[Kuala Simpang | Muhammad Sofyan] “Setiap ada pertemuan pasti ada Perpisahan, .. di sini banyak kenangan berharga yang tak dapat kami lupakan. Senang, sedih, suka, duka, canda dan tawa terukir dalam kehidupan kami,” ungkap Abdurrahman mewakili siswa-siswi kelas XII dalam kata perpisahannya pada acara Purna Siswa Kelas XIIMAN Kualasimpang Selasa (21/4).

Acara dengan tema “Di Pundakmu Harapan Keluarga, Bangsa dan Agama” digelar di lapangan atas level 2 MAN Kualasimpang ini merupakan pelepasan 88 orang Siswa Madrasah tersebut yang terdiri dari 45 orang Jurusan IPA, 18 Orang Jurusan IPS dan 25 orang jurusan Ilmu Agama.

Dalam kesempatan tersebut Abdurrahman atas nama seluruh siswa-siswi yang akan meninggalkan Madrasah tersebut mengucapkan terimakasih atas segala yang telah diberikan Dewan Guru kepada mereka tanpa mengharapkan pamrih, ia juga memohon kemafan dari seluruh dewan guru atas tingkah laku mereka selama ini yang mungkin kurang berkenan di hati.

Dan kepada Siswa-siswi kelas X dan XI ia berpesan, “Anak ayam turun sepuluh//mati satu tinggal Sembilan//tuntutlah ilmu dengan sungguh-sungguh//supaya engkau tidak ketinggalan.”

Aji Rahmat Herlambang mewakili siswa-siswi kelas X dan XI dalam kata perpisahannya mendo’akan semoga seluruh kakak kelasnya lulus dengan nilai baik sebagaimana yang diharapkan.

“Janganlah kakak-kakak melupakan kami ini, kalau sudah berhasil jangan seperti kata pepatah kacang lupa pada kulitnya, tapi jadilah seperti kata pepatah burung terbang tinggi takkan lupa pada sarangnya,” ujar Aji di ujung penyampaiannya.

Acara yang diselingi dengan penampilan Group Musik Generasi Musikal Tamiang (GMT) dan Paduan Suara MAN Kualasimpang mulai terasa sendu dan mengundang tetesan air mata tatkala Paduan suara menyanyikan lagu “Sayonara” dan ditimpali dengan pembacaan puisi oleh Kasrudi siswa XIIIPA 1 dengan judul Pengabdian yang Hampir terlupakan dan Devi Marlina XII Ipa 2 dengan judul Kesan di Balik Daun Pisang.

Usai pembacaan puisi dilanjutkan dengan bersalam-salaman antara siswa kelas XII dengan seluruh dewan guru, disinilah puncak kesedihan terjadi. Satu-persatu mereka menyalami dan mecium tangan gurunya bahkan ada yang memeluk dan mencium pipinya sambil meneteskan air mata. [yyy]