[Banda Aceh | Inmas] Sebelum sampaikan pembinaan, Penasehat Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian Agama RI, Hj Trisna Willy Lukman Hakim menyapa satu persatu Pengurus DWP Kankemenag se Aceh.
Hj Trisna dan rombongan yang baru kembali dari Pijay itu, merasa berkesan dengan setiap kabupaten/kota, daerah asal Pengurus DWP Kanwil dan Kankemenag se Aceh.
"Mana yang dari Simeulue?" tanyanya. Dijawab oleh Inmas, bahwa di sana Kakankemenagnya dijabat oleh ibu.
"Usai saya 'mengabsen' Ibu-ibu dari 23 kabupaten sekalian, saya bisa membayangkan betapa jaraknya Ibu dan Bapak untuk bisa hadir ke Banda Aceh. Jika bukan karena keikhlasan tentu susah bisa ke sini," ujar Penasehat DWP Kemenag RI, dalam silaturrahmi di aula Kanwil Kemenag Aceh, ba'da maghrib, Kamis (16/2).
Dalam silaturrahmi di hadapan Pengurus DWP Kanwil dan Kankemeng se Aceh, Penasehat DWP Kemenag RI ajak jajarannya, baik sebagai pendamping suami, dan ibu anak-anak, agar mendukung program, misi, dan visi Kementerian Agama.
Dalam pembinaan singkat, Hj Trisna menyimpulkan tiga poin penting. Pertama, bahwa ibu-ibu DWP juga ikut menentukan karir suami.
"Jangan sampai Bapak-bapak, suami Ibu-ibu ini, berangkat ke kantor dengan hati yang lusuh," ajaknya dengan sejumlah kisah, bahwa kesuksesan suami dan kejatuhan suami, ditentukan antara lain oleh kebersahajaan istri, sejak dari rumah.
"Jangan sampai pula, Ibu-ibu suka menilai orang, kekayaan oran, perhiasan orang lain di kantor," ajaknya, untuk tidak menjerumuskan suami untuk bertindak melampau batas. Di sini Penasehat DWP itu, lanjutkan satu penyebab korupsi.
"Jika suaminya kurang iman, bisa-bisa ia terjerumus," ingatnya, dan sebut Hj Trisna, istri ASN juga tidak boleh lusuh, meski gajinya cukup, tapi memadai.
Salah satu faktor kesuksesan dan kehancuran karir laki-laki adalah pada perempuan. "Di balilk suami yang berhasil, ada istri yang hebat," apresiasinya bagi pengurus DWP dan undangan yang hadir.
"Di balik kehancuran suami, terkadang ada andil istri. Moga istri yang bersuamikan Kemenag, DWP bukan tipe yang begitu," ajaknya.
Kedua, Penasehat WDP mendetilkan makna lima budaya kerja. Yaitu, integritas, profesional, inovatif, tanggung jawab, dan keteladanan.
Ketiga, ajak Penasehat DWP Kemanag RI mengakhirinya dengan ajakan agar DWP juga ikuti perkembangan berita dan isi kekinian yang berkembang.
"Jangan malah Ibu-ibu DWP ikut menebarkan kabar yang tidak benar tentang Kemenag," ajaknya, agar Ibu-ibu mau menggali ilmu dan berita dari alat yang canggih, di genggaman itu.
"Hanya Kemenag yang ada kata 'agama'," ingat Hj Trisna, sebelum doa yang dipandu Ibu Nur Asiah SAg, jelang isya. [yakub inmas, dkk]