[Langkat | Muhammad Sofyan] Sederetan mobil pribadi terparkir di pinggir jalan Asrama Putri Pondok Pesantren Modern (PPM) Babussalam Teluk Bakong Tanjung Pura Langkat. Beberapa sepeda motor ikut berbaris takteratur. Orang tua santri beserta anak-anaknya memenuhi pondok (rangkang) kayu beratapkan daun Rumbia berukuran 3 X 50 meter, yang memang disediakan untuk tamu yang datang berkunjung.

Sebahagian yang lain terpaksa menggelar lapak sendiri menggunakan tikar di bawah pohon jati dan pohon kelapa, karena tak kebagian lapak di pondok tersebut.

Sekelompok santri kelas V (II Aliyah) yang mereka sebut “Munazhamah” (=OSIS di sekolah umum) berulang kali memanggil santri lainnya menggunakan mikrofon dengan bahasa Arab setiap kali ada Wali Santri baru tiba.

Sekelompok lainnya sibuk membantu penyembelihan qurban. Tahun ini mereka mendapatkan 3 ekor kambing 2 ekor lembu, yang menurut Muhammad Reza selaku Ketua Munazhamah-nya, penyembelihan akan dilakukan dua tahap.

Suasana bahagia kental terasa, wajah ceria para santri terpapar ketika bertemu orang tua dan keluarga lainnya yang ikut bertandang. Mereka menggelar acara makan bersama di masing-masing kelompok. Berbagai macam makanan dan buahan mereka bawa, ada rendang, ada lontong, ada kari, ada juga yang membawa sambal terasi sebagai pelengkap sayur, ada buah rambutan, ada pisang, ada duku bahkan ada yang membawa apel dan anggur, sesuai kemampuan ekonominya dan permintaan anaknya.

Kegiatan ini rutin terjadi di hari raya `Idul Adha, santri tak diizinkan pulang, mereka mengadakan pawai obor keliling Kampung hingga ke Kota Tanjung Pura yang berjarak lebih kurang 3 km sambil bertakbir, pada malam sebelumnya. “Manye buat peh takbe bejalan, bukan di pondok haje, (ngapainlah takbir berjalan, bukan di pondok saja),” ujar Nurul Hijah salah satu wali santri yang datang berkunjung.

“Udah Tradisi lho mak,” jawab anaknya yang bernama Fitria Suryani MS.

Menurut Ustadzah Zulfarida yang mengajar di sana, tradisi ini sudah berlangsung sejak PPM Babussalam ini didirikan 29 tahun yang lalu tepatnya tahun 1986. Masyarakat selalu menunggu kehadiran mereka di malam `Idul Adha. Mereka berdiri berbaris di pinggir jalan depan rumahnya masing-masing, ketika rombongan pawai obor para Santri PPM Babussalam lewat.

“Leteh, tapi sedap, mekheyah kali pawenye, (letih, tapi enak, meriah sekali pawainya),” ujar Fitria mengisahkan pengalamannya ikut pawai obor di PPM Babussalam untuk tahun ketiganya. [y]