan, Allah, Rasul dan orang-orang yang beriman di sekeliling kitalah yang akan menilai apa yang kita kerjakan, firman Allah dalam surat at-Taubah ayat 105:
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Dalam ayat ini Allah memerintahkan kita melalui Rasul-Nya agar amalyang kita itu dibangun dengan fondasi keikhlasan yang tinggi. Karena Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin lainnya akan melihat dan menilai amal-amal tersebut, bukan pelaku amal itu yang menilai atas amal yang telah dilakukan itu. Bila sudah mendapat ridha Allah maka kita semakin dekat kepada-Nya.
Orang-orang mukmin yang lain pun akan melihat dan akan memberikan apresiasi terhadap kebaikan yang dilahirkan.Sebagaimana diketahui, kaum Muslimin akan menjadi saksi di hadapan Allah pada hari kiamat mengenai iman dan amalan dari sesama kaum Muslimin. Dan persaksian yang didasarkan atas penglihatan mata kepala sendiri adalah lebih kuat dan lebih dapat dipercaya.
Oleh sebab itu, kaum Muslimin yang melihat amal kebajikan yang dilakukan oleh mereka yang insaf dan bertobat kepada Allah, tentulah akan menjadi saksi yang kuat di hari kiamat, tentang benarnya iman, tobat dan amal saleh mereka itu.
Kaum muslimin jamaah Jumat rahimakumullah
Perlu kita renungi bahwa keridhaan Allah tidak akan pernah ada kalau keikhlasan dalam setiap amal kita tidak ada. Maka mari sama-sama kita membangun diri kita masing-masing, membangun keluarga kita, membangun masyarakat kita dan membangun negeri ini dengan semangat keikhlasan, janganlah kita mendasari segala amal kita pada materi semata-semata, sehingga tidak ada materi tidak jalan amal kita.
Keikhlasan yang kita usahakan sangatlah berarti untuk kehidupan kita hari ini dan kehidupan anak cucu kita hari esok. Aceh dulu dibangun dengan keikhlasan para syuhada, para ulama, para umara beserta masyarakatnya.
Aceh menjadi daerah modal untuk RI juga atas dasar keikhlasan yang dimiliki oleh masyarakat pada masa lalu yang saling bahu membahu untuk membangun negeri ini. Maka semestinyalah kita memotivasi diri untuk menumbuhkan semangat keikhlasan dalam diri kita.
Selain modal, Aceh kini dikenal juga dengan daerah model dalam merehab dan merekon pascatsunami, yang kini sudah genap 10 tahun. Baik rehab fisik maupun rehab mental.
Semoga kita meneladankan yang baik pada anak negeri, yang memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1645, atau lima bulan sebelum lahirnya Departemen Agama/Kementerian Agama (3 Januari 1946), yang hari ini sudah berusia 69 tahun (sejak 3 Januari 1946).
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُهُ العَظِيْمَ الجَلِيْلَ لِيْ وَلَكُمْ، وَلِجَمِيْعِ المسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ؛ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ
HUTBAH KEDUA
اَلحَمْدُ لِلّهِ الوَاحِدِ القَهَّارِ، الرَحِيْمِ الغَفَّارِ، أَحْمَدُهُ تَعَالَى عَلَى فَضْلِهِ المِدْرَارِ، وَأَشْكُرُهُ عَلَى نِعَمِهِ الغِزَارِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ العَزِيْزُ الجَبَّارُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المُصْطَفَى المُخْتَار، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ الطَيِّبِيْنَ الأَطْهَار، وَإِخْوَنِهِ الأَبْرَارِ، وَأَصْحَابُهُ الأَخْيَارِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ مَا تُعَاقِبُ اللَيْلَ وَالنَّهَار .مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ أَرْشَدَكُمُ اللهُ ... أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْمُتَّقُوْنَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ .اللهم بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اللهم اغْـفِـرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْـفِـرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ.رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللهم إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللهم إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. ..
Muhammad Yakub Yahya, sedang menyerahkan sertifikat Bimtek 2014, mendata Pengawas dan calon, Siswa dan calon peserta USBNUSBNPAI di Agara, 26-31 Desember
Foto: Kakannwil Kemenag Aceh dan jajarannya saat jalan santai 28 Desember